Jeanette I.Ch. Manoppo
Universitas Sam Ratulangi Manado

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Hubungan antara bayi berat lahir rendah dengan kejadian refluks gastroesofagus di puskesmas Kecamatan Malalayang Yuliantari, Kadek Rani; Manoppo, Jeanette I.Ch.; Lestari, Hesti
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i2.14401

Abstract

Abstract: Low birth weight (LBW) is one of the causes of infant mortality in Indonesia. One of the problems related to the maturity of digestive tract function in LBW infants is gastroesophageal reflux (GER) due to dysfunction of lower esophageal sphincter (LES). Gastroesophageal reflux is a physiological condition among infants under the age of 12 months. Albeit, it requires a special attention for LBW infants in order not to suffer from gastroesophageal reflux disease (GERD) which will affect growth and development. This study was aimed to determine the correlation between LBW and GER. This was an analytical observational study with a case-control design; each group consisted of 30 respondents. Respondents were mothers of children aged 0-2 years obtained by using purposive sampling at three primary health cares at Malalayang from September until November 2016. Infant gastroesophageal reflux questionnaire (I-GERQ) was used as instrument in this study. The result showed a significant correlation between LBW and GER groups (p=0.034) and OR 2.615. Conclusion: There was a significant correlation between LBW and GER. Low Birth Weight had a higher risk to suffer from GER. Woman are expected to give more attention for their health and nutrition during pregnancy to prevent LBW births.Keywords: BBLR, RGE, SEB, children Abstrak: Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah salah satu penyebab kematian bayi di Indonesia karena kondisi tubuh yang belum stabil sehingga menimbulkan masalah pada sistem atau organ tubuh. Salah satu masalah terkait kematangan fungsi saluran cerna ialah refluks gastroesofagus (RGE) dimana terjadi disfungsi sfingter esofagus bawah (SEB). RGE merupakan kondisi fisiologik pada usia <12 bulan. Pada BBLR dibutuhkan perhatian khusus agar tidak berlanjut menjadi penyakit refluks gastroesofagus (PRGE) yang akan memengaruhi tumbuh kembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara BBLR dan kejadian RGE. Jenis penelitian ialah analitik observasional dengan studi kasus control, masing-masing terdiri dari 30 responden. Responden ialah ibu yang memiliki anak berusia 0-2 tahun diperoleh dengan metode purposive sampling pada tiga puskesmas di Kecamatan Malalayang bulan September hingga November 2016. Instrumen penelitian berdasarkan Infant-Gastroesophageal Reflux Questionnaire (I-GERQ). Hasil penelitian dari kelompok kasus dan kontrol menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara BBLR dan kejadian RGE (p=0,034) dengan Odds Ratio 2,615. Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara BBLR dan kejadian RGE. BBLR memiliki risiko 2,6 kali mengalami RGE. Ibu hamil diharapkan lebih memperhatikan kesehatan dan asupan gizi untuk mencegah kelahiran BBLR. Kata kunci: BBLR, RGE, SEB, anak
Hubungan derajat dehidrasi dengan kadar hematokrit pada anak penderita diare di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Rumayar, Angely C.; Manoppo, Jeanette I.Ch.; Mantik, Max F.J.
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i2.14349

Abstract

Abstract: The most severe threat that can inflicted by diarrhea is dehydration. In dehydration patients, hematocrit levels can increase. This study was aimed to find out the relationship between degree of dehydration and hematocrit level among diarrhea children at Prof. Dr. R. D. Kandou Manado hospital.This was an observational analytical study. Data were obtained from the medical record of pediatric patients retrospectively and were analyzed with the chi square test. The results showed that there were 40 pediatric patients with diarrhea. Most were females (57.5%), and the average age was 8.5 years. Increased hematocrit level in diarrhea cases without dehydration was more dominant than in diarrhea cases with dehydration. The chi square test showed a p value of 0.949. Conclusion: There was no significant relationship between degree of dehydration and hematocrit level.Keywords: diarrhea, children, degree of dehydration, hematocrit level Abstrak: Ancaman paling parah yang ditimbulkan oleh diare ialah dehidrasi. Dalam keadaan dehidrasi kadar hematokrit penderita dapat meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan derajat dehidrasi dengan kadar hematokrit pada anak penderita diare di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jenis penelitian ialah analitik observasional dengan pendekatan retrospektif. Data diperoleh dari rekam medik pasien anak di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dan dianalisis dengan uji chi square. Hasil penelitian mendapatkan 40 pasien anak dengan diare, terbanyak pada perempuan (57,5%), usia rata-rata 8,5 tahun, Peningkatan kadar hematokrit pada kasus diare tanpa dehidrasi lebih banyak dibandingkan kasus diare dengan dehidrasi. Hasil uji chi square menunjukkan nilai p = 0,494. Simpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara derajat dehidrasi dengan kadar hematokrit. Kata kunci: diare, anak, derajat dehidrasi, kadar hematokrit
Hubungan Stunting dengan Angka Kejadian Diare pada Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Tikala Manado Taliwongso, Fernando Ch.; Manoppo, Jeanette I.Ch.; Umboh, Adrian
e-CliniC Vol 5, No 2 (2017): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v5i2.18526

Abstract

Abstract: Stunting is a chronic undernutrition problem due to various factors during childhood growth. Nutrition status at school age needs to be a concern, because undernutrition/malnutrition will cause children become more vulnerable to be infected by any disease. Currently, stunting rate at school is still a big problem. This study was aimed to determine the relationship of stunting with the incidence of diarrhea in elementary school students at Tikala, Manado. This was an observational analytical survey study with a cross-sectional design, conducted on 60 primary school students at Tikala, Manado. The results showed that there were 31 stunting children; 16 males (51.6%) and 15 females (48.4%). The highest percentage of stunting children was at age 9 years (10 of 31 samples). Statistical analysis showed that there was a significant relationship between stunting and the incidence of diarrhea (P=0.032). Conclusion: There was a significant relationship between stunting and the incidence of diarrhea among elementary school students at Tikala, Manado.Keywords: stunting, diarrhea, school-age children Abstrak: Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh berbagai faktor pada masa pertumbuhan anak. Status gizi pada usia sekolah perlu menjadi perhatian, karena status gizi yang kurang akan mempermudah anak untuk terinfeksi penyakit. Saat ini angka stunting pada usia sekolah masih menjadi masalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan stunting dengan angka kejadian diare pada siswa sekolah dasar di Kecamatan Tikala Manado. Jenis penelitian ialah survei analitik observasional dengan desain potong-lintang yang dilakukan pada 60 siswa sekolah dasar di Kecamatan Tikala Manado. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 31 sampel anak stunting; 16 anak laki-laki (51,6%) dan 15 anak perempuan (48,4%). Persentase tertinggi anak stunting pada usia 9 tahun yaitu 10 dari 31 sampel anak stunting. Hasil uji statistik mendapatkan adanya hubungan bermakna antara stunting dan angka kejadian diare (P=0,032). Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara stunting dan angka kejadian diare pada siswa sekolah dasar di Kecamatan Tikala Manado.Kata kunci: stunting, diare, anak usia sekolah
Profil kejang demam di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2014 – Juni 2016 Kakalang, Jenyfer P.; Masloman, Nurhayati; Manoppo, Jeanette I.Ch.
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i2.14396

Abstract

Abstract: Febrile seizure usually occurs during increased body temperature (rectal temperature >380 C) caused by an extracranial process. Although febrile seizure is not a neurological disorder, it occurs most common among children. This study was aimed to obtain the profile of febrile seizure in children. This was a descriptive retrospective study. This study was conducted at the Department of Pediatrics Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital from January 2014 to June 2016. The results showed that there were 150 children diagnosed as febrile seizure. The majority of them were as follows: age group of 1 - < 2 years old in 41 children (27.3%), males (50.7%), family history in 104 children (69.3%), respiratory tract infection as the cause of fever in 68 children (45.3%); complex febrile seizure in 91 children (60.7%); normal birth weight in 135 children (90%); normal nutritional status in 101 children (67.3%); and spontaneous delivery with head presentastion ins 127 children (84.7%). Conclusion: In this study, febrile seizure was most common among boys and diagnosed as complex febrile seizure.Keywords: febrile seizures, body temperature, extracranial, children Abstrak: Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal >380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial. Walalupun kejang demam bukan merupakan suatu kelainan neurologis tetapi keadaan ini sering dijumpai pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kejang demam pada anak. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif untuk mengetahui profil kejang demam di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou periode Januari 2014 sampai Juni 2016. Hasil penelitian mendapatkan 150 anak yang didiagnosis kejang demam. Kejang demam paling sering ditemukan pada usia 1 - <2 tahun berjumlah 41 anak (27,3%); jenis kelamin laki-laki berjumlah 99 anak (66%); suhu badan >380C berjumlah 76 anak (50,7%); adanya riwayat keluarga 104 anak (69,3%); penyakit yang mendasari infeksi saluran pernafasan berjumlah 68 anak (45,3%); jenis kejang demam kompleks 91anak (60,7%); berat badan lahir normal 135 anak (90%); status gizi normal 101 anak (67,3%); riwayat jenis persalinan spontan LBK 127 anak (84,7%). Simpulan: Kejang demam paling sering terjadi pada anak laki-laki dan diagnosis jenis kejang demam kompleks. Kata kunci: kejang demam, suhu tubuh, ekstrakranial, anak
PENGARUH ORALIT WHO TERHADAP KADAR NATRIUM DAN KALIUM PLASMA PADA ANAK DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI Jacobs, Christin; Manoppo, Jeanette I.Ch.; Warouw, Sarah
e-Biomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i1.1609

Abstract

Abstract: Acute diarrhea causes loss of large amounts of water and electrolytes especially sodium and potassium, which if not replaced can cause dehydration. In 2006, WHO recommended ORS with osmolarity 245 mmol/l as the administration of acute diarrhea with mild to moderate dehydration. The research objective is to determine the effect of WHO ORS to plasma sodium and potassium levels in children with acute diarrheal dehydration.Pre-experimental study with pre-post test approach absence of a control group, was conducted from  November, 2012 until January, 2013 at Pediatric section RSUP.Prof.DR.RD.Kandou Manado. Sample 20 patients acute diarrhea mild to moderate dehydration. Pasien blood samples were taken to measure sodium and potassium plasma level before and after treatment with WHO ORS 75 cc/kg for three hours. Results electrolyte levels when dehydration 60% isonatremia and 85% isokalemia Electrolyte level when rehydration  70% isonatremia and 70% isokalemia. Sodium mean levels  when dehydration  136.1±5.2 mmol/l and when rehydration 136.1±3.45 mmol/l with p=0.5. Potassium mean levels when dehydration 3.99±0.78 mmol/l and when rehydration 3.84±0.85 mmol/l with p=0.183. Conclusions: Most electrolyte levels before and after rehydration isonatremia and isokalemia. There is no significant differences in plasma sodium and potassium levels before and after rehydration with WHO ORS. Keywords Dehydration, Diarrhea, Potassium, Sodium, WHO ORS   Abstrak: Diare akut menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit terutama natrium dan kalium yang apabila tidak diganti dapat menyebabkan dehidrasi.Tahun 2006, WHO merekomendasikan oralit dengan osmolaritas 245 Mmol/l sebagai tata laksana diare akut dengan dehidrasi ringan sedang. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh oralit WHO terhadap kadar natrium dan kalium plasma pada anak diare akut dengan dehidrasi. Penelitian pra-eksperimental dengan pendekatan pre-post test tanpa adanya kelompok kontrol, berlangsung selama November 2012 sampai Januari 2013 di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado. Sampel 20 pasien diare akut dehidrasi ringan sedang. Pasien diambil sampel darah untuk memeriksa kadar natrium dan kalium plasma sebelum dan sesudah terapi dengan oralit WHO 75 cc/kgbb selama tiga jam. Hasil didapatkan gambaran elektrolit saat dehidrasi terbanyak adalah isonatremia 60 % dan isokalemia 85%. Gambaran elektrolit saat rehidrasi terbanyak adalah isonatremia 70% dan isokalemia 70%. Rerata kadar Natrium saat dehidrasi adalah 136,1±5,2 mmol/L dan saat rehidrasi adalah 136,1±3,45mmol/l dengan p=0,5. Rerata kadar Kalium saat dehidrasi adalah 3,99±0,78mmol/l dan saat rehidrasi adalah 3,84±0,85mmol/l dengan p=0,183. Simpulan: Gambaran elektrolit sebelum dan sesudah rehidrasi terbanyak adalah isonatremia dan isokalemia.Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar natrium dan kalium plasma sebelum dan sesudah rehidrasi dengan oralit WHO. Kata kunci Dehidrasi,Diare,Kalium,Natrium,Oralit WHO
Gambaran elektrolit serum pada anak dengan diare akut Wololi, Christin V.; Manoppo, Jeanette I.Ch.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.12105

Abstract

Abstract: Acute diarrhea is defined as the sudden onset of 3 or more loose stools per day and lasts no longer than 14 days; chronic or persistent diarrhea lasts more than 14 days. Loss of fluid in large quantitiy such as diarrhea results in imbalance of fluid and electrolyte. The first influenced electrolytes are sodium and chloride since both are extracellular electrolytes. This study aimed to obtain the profile of serum electrolytes in children with acute diarrhea. Thus was a descriptive retrospective study using medical record data of patients hospitalized in the Paediatrics Department of Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Hospital in the period of January 2015 - December 2015. The results showed that the highest incidence was among males (30 cases; 65.21%). Most cases were aged 1 - < 5 years (23 cases; 50%). Most serum sodium values were in the normal range (36 cases; 78.26%). Most cases had diarrhea without dehydration and had normal serum sodium (20 cases; 43.47%). Most cases had normal serum potassium levels (33 cases; 71.73%). Most inpatients were without dehydration (17 cases; 36.95%). Most cases had normal serum electrolyte levels (39 cases; 84.78%). Most of the diarrhea without dehydration ( 21 cases; 45.65%). Diarrhea was most often in those who were formula-fed (29 cases; 63.04%). Keywords: acute diarrhea, dehydration, electrolyte disturbance Abstrak: Diare akut didefinisikan sebagai onset mendadak 3 atau lebih mencret per hari dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari sedangkan diare kronis atau persisten berlangsung lebih dari 14 hari. Bila terjadi kehilangan cairan dalam jumlah banyak secara terus menerus seperti pada diare maka keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh tidak dapat dipertahankan. Elektrolit yang pertama terpengaruh ialah natrium dan klorida karena keduanya merupakan elektrolit ekstrasel. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran elektrolit serum pada anak dengan diare akut. Jenis penelitian retrospektif deskriptif menggunakan data rekam medik pasien rawat inap di Bagian Pediatri RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode Januari 2015 - Desember 2015. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa insiden tertinggi pada laki-laki sebanyak 30 kasus (65,21%). Usia terbanyak antara 1 tahun - < 5 tahun yaitu 23 kasus (50%). Nilai natrium serum paling banyak pada kisaran normal yaitu 36 kasus (78,26%), paling banyak didapatkan pada penderita tanpa dehidrasi dengan natrium serum normal 20 kasus (43,47%). Kadar kalium serum normal secara keseluruhan berjumlah 33 kasus (71,73%), paling banyak pada penderita tanpa dehidrasi yaitu 17 kasus (36,95%). Kadar serum paling banyak pada kisaran normal yaitu 39 kasus (84,78%), dan paling banyak pada penderita tanpa dehidrasi yaitu 21 kasus (45,65%). Diare paling banyak pada yang diberi susu formula sebanyak 29 kasus (63,04 %).Kata kunci: diare akut, dehidrasi, gangguan elektrolit