Putie Hapsari
Divisi Bedah Vaskular Dan Endovaskular, Departemen Bedah, Universitas Padjadjaran, Bandung

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Accuracy of SVS-WIfI Classification in Predicting Major Amputation in Critical Limb Ischemic Patients Teguh Marfen Djajakusumah; Rani Septrina; Putie Hapsari; Rendy Susanto
Majalah Kedokteran Bandung Vol 52, No 4 (2020)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15395/mkb.v52n4.2029

Abstract

In 2014, The Society for Vascular Surgery revealed a new classification system for Critical Limb Ischemia (CLI) referred as the Society for Vascular Surgery Lower Extremity Threatened Limb Classification System based on Wound, Ischemia, and foot Infection (SVS WIfI). This scoring system was created to stratify major amputations risk within 1 year and benefit of revascularization for the patient. This study aimed to assess the accuracy of SVS WIFi in predicting major amputations in patients with lower limb ischemia underwent revascularization at Department of Surgery, Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran-Dr. Hasan Sadikin General Hospital in 2016 - 2019. This was a retrospective observational analytic study with cohort design. Patients who fulfilled the inclusion criteria were assessed with SVS WIfI and results after 1 year of revascularization were identified. Data were analyzed statistically using the Chi-square test. 0f 56 subjects, 39 had limb salvage and 17 underwent major amputations within 1 year. In high revascularization benefit group, 31 had limb salvage and 7 underwent amputation. Meanwhile, in moderate-low revascularization benefits group, 8 had limb salvage and 10 underwent amputation. The accuracy of the SVS WIfI recommendation was 73.2%. Therefore, WIfI SVS classification accurately predicts the incidence of major amputations in patients with lower limb ischemia who underwent revascularization. Akurasi Klasifikasi SVS-WIfI dalam Memprediksi Amputasi Mayor pada Pasien Iskemik Tungkai BawahPada tahun 2014, The Society for Vascular Surgery mengemukakan sistem klasifikasi baru untuk CLI yaitu SVS-WIfI. Sistem skoring ini dibuat untuk menstratifikasi risiko amputasi mayor dalam 1 tahun bila dilakukan revaskularisasi pada pasien. Penelitian ini dilakukan untuk melihat akurasi SVS WIfI dalam memprediksi kejadian amputasi mayor pada pasien iskemia tungkai bawah yang menjalani revaskularisasi dan di lakukan di Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin pada tahun 2016-2019. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan retrospective cohort study. Pasien yang memenuhi persyaratan dilakukan penilaian dengan SVS WIfI dan di-follow up selama 1 tahun, hasil hasilnya dianalisis menggunakan tes Chi-square dan dilakukan perhitungan sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 56 pasien yang menjalani revaskularisasi, didapatkan sebanyak 39 pasien yang tidak mengalami amputasi mayor dan 17 pasien yang mengalami amputasi mayor dalam 1 tahun. Dari penelitian ini kelompok pasien dengan manfaat revaskularisasi yang tinggi didapatkan 31 pasien tidak mengalami amputasi, sedangkan 7 pasien mengalami amputasi, pada kelompok pasien dengan manfaat revaskularisasi sedang-rendah, 8 pasien tidak mengalami amputasi, sedangkan 10 pasien mengalami amputasi dan didapatkan hasil uji chi square berdasarkan manfaat vaskularisasi dan kejadian amputasi diperoleh nilai P=0,005, dan Akurasi dari rekomendasi SVS WIfI adalah 73,2%. Dari hasil penelitian didapatkan Klasifikasi SVS WIfI akurat dalam memprediksi kejadian amputasi mayor pada pasien iskemia tungkai bawah yang menjalani revaskularisasi.
Peranan Sistem Penilaian CAVeA2T2 dalam Memprediksi Maturasi Fistula Radiosefalika Ratna Astri Andhini; Teguh Marfen Djajakusumah; Putie Hapsari; Rama Nusjirwan
Jurnal llmu Bedah Indonesia Vol. 48 No. 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Ikatan Ahli Bedah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46800/jibi-ikabi.v48i1.54

Abstract

Latar Belakang. Berdasarkan panduan National Kidney Foundation-Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (NKF/KDOQI), fistula radiosefalika merupakan pilihan utama akses vaskular pada pasien yang menjalani hemodialisis. Fistula dikatakan matur apabila sesuai dengan rule of six (laju aliran >600mL/menit, diameter ?6mm dan berjarak sekitar ?6mm dari permukaan kulit). Sistem penilaian CAVeA2T2 (akses vena sentral ipsilateral, usia >73 tahun, vena <2,2mm, riwayat angioplasty pada tungkai bawah, dan tidak ditemukannya thrill intraoperatif) memiliki potensi dalam menilai maturasi fistula radiosefalika. Metode. Desain analitis menggunakan metode kohort prospektif dengan consecutive sampling untuk menilai perananan sistem penilaian CAVeA2T2 dalam memprediksi maturasi fistula radiosefalika. Populasi terjangkau adalah pasien gagal ginjal terminal (GGT) yang datang ke poliklinik Bedah Vaskular RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dan RSKG Ny.R.A.Habibie yang akan menjalani operasi fistula radiosefalika. Uji statistik menggunakan uji univariat untuk dekskripsi data. Sampel dikelompokkan berdasarkan skor CAVeA2T2 (skor <2 dan ?2) dan status maturasi fistula (matur/non matur) kemudian dianalisis melalui perbandingan antar kelompok melalui model bivariat. Selanjutnya analisis untuk menguji hipotesis melalui analisis Chi-Square Fisher dengan batas kemaknaan 0,05. Hasil. Didapatkan 24 pasien (perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 1:1) yang dilakukan analisis dengan rentang usia 21-76 tahun, rerata tekanan sistolik 149,2 (±28,4) mmHg. Didapatkan sitem penilaian CAVeA2T2 memiliki peranan dalam memprediksi maturasi fistula radiosefalika dengan probabilitas kesalahan statistik sebesar p<0,01 dan koefisien kontingensi sebesar C=0,674. Derajat peranan sistem penilaian CAVeA2T2 terhadap maturasi fistula radiosefalika tergolong sangat kuat berdasarkan klasifikasi Guilford. Kesimpulan. Sistem penilaian CAVeA2T2 memiliki peranan dalam memprediksi maturasi fistula radiosefalika. (ISSN 2723-7494 J Bedah Indonesia. 2020;48:15-37)
Pengaruh Kadar C-Reactive Protein Serum Preoperatif terhadap Maturasi Fistula Radiosefalika Dionisius Panji Wijanarko; Teguh Marfen Djajakusumah; Putie Hapsari; Rama Nusjirwan
Jurnal llmu Bedah Indonesia Vol. 48 No. 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Ikatan Ahli Bedah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46800/jibi-ikabi.v48i1.58

Abstract

Latar Belakang. Penyakit ginjal kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat global dengan prevalensi dan insidensi Gagal Ginjal Terminal (GGT) yang meningkat. Riset Kesehatan Dasar Indonesia menyatakan perawatan penyakit ginjal menjadi beban kedua tertinggi pembiayaan BPJS. Penganti fungsi ginjal yang umum dilakukan adalah hemodialisis (HD) sehingga akses vaskular menjadi hal penting dalam penanganan GGT. Fistula arteriovena (AVF) radiosefalika merupakan pilihan akses HD yang utama. Respon endotel merupakan aspek penting dari remodeling pembuluh darah yang diperlukan untuk keberhasilan AVF. C-Reactive Protein (CRP) yang bersirkulasi tinggi dapat menyebabkan disfungsi endotel sehingga diduga memiliki nilai prediksi terhadap maturasi AVF. Metode. Desain analitik menggunakan metode kohort prospektif dengan consecutive sampling untuk menilai bagaimana pengaruh kadar CRP serum preoperatif terhadap maturasi AVF. Sampel diambil dari pasien GGT yang datang ke poliklinik Bedah RSUP Hasan Sadikin dan RSKG Ny.R.A.Habibie Bandung yang akan menjalani operasi AVF radiosefalika. Tes statistik menggunakan uji univariat untuk dekskripsi data. Perbedaan kadar CRP serum preoperatif berdasarkan perbedaan status maturasi AVF dianalisis melalui perbandingan kadar CRP serum preoperatif antar kelompok maturasi AVF melalui model bivariat uji t independen. Selanjutnya analisis untuk menguji hipotesis melalui analisis regresi logistik dengan batas kemaknaan 0,05. Hasil. Didapatkan 24 pasien (12 laki-laki, 12 perempuan) yang dilakukan analisis dengan rerata usia 45 (±16) tahun, rerata tekanan sistolik 149,2 (±28,4)mmHg. Didapatkan kadar CRP serum preoperatif berpengaruh negatif secara signifikan terhadap maturasi AVF dengan probabilitas kesalahan statistik sebesar p = 0,0285 (<0,05) dengan koefisien determinasi Nagelkerke (Nagelkerke R Squared) sebesar 71,1%. Derajat kuatnya pengaruh kadar CRP serum preoperatif terhadap maturasi AVF tergolong kuat/tinggi berdasarkan klasifikasi Guilford yaitu 0,843 (0,70 – 0,90). Kesimpulan. Terdapat pengaruh kadar CRP serum preoperatif terhadap maturasi fistula radiosefalika. Semakin tinggi kadar CRP serum preoperatif, semakin rendah probabilitas maturasi fistula radiosefalika. (ISSN 2723-7494 J Bedah Indonesia. 2020;48:70-89)
Correlation between Albumin, Colon Leakage Score (CLS), and Anastomotic Leakage after Colorectal Cancer Resection Reno Rudiman; Putie Hapsari; Novi Christina Indrajaya
Majalah Kedokteran Bandung Vol 54, No 4 (2022)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15395/mkb.v54n4.2666

Abstract

Anastomotic leakage is still the most undesirable complication of colorectal surgery. The reported incidence of anastomotic leakage after colorectal surgery varies from 1.8% to 15.9%. The impact of anastomotic leakage is increased morbidity, mortality (12–30%), length of stay, and cost of hospitalization; hence, this complication should be prevented as much as possible.Several studies have shown a correlation between low albumin levels and increased anastomotic leakage.The Colon Leakage Score (CLS) is a standard score for predicting anastomotic leakage, but this score does not include the albumin level as a parameter of anastomotic leakage despite the importance of the albumin level’s contribution on the anastomotic leakage. Therefore, this study sought to analyze the correlation between the albumin level, CLS, and the incidence of anastomotic leakage after anastomotic resection surgery in colorectal cancer (CRC) patients at Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung, Indonesia. This study was a cross-sectional retrospective analytical study on medical records of CRC patients over the age of 18 who underwent intestinal anastomotic resection surgery between 2016–2020. There were thirty-two patients with colorectal cancer underwent anastomotic resection during the study period, with two patients experienced anastomotic leakage. Correlation analysis showed that the correlation coefficient for the albumin level and anastomotic leakage was 0.209, while the correlation coefficient between CLS and anastomotic leakage was 0.110. There is no correlation between albumin level, CLS, and the incidence of anastomotic leakage after anastomotic resection surgery in CRC patients treated at Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung, Indonesia