Anisatun Muthi'ah
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Penafsiran Ayat-Ayat Pemicu Radikalisme Perspektif Ibnu Taimiyah Dan Quraish Shihab (Telaah QS. Al-Taubah [9]: 5 dan 29) Siti Khoirunnisa; Lukman Zain; Anisatun Muthi'ah
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 4, No 02 (2016): DESEMBER
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.991 KB) | DOI: 10.24235/diyaafkar.v4i02.1149

Abstract

Di Indonesia telah banyak kelompok yang melakukan tindakan intoleran atas nama agama terhadap non-muslim. Ayat-ayat al-Qur’an menjadi dasar dan nilai tertinggi perbuatan terorisme sekelompok orang tersebut. Oleh sebab itu, gagasan tentang pentingnya mengenal lebih dalam soal penafsiran al-Qur’an terkait ayat-ayat yang terkesan radikal menjadi sangat penting, agar seseorang tidak terdorong melakukan tindak kekerasan atas nama agama. Dalam hal ini, penulis akan mengkaji pemikiran Ibnu Taimiyah dan Quraish Shihab tentang ayat-ayat pemicu tindakan radikal tersebut, terkhusus QS. al-Taubah (9): 5 dan 29. Seperti Ibnu Taimiyah dan Quraish Shihab Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka dengan membahas buku, baik dari buku primer maupun sekunder yang terkait dengan tema yang dikaji. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah muqaran. Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah menjelaskan pengertian radikalisasi dan deradikalisasi, mengumpulkan ayat al-Qur’an yang seringkali ditafsirkan secara radikal, memaparkan penafsiran masing-masing mufassir, menganalisis studi komparatif yakni perbandingan antara penafsiran Ibnu Taimiyah dan Quraish Shihab.Hasil penelitian ini menjawab bagaimana penafsiran Ibnu Taimiyah dan Quraish Shihab tentang QS. Al-Taubah ayat 5 dan 29 adalah sebagai berikut: dalam menafsirkan al-Qur’an keduanya tidak menafsirkan secara tekstual, melainkan dengan menjadikan asbab nuzul sebagai alat untuk memahami maksud ayat tersebut. Asbab al-Nuzul ayat tentang izin penyerangan terhadap kaum muslim adalah peristiwa penyerangan terlebih dulu yang dilakukan kaum Nashrani yang ada di Romawi. Dengan demikian, konteks pelaku penyerangan adalah kaum Nashrani dan Yahudi yang tidak beragama dengan benar, yang sikap dan perilakunya akan berakibat mengganggu ajaran Islam dan mengganggu kelangsungan hidup masyarakat Islam. Keduanya sama-sama menyimpulkan umat muslim tidak boleh menyerang kaum musyrikin kecuali ada penyerangan terlebih dulu yang dilakukan kaum musyrik.  Kata kunci: al-Qur’an, Radikalisasi, Intoleran.
Living Sunnah Jama’ah Al-Syahadatain (Studi Kasus di Pondok Pesantren Nurul Huda Munjul Kuningan) Istifadah Istifadah; Anisatun Muthi'ah; Ahmad Faqih Hasyim
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 4, No 02 (2016): DESEMBER
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.678 KB) | DOI: 10.24235/diyaafkar.v4i02.1162

Abstract

Sunnah yang hidup (living sunnah) berarti kebiasaan atau prilaku yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari, sedangkan sunah yang  mati adalah kebiasaan yang  tidak bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian sunah yang hidup identik dengan ijma kaum muslimin yang di dalamnya termasuk para ulama generasi awal. Jadi sunah yang hidup adalah sunah nabi ditafsirkan oleh para ulama, penguasa, hakim dan masyarakat sesuai dengan situasi yang mereka hadapi.Living Sunnah dipraktikkan di pondok pesantren Nurul Huda Munjul. Praktek ini kurang mendapat pemahaman positif oleh masyarakat sekitar, untuk itu peneliti tertarik untuk menggali informasi dari Pondok Pesantren Nurul Huda Munjul Astanajapura Cirebon. Tulisan ini untuk menjelaskan living sunnah, doktrin dan  hal yang mendasari komunitas Pondok Pesantren Nurul Huda dengan metode deskriptif kualitatif dan interpretasi data. Living sunah di Munjul menggunakan tradisi lisan dan tradisi praktik. Seperti wiridan dan pakaian putih. Kata kunci: living sunnah, pondok pesantren.