Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

ENZYME ACTIVITY IN RELATION TO TOTAL K, Ca, Mg, Fe, Cu AND Zn IN THE OIL PALM RHIZOSPHERE OF RIAU’S PEATLANDS, INDONESIA Mimien Harianti; Atang Sutandi; Rasti Saraswati; Maswar Maswar; Supiandi Sabiham
BIOTROPIA - The Southeast Asian Journal of Tropical Biology Vol. 25 No. 3 (2018)
Publisher : SEAMEO BIOTROP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11598/btb.2018.25.3.862

Abstract

Enzyme activity can be used as a peat decomposition indicator in the oil palm rhizosphere of peatlands. Oil palm plantation management requires fertilization in the rhizosphere to provide nutrients for oil palm growth. The state of total nutrient in the rhizosphere can influence enzyme activity. This research aimed to study enzyme activity in relationship to nutrients in the oil palm rhizosphere of peatlands. Using the explorative method in Riau’s tropical peatlands, an oil palm plantation was chosen as a location for the main sites, and a degraded forest as well as a shrubland were chosen as comparison sites. In the oil palm plantation, peat samples were taken from peats adhering to oil palm roots at the peat depths of 0‒25 and 25‒50 cm and at distances of 0‒1, 1‒2, 2‒3, and 3‒4 m from the trees. In the degraded forest and shrub, t samples were taken from selected plant roots at the depths of 0-25 and 25-50 cm. The triplicate peat samples were then composited for an analysis of enzyme activity and total nutrient content. Results showed that enzyme (urease, phosphatase, β-glucosidase, and laccase) activity in the oil palm rhizosphere decreased as the distance from trees and the depth of rhizosphere increased. The decline in enzyme activity was caused by a low peat pH and an increased water content as well as organic carbon content. Enzyme activity increased with increasing oil palm age and ash content. Total K and Zn contents showed no correlation with enzyme activities. However, total Ca and Mg contents showed positive correlation only with β-glucosidase activity. Total Fe and Cu contents showed significantly negative correlation with enzyme activities (urease, phosphatase, β-glucosidase, and laccase). Enzyme activity in the rhizosphere of the degraded forest and shrubs were mostly lower than in the oil palm rhizosphere.
HUBUNGAN KEMATANGAN GAMBUT DENGAN KADAR LENGAS TERHADAP EMISI KARBON DIOKSIDA (CO2) PADA GAMBUT KALIMANTAN TENGAH Rahma Dania Ayushinta; Susila Herlambang; Dyah Arbiwati; Maswar Maswar
Jurnal Ilmu Tanah dan Air Vol 18, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jta.v18i1.9471

Abstract

Gambut tersusun oleh material organik lebih dari 45% dengan kandungan air yang relatip banyak. Gambut memiliki tingkat kematangan dan kadar lengas yang berbeda akan menentukan besarnya emisi CO2 terutama pada pembukaan lahan untuk budidaya pertanian. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh tingkat kematangan dan kadar lengas gambut terhadap sifat kimia tanah gambut dan produksi gas karbon dioksida (CO2). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor dengan 3 ulangan. Masing-masing faktor yaitu tingkat kematangan gambut (Fibrik, Hemik dan Saprik) dan kadar lengas gambut 100%, 150%, 200%, 250%, dan 300%. Analisis data dengan analysis of variance dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test pada jenjang 5%. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kematangan gambut saprik berpengaruh terhadap penurunan emisi CO2, C-Organik dan peningkatan kadar abu, tetapi tidak berpengaruh terhadap nilai Eh. Perlakuan kadar lengas tidak berpengaruh terhadap emisi CO2, C-Organik dan kadar abu, tetapi pada kadar lengas 300% berpengaruh terhadap penurunan Eh. Terjadi interaksi pada kombinasi perlakuan gambut saprik dengan kadar lengas 300% memberikan perubahan nilai pH tanah dan N total tertinggi, serta C/N paling rendah
HUBUNGAN KEMATANGAN GAMBUT DENGAN KADAR LENGAS TERHADAP EMISI KARBON DIOKSIDA (CO2) PADA GAMBUT KALIMANTAN TENGAH Rahma Dania Ayushinta; Susila Herlambang; Dyah Arbiwati; Maswar Maswar
Jurnal Ilmu Tanah dan Air Vol 18, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jta.v18i1.9471

Abstract

Gambut tersusun oleh material organik lebih dari 45% dengan kandungan air yang relatip banyak. Gambut memiliki tingkat kematangan dan kadar lengas yang berbeda akan menentukan besarnya emisi CO2 terutama pada pembukaan lahan untuk budidaya pertanian. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh tingkat kematangan dan kadar lengas gambut terhadap sifat kimia tanah gambut dan produksi gas karbon dioksida (CO2). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor dengan 3 ulangan. Masing-masing faktor yaitu tingkat kematangan gambut (Fibrik, Hemik dan Saprik) dan kadar lengas gambut 100%, 150%, 200%, 250%, dan 300%. Analisis data dengan analysis of variance dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test pada jenjang 5%. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kematangan gambut saprik berpengaruh terhadap penurunan emisi CO2, C-Organik dan peningkatan kadar abu, tetapi tidak berpengaruh terhadap nilai Eh. Perlakuan kadar lengas tidak berpengaruh terhadap emisi CO2, C-Organik dan kadar abu, tetapi pada kadar lengas 300% berpengaruh terhadap penurunan Eh. Terjadi interaksi pada kombinasi perlakuan gambut saprik dengan kadar lengas 300% memberikan perubahan nilai pH tanah dan N total tertinggi, serta C/N paling rendah