Rian Juanda
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

STUDI KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN (SKALA MIKRO) DI KOTA BANDA ACEH Ihdina Ruliza; Junaidi Affan; Rian Juanda
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 3, No 4 (2018): November 2018
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT       Fisheries production in Aceh Sea has a very important role in the fish processing industry. The fisheries production not only used to utilize the unsold fish or the less popular one in the community, but also as a new innovation in the field of fish processing industry. The availability of raw materials in an industry is needed to anticipate the lack of raw material supply during non-fish season in order to ensure the sustainability of a business. The purpose of this study was to identify the types of industrial raw materials and determine the amount of raw material requirements needed by the fish processing industry (micro scale) in the city of Banda Aceh. This research used survey and interview methods. The number of respondents was determined by purposive sampling consisting of 18 industries in the city of Banda Aceh. Analysis of the needs of raw materials for fish processing industry was carried out in a quantitative descriptive method. The results of the study showed that there were three dominant types of fish which were used as raw material for processing fish including little tuna, goatfish, and tuna which were processed such as dried tuna (keumamah), fish meatballs, fish nuggets, fish jerky, and shredded fish. From the three raw materials, the numbers were varied from year to year where the highest number of raw materials needs for tuna in 2018 was 383,750 kg, for goats in 2016 there was a stock shortage of 54,582 kg and tuna fish was fulfilled every year with the highest raw material needs in 2015 at 9,000 kg. The most processed type of fish was little tuna about 66% which was used as raw material in making dried tuna, while 2% in making jerky fish using raw materials of goatfish.Keywords: Fish processing industry, raw materials, catch productionABSTRAK       Produksi perikanan di laut Aceh memiliki peranan yang sangat penting dalam industri pengolahan ikan. Di samping untuk memanfaatkan ikan yang tidak laku dijual atau ikan yang kurang digemari masyarakat, produksi hasil perikanan juga dapat dijadikan suatu inovasi baru dalam bidang industri pengolahan ikan. Ketersediaan bahan baku di suatu industri sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi kekurangan suplai bahan baku pada saat tidak musim ikan guna terjaminnya keberlangsungan suatu usaha. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi jenis bahan baku industri dan mengetahui jumlah kebutuhan bahan baku yang diperlukan oleh industri pengolah ikan (skala mikro) di kota Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan metode survei dan wawancara. Jumlah responden ditentukan secara purposive sampling yang terdiri dari 18 industri yang terdapat di kota Banda Aceh. Analisis kebutuhan bahan baku industri pengolahan ikan dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga jenis ikan dominan yang dijadikan bahan baku pengolahan ikan diantaranya yaitu ikan tongkol, ikan kambing-kambing, dan tuna yang dijadikan olahan seperti ikan kayu, bakso ikan, nugget ikan, dendeng ikan, dan abon ikan, dari ketiga bahan baku tersebut memiliki jumlah yang bervariasi dari tahun ke tahun dimana jumlah kebutuhan bahan baku ikan tongkol tertinggi pada tahun 2018 sebesar 383.750 kg, untuk ikan kambing-kambing pada tahun 2016 terjadi kekurangan stok sebesar 54.582 kg dan untuk ikan tuna terpenuhi setiap tahunnya dengan kebutuhan bahan baku tertinggi pada tahun 2015 sebesar 9.000 kg. Jenis ikan yang paling banyak diolah yaitu ikan tongkol sekitar 66% yang digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan ikan kayu, sedangkan 2% dalam pembuatan dendeng ikan yang menggunakan bahan baku ikan kambing-kambing.Kata kunci: Industri pengolahan ikan, bahan baku, produksi hasil tangkapan
Komposisi Hasil Tangkapan Jaring Insang (Gill Net) di Perairan Krueng Raya, Aceh Besar, Provinsi Aceh Aldo R.F. Coheny; Edy Miswar; Rian Juanda
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 3, No 3 (2018): Agustus 2018
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.488 KB)

Abstract

ABSTRACT       Krueng Raya water is one area that is located in Aceh Besar District where the gill nets were widely used by Fisherman. The utilization of gill nets in Krueng Raya was still traditional. The fisherman usually performs the operation catching up on the day and the night. The information about composition of the catch in gill nets which are operated at night and during the day in Krueng Raya was still limited, but that pieces of information is urgently needed for the development of more advanced gill nets in Krueng Raya This study aims to know the composition, size, diversity, and dominance of the gill net catches in Krueng Raya. Composition and size of catches were analyzed in descriptive, the diversity was analyzed using the Shannon-Wienerindex, while dominance was analyzed using the Odum dominance index. Descriptive analysis showed that the largest composition of catches in gill nets that operating during the day was yellowtail fish(19.6%) and the least was whitetip shark(0.4%) and in gill nets that operating in the night, the largest composition of catches was queenfish(27.7%) and the least was scup fish (0.5%). Size of catches are the most often caught in gill nets that operating during the day was 21.28-25.03 cm  (160 unit of fish or 35.4%) and in gill nets that operating in the night was 34.20-41.14 cm (119 unit of fish or 30.2%). The results of the diversity and dominance analysis showed that the diversity index of catches in gill nets that operating in the day and in the night were in medium category (2.17/1.93) and the dominance index of catches in gill nets that operating in the day and in the night was in the low category (0.14/0.20).Keywords: Gill nets, Catches, Diversity index, Dominance index ABSTRAK       Perairan Krueng Raya merupakan salah satu daerah yang terletak di Kabupaten Aceh Besar dimana alat tangkap jaring insang banyak digunakan di kalangan nelayannya. Penggunaan alat tangkap jaring insang di Perairan Krueng Raya terbilang masih sederhana. Nelayan jaring insang biasanya melakukan operasi penangkapan pada siang dan malam hari. Informasi mengenai jenis hasil tangkapan jaring insang yang dioperasikan pada malam dan siang hari di Perairan Krueng Raya secara umum masih sangat terbatas, akan tetapi informasi tersebut sangat dibutuhkan untuk pengembangan jaring insang yang lebih maju di Perairan Krueng Raya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi, ukuran, keanekaragaman serta dominansi hasil tangkapan jaring insang di Perairan Krueng Raya. Komposisi dan ukuran hasil tangkapan dianalisis secara deskriptif, keanekaragaman dianalisis dengan menggunakan Indeks Shannon-Wiener, sedangkan dominansi dianalisis dengan menggunakan indeks dominansi Odum. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa komposisi hasil tangkapan jaring insang siang yang paling banyak tertangkap adalah ikan ekor kuning (19,6%) dan yang paing sedikit adalah ikan hiu (0,4%), sedangkan pada jaring insang malam yang paling banyak tertangkap adalah ikan talang (27,7%) dan yang paling sedikit adalah ikan jarang gigi (0,5%). Ukuran hasil tangkapan yang paling sering tertangkap pada jaring insang siang adalah 21,28-25,03 cm sebanyak 160 ekor (35,4%) dan pada jaring insang malam adalah 34,20-41,14 cm sebanyak 119 ekor (30,2%). Hasil analisis keanekaragaman dominansi menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman hasil tangkapan jaring insang berada pada kategori sedang baik siang ataupun malam hari (2,17/1,93), sedangkan indeks dominansi berada pada kategori rendah baik siang ataupun malam hari (0,14/0,20).Kata Kunci: Jaring insang, Hasil tangkapan, Indeks keanekaragaman, Indeksdominansi
KAJIAN KESELAMATAN KERJA NELAYAN PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDRA (PPS) KUTARAJA, BANDA ACEH Riki Rinaldi; Chaliluddin Chaliluddin; Rian Juanda
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 3, No 4 (2018): November 2018
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACTIn an effort to protect and guarantee the safety, security and comfort of fishing boat crew work, the operational safety factors of fishing vessels in the sea are very important to prioritize, especially the availability of ship safety equipment and conditions are good, so that if a ship accident occurs the safety equipment is ready to used. This study aims to determine the application of regulations related to work safety equipment and their availability on purse seine vessels in Kutaraja Fishing Port of Banda Aceh, and to know fishermen's perceptions of the importance of work safety equipment. This study uses direct survey methods and interviews with reference to existing national regulations, then the data are analyzed descriptively and linear regression analysis through the SPSS program. The results showed that from all samples of 11 GT- 61 GT (n = 21) vessels, the presence or application of safety equipment on purse seine vessels was 63%, in ships 11 GT-20 GT was 45% (n = 3) , for the 21 GT - 30 GT vessels the use of safety equipment is 60% (n = 6), the 30 GT - 50 GT vessels using safety equipment are 65% (n = 7), on ships 51 GT - 60 GT the use of safety equipment is 57% (n = 3) and on ships greater than 61 GT uses of safety equipment is 86% (n = 2), meaning that the average application is 62.6%. Fishermen already understand the importance of work safety equipment, but the availability and number of work safety equipment on board is inadequate. Work safety (independent) tools have an influence on the perception of fishermen (dependent) only by 1.83%, the rest 98.17% is influenced by other factors outside the availability of work safety equipment. The existence of available safety equipment in the purse seine ship consists of GPS devices, SSB radios, compasses, life jackets, life bouy, glasses, gloves, work shoes, winches, capstan, tools, first aid kits and light fire extinguishers (APAR).Keywords: Work safety, fishermen, Kutaraja fishing port, purse seine, perception, regulation ABSTRAKDalam upaya melindungi dan menjamin keselamatan, keamanan dan kenyamanan kerja awak kapal perikanan, maka faktor keselamatan operasional kapal perikanan di laut sangatlah penting untuk diprioritaskan, terutama ketersediaan alat keselamatan kapal harus tersedia dan kondisinya baik, sehingga bila terjadi kecelakaan kapal alat keselamatan kerja di kapal siap digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan regulasi terkait alat keselamatan kerja dan ketersediannya pada kapal purse seine di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kutaraja, Banda Aceh serta mengetahui persepsi nelayan terhadap arti penting alat keselamatan kerja. Penelitian ini menggunakan metode survey langsung dan wawancara dengan mengacu pada regulasi-regulasi nasional yang ada, selanjutnya data dianalisis secara deskriptif dan analisis regresi linear melalui program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari seluruh sampel kapal 11 GT- 61 GT (n = 21) keberadaan atau penerapan alat-alat keselamatan pada kapal purse seine adalah sebesar 63%, pada kapal 11 GT – 20 GT adalah sebesar 45% (n = 3), pada kapal 21 GT – 30 GT penggunaan alat keselamatan adalah sebesar 60% (n= 6), kapal 30 GT – 50 GT pengunaan alat keselamatan adalah sebesar 65% (n = 7), pada kapal 51 GT – 60 GT penggunaan alat keselamatan adalah 57% (n = 3) dan pada kapal ukuran lebih besar dari 61 GT penggunaan alat keselamatan adalah 86% (n = 2), artinya rata-rata penerapannya adalah 62.6%. Nelayan sudah memahami arti penting peralatan keselamatan kerja hanya saja ketersediaan dan jumlah alat keselamatan kerja di atas kapal yang belum memadai. Alat keselamatan (independen) kerja mempunyai pengaruh terhadap persepsi nelayan (dependen) hanya sebesar 1,83%, selebihnya sebesar 98,17% dipengaruhi oleh faktor lain di luar kesediaan alat keselamatan kerja. KeberadaanAlat-alat keselamatan yang tersedia dikapal purse seine terdiri dari alat GPS, radio SSB, kompas, life jacket, life bouy,kacamata, sarung tangan, sepatu kerja, derek, capstan, perkakas, P3K dan alat Pemadam api ringan (APAR).        Kata Kunci: Keselamatan kerja, nelayan, PPS Kutaraja, purse seine, persepsi, regulasi.
Studi Tingkat Pemanfaatan Fasilitas Pokok Pelabuhan Perikanan (PP) di Sawang Ba’u, Kabupaten Aceh Selatan Ahmad Faisa; Zulkarnain Jalil; Rian Juanda
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 4, No 1 (2019): Februari 2019
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACTThe study of the utilization rate of the fishery port in Sawang Ba'u, Sawang subdistrict, Aceh Selatan District has been conducted, Aceh province. The research aims were to determine the level of utilization of the fishery facilities. The research scope was examining the utilization rate of basic facilities with three facilities namely the pier, swimming and land. The research was conducted in April 2018 using a direct survey method through primary data retrieval and secondary data. The Data obtained is analyzed by comparison of the classification available in PP Sawang Ba'u with regulation of Maritime Minister and Fisheries No. 8 year 2012 and the formula of General fisheries capture year 1984. In this research also made several frameworks of thought and various trees beginning analysis of each facility that is in the analysis includes Port dock data, the vast data of the port pool also land port that reference data sources originating from the port Fisheries and Marine Service and fisheries. The results showed that the utilization rate of landing docks and high-stirreed pools (105.25%) On the landing dock and on the swimming pool (≥ 100%), while the land utilization is still low (39.4%). Based on the results it needs to be done development of main facilities, especially the jetty and swimming pool because it exceeds the existing capacity to facilitate the activity of the movement of the ship in order not the occurrence of demolition delays. So that it can cause a decrease of the quality of fish until the fishermen lose on the catch, while on the port land is still needed optimization to be more optimal and done development gradually by formalizing the land. Owned by local residents must be claimed by the government and allocate new developments for local residents.Keywords: Sawang Ba’u fishing port, utilization rate, basic facilities, level of needs ABSTRAKTelah dilakukan penelitian tentang studi tingkat pemanfaatan fasilitas pokok Pelabuhan perikanan di Sawang Ba’u, Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan fasilitas pokok pelabuhan perikanan dan pada penelitian kali ini ruang lingkup yang akan diteliti terhadap tingkat pemanfaatan fasilitas pokok dibatasi dengan tiga fasilitas yaitu dermaga, kolam labuh dan lahan. Penelitian dilakukan pada bulan April 2018 dengan menggunakan metode survey langsung melalui pengambilan data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh dianalisis melalui perbandingan klasifikasi yang tersedia di PP Sawang Ba’u dengan peraturan menteri kelautan dan perikanan no.8 tahun 2012 dan formula dirjen perikanan tangkap tahun 1984. Pada penelitian ini juga dibuat beberapa kerangka pemikiran dan berbagai pohon permulaan analisis tiap fasilitas yang di analisis mencakup data dermaga pelabuhan, data luas kolam pelabuhan juga lahan pelabuhan yang acuan sumber data berasal dari pihak pelabuhan perikanan dan dinas kelautan dan perikanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan dermaga pendaratan dan kolam labuh sanggat tinggi masing-masing (105,25%) pada dermaga pendaratan dan pada kolam labuh (≥ 100%), sedangkan pemanfaatan lahannya masih rendah (39,4%). Jadi berdasarkan hasil penelitian tersebut perlu dilakukan pengembangan fasilitas utama khususnya dermaga dan kolam labuh karena melebihi kapasitas yang ada guna untuk memperlancar aktivitas gerak olah kapal agar tidak terjadinya keterlambatan pembongkaran sehingga hal tersebut dapat menyebabkan penurunan mutu ikan hingga nelayan merugi pada hasil tangkapannya, sedangkan pada lahan pelabuhan masih diperlukan optimalisasi agar lebih optimal dan dilakukan pengembangan secara bertahap dengan meresmikan tanah yang dimiliki warga setempat harus di klaim pemerintah dan di alokasikan pembangunan baru untuk warga setempat.Kata Kunci: Pelabuhan Perikanan Sawang Ba’u, tingkat pemanfaatan, fasilitas pokok, tingkat kebutuhan.