Aryoko Widodo
Unknown Affiliation

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

THE EFFECTS ON FLAXSEED (LINUM USITATISSIMUM) ON THE SEVERITY LEVEL OF ACNE VULGARIS. Devi Saviera Firnanda; Asih Budiastuti; Aryoko Widodo; Dhega Anindita Wibowo
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 9, No 4 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro )
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (410.392 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v9i4.27667

Abstract

Introduction. Acne vulgaris is the formation of blackheads, papules, pustules, nodules, or cysts which were the result of the blockage and inflammation of the pilosebaceous unit. In general, there are several factors associated with the occurrence of Acne vulgaris, namely the abnormal activity of the bacterium Propionibacteria acnes, increased sebum production, hyperkeratinization of the pilosebaceous duct, and also the inflammatory process. Objectives. The primary objective of this research is to know the effect of flaxseed (Linum usitatissimum) on the severity level of Acne vulgaris. Methods. The design of this research is experimental research with a one-group pre-test post-test design. This research will be conducted from October to November 2019. And will be implemented in the city of Semarang. The population in this research is female college students (preferably Diponegoro University students) aged 18-23 years old who suffered from various severity degrees of Acne vulgaris which fulfills the inclusion and exclusion criteria. Subjects are determined using purposive sampling methods. Results. The research sample was mostly females aged 18-23 years of 2016 at Diponegoro University who suffered from various degrees of Acne vulgaris. After a paired T-test, p <0.05 was obtained. Because the results obtained are p <0.05, it can be concluded that there is a significant difference between the degree of Acne vulgaris during the pre-test and post-test. Conclusion. there is an effect of Linum usitatissimum seeds on the severity of Acne vulgaris. 
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA L.) VARIETAS AJWA TERHADAP KADAR NO PADA MENCIT BALB/C YANG DIINFEKSI SALMONELLA TYPHIMURIUM Baskoro Hariadi; Aryoko Widodo
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.221 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20737

Abstract

Latar Belakang : Penyakit demam tifoid sering menjangkiti masyarakat Indonesia. Hal ini dapat berdampak berkurangnya produktifitas penderita. Buah kurma (Phoenix dactylifera L.) varietas Ajwa telah terbukti memiliki kandungan flavonoid yang cukup tinggi. Flavonoid berperan aktif dalam mengaktivasi makrofag dalam melawan bakteri patogen dan meningkatkan aktivitas makrofag dalam memfagosit bakteri patogen.Tujuan : Mengetahui perbandingan hasil pada hewan coba yang diberikan pemberian ekstrak buah kurma (Phoenix dactylifera L.) varietas Ajwa dengan yang tidak diberikan ekstrak.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain penelitian post-test only controlled group design dan memakai binatang percobaan (mencit Balb/C) sebagai objek penelitian. Sebanyak 35 ekor dalam 5 kelompok perlakuan. Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (Completely Randomized Design) dan metode randomisasi sederhana. Kadar NO diukur dengan ELISA setelah pemberian perlakuan pada hewan coba. Kelompok A (kelompok kontrol) tidak menerima perlakuan apa pun, Kelompok B diinfeksi bakteri Salmonella Typhimurium saja, Kelompok C, D, E diinfeksi bakteri Salmonella Typhimurium dan diberi ekstrak buah kurma (Phoenix dactylifera L.) varietas Ajwa dengan dosis 19,25; 38,5; 77 mg/mencit/hari secara berurutan.Hasil : Rerata produksi NO masing-masing kelompok; A = 14.96; B = 15.58; C 16.28= ; D = 12.92; E = 8.21. Produksi NO makrofag signifikan antara A-D, A-E, B-D, B-E, C-E, dan D-E.Kesimpulan : Pemberian ekstrak buah kurma (Phoenix dactylifera L.) varietas Ajwa dengan dosis sebesar 19,25 mg/mencit/hari (kelompok C) meningkatkan produksi NO makrofag dibanding kelompok kontrol meskipun tidak signifikan. Sedangkan dosis sebesar 38,5 mg/mencit/hari (kelompok D) dan 77 mg/mencit/hari (kelompok E) menurunkan produksi NO makrofag dibanding kelompok kontrol.
PENGARUH HIGIENE PERORANGAN TERHADAP PREVALENSI TERJADINYA PENYAKIT SCABIES DI PONDOK PESANTREN MATHOLIUL HUDA AL KAUTSAR KABUPATEN PATI Clara Vica Rudangta Tarigan; Prasetyowati Subchan; Aryoko Widodo
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 1 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.868 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i1.19355

Abstract

Latar Belakang : Di Indonesia, angka kejadian penyakit skabies mencapai 5,6-12,95%. Pesantren sebagai tempat yang sering didapati higiene perorangan kurang memadai, tentu menjadi tempat yang sesuai untuk penularan penyakit skabies. Angka kejadian skabies sendiri di Pondok Pesantren di Demak mencapai 45,5%.Tujuan : Mengetahui pengaruh higiene perorangan  terhadap angka kejadian penyakit skabies di Pondok Pesantren Matholiul Huda Al-Kautsar Kabupaten Pati.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional. Subjek penelitian adalah 46 santri yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi di Pondok Pesantren Matholiul Huda Al-Kautsar Kabupaten Pati. Pengumpulan data menggunakan kuisioner. Analisis data menggunakan uji chi-square.           Hasil : 38 santri (82,6%) memiliki kebiasaan praktik higiene perorangan yang buruk dan 8 santri (17,4%) memiliki kebiasaan praktik higiene perorangan yang baik. Dari 46 santri ditemukan 39 santri (84,8%) yang menderita skabies.Dengan uji chi-square didapatkan nilai p sebesar 0,020 (p < 0,05) maka secara statistik terdapat pengaruh yang signifikan antara praktik higiene perorangan dengan kejadian skabies. Hasil perhitungan Prevalence Ratio ( PR ) diperoleh nilai 1,6 ( Confidence Interval (CI) 95% = 0,9-2,9). Sehingga dapat disimpulkan bahwa santri yang praktik kebersihan higiene peroranganya buruk mempunyai risiko 1,6 kali lebih tinggi untuk menderita skabies dibanding dengan santri yang praktik higiene perorangannya baik.Kesimpulan : Ada pengaruh yang signifikan antara praktik higiene perorangan dan kejadian skabies di Pondok Pesantren Matholiul Huda Al-Kautsar Kabupaten Pati.
FAKTOR RISIKO PENDERITA KUSTA TIPE MULTIBASILER DI RSUD TUGUREJO SEMARANG Najla Firda Safira; Aryoko Widodo; Dhega Anindita Wibowo; Asih Budiastuti
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 9, No 2 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro )
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (439.59 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v9i2.27146

Abstract

Latar belakang: Kusta adalah salah satu masalah penyakit endemis di Indonesia, menduduki peringkat ketiga dengan jumlah kasus baru terbanyak di dunia. Buruknya stigma sosial mengakibatkan banyak penderita enggan berobat, terlambatnya diagnosis dan pengobatan sehingga terjadi disabilitas fisik serta penurunan kualitas hidup. Diketahuinya faktor risiko kusta tipe multibasiler (MB) yang menjadi sumber penyebaran penyakit, meliputi data dasar, tingkat pengetahuan dan riwayat kontak fisik diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dan tenaga kesehatan dalam pencegahan dan deteksi dini kusta.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian kusta tipe MB di Poliklinik Kusta RSUD Tugurejo Semarang. Metode: Desain penelitian analitik observasional dengan rancangan cross-sectional dilakukan pada 20 penderita kusta tipe MB dan 11 penderita kusta tipe pausibasiler yang datang berobat ke Poliklinik Kusta RSUD Tugurejo Semarang pada bulan Agustus hingga Oktober 2019 dipilih secara consecutive sampling. Data didapatkan dari kuesioner yang diisi responden. Hasil: Mayoritas responden adalah laki-laki, usia 21-40 tahun, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan sebagai karyawan swasta dan berdomisili di Semarang. Terdapat hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan mengenai kusta dengan kusta tipe MB dengan nilai p sebesar 0,038 pada uji chi-square, mayoritas tingkat pengetahuan rendah dan tidak ada riwayat kontak fisik. Tidak didapatkan hasil bermakna untuk riwayat kontak fisik. Kesimpulan: Tingkat pengetahuan mengenai kusta merupakan faktor risiko dari kusta tipe MB.Kata Kunci: faktor risiko; kusta tipe multibasiler; riwayat kontak fisik; tingkat pengetahuan
PENGARUH EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa blimbi L.)TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL SERUM TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) HIPERKOLESTEROLEMIA Ayudia Marina Sendy; Aryoko Widodo
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 8, No 2 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (400.456 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i2.23783

Abstract

Latar Belakang: Hiperkolesterolemia adalah kondisi dimana konsentrasi kolesterol di dalam darah melebihi batas normal karena adanya kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol LDL yang merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner. Daun belimbing wuluh merupakan tanaman herbal yang dapat menurunkan kadar kolesterol LDL karena mengandung senyawa flavonoid, saponin, dan tanin. Tujuan: Menganalisis pengaruh pemberian ekstrak daun belimbing wuluh dengan dosis bertingkat dibandingkan simvastatinterhadap kadar kolesterol LDL serum pada tikus wistar hiperkolesterolemia. Metode: Penelitian true experimental dengan rancangan post test only controlled group design menggunakan30 ekor tikus wistar jantan dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok K1 merupakan kontrol negatif, K2 merupakan kontrol positif, P1 diberi 0,18 mg/200gBB simvastatin, kelompok P2 diberi 250 mg/kgBB ekstrak daun belimbing wuluh, dan kelompok P3 diberi 500 mg/kgBB ekstrak daun belimbing wuluh. Perhitungan kadar kolesterol LDL dengan metode CHOD-PAP. Uji statistik menggunakan uji one way Anova. Hasil: Rerata kadar kolesterol LDL serum kelompok K1 (14,18 ± 4,32), K2 (15,58 ± 4,05), P1 (15,04 ± 4,91), P2 (15,86 ± 3,18) dan P3 (15,52 ± 4,81). Pada analisis uji one way Anova tidak didapatkan perbedaan yang signifikan antar kelompok K1, K2, P1, P2, dan P3 (p > 0,05). Simpulan: Ekstrak daun belimbing wuluh dosis 250 mg/kgBB, 500 mg/kgBB dan simvastatin didapatkan tidak terbukti dalam menurunkan kadar kolesterol LDL serum tikus hiperkolesterolemia.Kata Kunci: Daun belimbing wuluh, Hiperkolesterolemia,LDL
HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN BEDAK PADAT DENGAN DERAJAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS Adinda Luthfia Khansa; Asih Budiastuti; Aryoko Widodo
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 8, No 2 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.593 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i2.23780

Abstract

Latar belakang : Penggunaan kosmetik, terutama bedak saat ini sudah menjadi hal yang umum tak terkecuali pada kalangan mahasiswi. Beberapa bahan yang digunakan dalam pembuatan bedak padat bersifat komedogenik dan aknegenik, dimana hal ini akan menyebabkan timbulnya akne vulgaris. Melalui penelitian ini akan dilakukan analisa hubungan antara penggunaan bedak padat dengan derajat keparahan akne vulgaris.  Metode : penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional dengan sampel  48 mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang yang memenuhi kriteria inklusi (mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro yang menderita akne vulgaris, menggunakan bedak padat, berusia 17-22 tahun, serta bersedia menandatangani informed consent). Data yang dikumpulkan merupakan data primer dengan pengisian kuisioner dan pemeriksaan akne vulgaris. Analisis data menggunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan p < 0,05. Hasil penelitian : tidak didapatkan adanya hubungan antara penggunaan bedak padat dengan derajat keparahan akne vulgaris (p=0,2), tidak didapatkan adanya hubungan antara frekuensi penggunaan bedak padat dengan derajat keparahan akne vulgaris (p=0,9), tidak didapatkan adanya hubungan antara durasi penggunaan bedak padat dengan derajat keparahan akne vulgaris (p=0,5).  Kesimpulan : tidak ada hubungan antara penggunaan, frekuensi penggunaan, dan durasi penggunaan bedak padat dengan derajat keparahan akne vulgaris.Kata kunci : akne vulgaris, bedak padat
PENGARUH PEMBERIAN GYNURA PROCUMBENS (LOUR )MERR TERHADAP PRODUKSI REACTIVE OXYGEN INTERMEDIATED, PRODUKSI NITRIC OXIDE DAN KOLONI KUMAN ORGAN HEPAR MENCIT Balb/c YANG DIINFEKSI SALMONELLA TYPHIMURIUM Aryoko Widodo
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (351.462 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i4.25641

Abstract

Latar Belakang : Demam tifoid merupakan penyakit serius yang disebabkan oleh Salmonella tyhpimurium , terjadi di seluruh bagian dunia termasuk di Indonesia. Bakteri intraseluler ini mampu menstimulasi respon imun tubuh terutama respon imun seluler. Gynura procumbens ( lour ) merr merupakan tanaman obat tradisional yang mengandung banyak komponen aktif diantaranya flavonoid, mampu berperan sebagai imunomodulator. Tujuan : Mengetahui pengaruh Gynura procumbens (Lour.) Merr. terhadap produksi ROI makrofag , produksi NO makrofag, dan koloni kuman organ hepar mencitit Balb/c yang diinfeksi Salmonella Typhimurium. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan the post test only control group design dengan menggunakan mencit Balb/c jantan berusia 8-12 mingggu dan diadaptasikan selama 1 minggu. Jumlah mencit yang dipergunakan sebanyak 15 ekor yang secara acak dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan (P) dimana 1 kelompok diinfeksi Salmonella tyhimurium (P1) dan 1 kelompok diinfeksi Salmonella typhimurin dan diberi 1,5 mg/hari Gynura procumbens (lour) merr (P2).. Pada hari ke-8 semua mencit diinfneksi 105 CFU Salmonella tyhimurium intraperitoneal. Hari ke-11 mencit dibunuh dan dilakukan pemeriksaan produksi ROI makrofag, produksi NO makrofag dan jumlah koloni kuman kultur organ hepar. Hasil pemeriksaan dianalisis dengan uji Anova, uji Kruskal Wallis dan uji Mann Whitney pada =0,05. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok P2 meningkatkan produksi ROI makrofag secara bermakna dibanding P1 ( p=0,022) dan produksi NO makrofag secara bermakna dibanding P1 ( p=0,012). Hitung kuman menurun secara bermakna dibanding P1 (p=0,019). Kesimpulan : Pemberian ekstrak Gynura procumbens (Lour.) Merr pada mencit Balb/c yang diinfeksi Salmonella typhimurium meningkatkan produksi ROI makrofag,produksi NO makrofag secara bermakna dan mampu menurunkan hitung kuman organ hepar secara bermakna.Kata kunci : Gynura procumbens (Lour.) Merr., ROI NO hitung kuman, Salmonella typhimurium.
BEBERAPA FAKTOR RESIKO TERJADINYA DERMATITIS SEBOROIK PADA KARYAWAN GO-JEK KOTA SEMARANG Rova Budi Kusuma; Asih Budiastuti; Aryoko Widodo
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23376

Abstract

Latar Belakang: Dermatitis Seboroik adalah penyakit kulit kronis berulang pada area yang didasari oleh faktor konstitusi dan bertempat predileksi yang memiliki banyak kelenjar sebasea. Karyawan GO-JEK Kota Semarang diperkirakan memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena Dermatitis Seboroik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa faktor resiko Dermatitis Seboroik pada Karyawan GO-JEK Kota Semarang. Tujuan: Mengetahui beberapa faktor resiko terjadinya Dermatitis Seboroik pada Karyawan GO-JEK Kota Semarang. Metode: Penelitian ini bersifat belah lintang dilakkan pada 22 Karyawan GO-JEK Kota Semarang sebagai subjek penelitian pada bulan Mei 2018. Diagnosis Dermatitis Seboroik ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis residen ilmu kesehatan kulit dan kelamin. Data diambil dengan kuesioner meliputi hygiene perorangan, durasi terpapar keringat dan lama kerja per hari. Data dianalisis dengan program komputer secara analitik dengan menggunakan uji chi-square atau fischer test dengan tingkat kemaknaan untuk variabel uji bivariat p<0,05. Kemudian dilakukan regresi logistik. Hasil: Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa lama kerja yang lama merupakan faktor resiko Dermatitis Seboroik RP= 20,158 (IK = 1,107-367,015) p = 0,042. Simpulan: Lama kerja yang lama merupakan faktor resiko Dermatitis Seboroik.Kata Kunci: Dermatitis Seboroik, faktor resiko, lama kerja.
PENGARUH PERILAKU HIGIENE PERORANGAN TERHADAP PREVALENSI TERJADINYA PENYAKIT PITIRIASIS VERSIKOLOR DI PANTI ASUHAN DARUL YATIM DEMAK Melvi Zahra; Prasetyowati Subchan; Aryoko Widodo
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.696 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23337

Abstract

Latar Belakang : Pitiriasis versikolor masih menjadi penyakit kulit yang memiliki insidensi tertinggi di Indonesia. Panti asuhan merupakan tempat yang sering didapati higiene perorangan yang kurang, tentu menjadi tempat yang mendukung penularan penyakit pitiriasis versikolor. Insidensi kejadian pitiriasis versikolor pada Polantas di Semarang 17,5%. Tujuan : Mengetahui pengaruh higiene perorangan terhadap angka kejadian penyakit pitiriasis versikolor di Panti Asuhan Darul Yatim Demak Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional. Subjek penelitian adalah 36 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data menggunakan kuisioner. Analisis data menggunakan chi-square. Hasil : 23 orang (63,9%) memiliki kebiasaan praktik higiene perorangan yang buruk dan 13 orang (36,1%) memiliki higiene perorangan yang baik. Dari 36 orang ditemukan 7 orang (19,4%). Dengan uji chi square didapatkan nilai p sebesar 0,382 (p<0,05) maka secara statistik tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara praktik higiene perorangan dengan kejadian pitiriasis versikolor. Hasil perhitungan Prevalence Ratio ( PR ) diperoleh nilai 4,32 ( Confidence Interval (CI) 95% = 0,45-39,87).Kesimpulan : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara praktik higiene perorangan dan kejadian pitiriasis versikolor di Panti Asuhan Darul Yatim Demak.Kata kunci : pitiriasis versikolor, higiene perorangan, panti asuhan
EFEKTIVITAS MADU DALAM FORMULASI PELEMBAP PADA KULIT KERING Ernia Harinda Sinulingga; Asih Budiastuti; Aryoko Widodo
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 1 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.017 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i1.19358

Abstract

Latar belakang: Kulit kering atau xerosis cutis didefinisikan sebagai gambaran hilangnya atau berkurangnya kadar kelembapan pada stratum korneum. Tingkat kekeringan pada kulit kering dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen. Pelembap secara umum digunakan untuk meringankan kulit kering. Banyak pelembap menggunakan bahan sintetik untuk menjaga kelembapan kulit sedangkan bahan sintetik ini memiliki efek samping dalam pemakaian jangka panjang. Salah satu bahan alami yang dipercaya dapat melembapkan kulit dan mengantikan bahan-bahan tersebut adalah madu yang bersifat humektan, emolien dan antioksidan.Tujuan: Mengetahui efektivitas madu dalam formulasi pelembap pada kulit kering.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pre-test and post-test control group design. Subjek penelitian berjumlah 24 orang wanita yang dibagi menjadi dua kelompok yang memenuhi kriteria inklusi dengan rentang usia 30-50 tahun. Kelompok perlakuan diberikan krim pelembap dengan madu, sedangkan kelompok kontrol diberikan krim pelembap tanpa madu. Uji statistik menggunakan uji Shapiro Wilk, uji Mann-Whitney dan uji Wilcoxon .Hasil: Sebanyak 10 orang (83,3%) pada kelompok perlakuan mengalami penurunan skor ODS dan 2 orang (16,7%) tidak mengalami perubahan skor ODS, sedangkan pada kelompok kontrol hanya 4 orang (33,3%) yang mengalami penurunan skor ODS, 7 orang (58,3%) tetap dan 1 orang (8,4%) mengalami kenaikan skor ODS. Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara skor ODS pre-test dan post-test pada kelompok perlakuan dengan p=0,003 (p<0,05).Kesimpulan: Madu dalam formulasi pelembap efektif menurunkan tingkat kekeringan pada kulit kering.