Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

Characteristic of Soil Physical Properties Derived from Pyritic-Contained Sediment of Musi Banyuasin as by Affected by Drying Treatment Kukuh Murtilaksono; Sudarmo .; Susila Herlambang; Sjarif .
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 3 No 2 (2000): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (766.909 KB) | DOI: 10.29244/jitl.3.2.18-23

Abstract

Greenhouse and laboratory research at the Department of Soil Science, Faculty of Agriculture IPB has been conducted about treatment of drying on acid sulphate soil coloum from Musi Banyuasin to examine the effect on soil physical properties. Soil coloum of 95 cm height is maintained submerged, aside from other soil coloums drained at 50 cm and 75 cm depth are drying treatment of 2, 4, 6, and 8 weeks. Drying treatment at 75 cm depth lowering soil surface 0.8 and 2.9 crn at the firstand eighth week of drying, respectively. The soil subsidence is affected by organic matter decomposition and swelling - shrinkage characteristic of 2:1 clay mineral. Drying treatmentsignificantly increasing aggregate stability from 54.69 to 57.19 at 15 cm depth, decreasing it from 57.29 to 51.19 at 45 cm depth at sixth week, and 49.59 to 45.82 at 75 cm depth at fourth week.Although the result has irregular pattern, drying treatment significantly increasing soil bulk density at 15 an depth from 0.83 to 0.95 glcm3, decpasing at 45 cm depth from 0.69 to 0.45 glcm3at sixth week, and increasing from 0.63 to 0.72 g/cm at 75 cm depth at fourth week. The incremental anddecreasing is more caused by organic matter decomposition and soil aggregate sementation by iron resulted from pyrite oxidation. Drying treatment significantly affecting soil porosity, permeability and COLE at several depth, atthough the pattern is irregular.
PENGARUH BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI PADA TANAH PASIR PANTAI Rahayu Rahayu; Didi Saidi; Susila Herlambang
Jurnal Ilmu Tanah dan Air Vol 16, No. 2 (2019)
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jta.v16i2.3985

Abstract

Tanah pasir pantai memiliki beberapa keterbatasan untuk budidaya tanaman. Biochar tempurung kelapa dan kotoran sapi merupakan bahan amelioran untuk memperbaiki keterbatasan di tanah pasir pantai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh biochar tempurung kelapa dan kotoran sapi terhadap sifat kimia tanah dan produksi tanaman sawi di tanah pasir pantai. Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta pada bulan Maret sampai Mei 2019 kemudian dianalisis di laboratorium. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah dosis biochar tempurung kelapa yang terdiri dari B0 = 0 ton / ha, B1 = 10 ton / ha, B2 = 15 ton / ha, dan B3 = 20 ton/ha. Faktor kedua adalah dosis kotoran sapi yang terdiri dari K0 = 0 ton/ha, K1= 10 ton / ha, K2 = 15 ton/ha, dan K3 = 20 ton/ha. Parameter penelitian adalah tekstur, pH H2O, C-Organik, N-Total, Kapasitas Tukar Kation (KTK), tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, bobot kering dan bobot basah tanaman. Hasil penelitian dianalisis dengan Analysis of Varians (ANOVA), dilanjutkan dengan DMRT 5% (Duncan Multiple Range Test) untuk mengetahui perbedaan mean antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi biochar tempurung kelapa 20 ton / ha (B3) dan kotoran sapi 20 ton / ha (K3) berpengaruh nyata terhadap peningkatan pH H2O dari 5,85 menjadi 6,90, C-Organic dari 0,62 % menjadi 1,23%, N-Total 0,04% menjadi 0,34%, Kapasitas Tukar Kation (KTK) dari 2,04 cmol (+) kg-1 menjadi 4,86 cmol (+) kg-1 dan berat basah tanaman 60,83 gram.
KADAR C ORGANIK SETELAH PERIODE TANAM PADI KE DUA DENGAN APLIKASI BIOCHAR PADA LAHAN BEKAS TAMBANG BATU BATA DI POTORONO YOGYAKARTA Kamaratih Nisrina Pertiwi; Susila Herlambang; Mohammad Nurcholis
Jurnal Ilmu Tanah dan Air Vol 16, No. 1 (2019)
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jta.v16i1.3976

Abstract

Anthraquic Typic Epiaquepts pada tanah sawah yang digunakan penelitian merupakan lahan setelah penambangan batu bata di Potorono, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Tanah bekas penambangan batu bata memiliki nutrisi dan tingkat C organik rendah. Pemberian limbah organikyang merupakan bahan pembenah tanah yaitu: biochar, kotoran sapi dan ampas tebu diharapkan dapat meningkatkan C organik dan unsur hara baik setelah tanam pertama maupun kedua. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh limbah organik sebagai amelioran dan waktu inkubasi dilakukan pada dua kali tanam padi. Analisa laboratorium yang dikaji adalah kadar C organik, N total, P tersedia, pH (H2O) dan Kapasitas perukaran kation (KPK). Penelitian ini menggunakan plot terpisah dengan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK). Dosis yang digunakan adalah residu biochar tempurung kelapa, ampas tebu, dan kotoran sapi sebanyak 15 ton / ha dengan jumlah 36 petak percobaan. Parameter yang diamati adalah C organik, N-Total, P-Tersedia, pH (H2O), Kapasitas perukaran kation (KPK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah dengan limbah organik biochar tempurung kelapa tidak memiliki perbedaan yang nyata pada C organik, N total, pH (H2O), dan Kapasitas perukaran kation (KPK, tetapi berbeda nyata pada tanah P tersedia. Biochar residual memiliki kadar C organik tertinggi sebesar 1,76%. Sisa batok kelapa Biochar dapat meningkatkan Kapasitas perukaran kation (KPK) dari 5,83 cmol (+) kg-1 menjadi 7,85 cmol (+) kg-1. P- tersedia tanah dengan residual biochar tempurung kelapa paling tinggi, yaitu 20,32 ppm
Karakterisasi asam humat dan asam fulvat pada ultisol dengan pemberian limbah segar organik dan pengalengan nenas Susila Herlambang; Azwar Maas; Sri Nuryani Hidayah Utami; Jaka Widada
Jurnal Ilmu Tanah dan Air Vol 14, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jta.v14i2.2574

Abstract

The purpose of the study to know characterization of humic and fulvic acids after three months decomposition by fresh organic waste and canning pineapples treatment at Ultisol Lampung. The research was designed with a completely randomized factorial design with three factors in the plot pots 165 cm x 165 cm x 55 cm. The first is fresh organic waste (200 ton.ha-1 chopper pineapple crops, 40 ton.ha-1 cattle manure, 40 ton.ha-1 cassava waste, 40 ton.ha-1 waste pump pineapple, 2 ton.ha-1 mill juice pineapple), and the second is depth on the soil (i.e. 0 - 15 cm, 0 - 30 cm and 0 - 45 cm), the each repeated three replication so total treatments are 24 plot pots. The results showed ameliorant treatment fresh organic waste and canning pineapples can increase the levels of C-organic from <1% to >1.5%. On the control (K0) in two months decomposition did not significantly different at 5%, but the decomposition of humic acid for three months showed significant differences in the treatment of K0, K1 and K2. Utilization of combinations of fresh organic waste and canning pineapples treatment at the depths (0 - 15, 0 - 30 and 0 – 45 cm) can increase the humic acid content about >1.5% in three months decomposition waste. The combination treatment of fresh organic waste and canning pineapples on Ultisol for three months decomposition, able to provide sufficient nutrients especially the availability of C-organic, humic acid and fulvic acid for growth pineapples.
ANALISIS INDEKS KUALITAS TANAH LAHAN KERING PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA NGALANG, KECAMATAN GEDANGSARI, KABUPATEN GUNUNGKIDUL Arya Satrya Wicaksono; Susila Herlambang; Didi Saidi
Jurnal Ilmu Tanah dan Air Vol 15, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jta.v15i2.4002

Abstract

Pertumbuhan penduduk meningkat 1,3% setiap tahunnya (BPS, 2010). Untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk maka diperlukan pemanfaaatan lahan kering dalam memenuhi kebutuhan penduduk akan pangan. Indonesia memiliki luasan lahan kering potensial 13,7 juta ha yang masih belum dimanfaatkan. Namun, lahan kering memiliki faktor pembatas salah satunya kualitas tanah di lahan kering tergolong rendah. Penelitian ini bertujuan untuk (a) menentukan indeks kualitas tanah pada berbagai penggunaan lahan dan (b) mengetahui sebaran kualitas tanah pada berbagai penggunaan lahan di Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul. Kemudian dianalisis di laboratorium. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, dengan metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan pengklasifikasian kelas kualitas tanah menggunakan IKT (Indeks Kualitas Tanah) yang dihitung menggunakan metode Minimum Data Set dari Mausbach dan Seybold (1998) dan dilanjutkan penentuan kriteria kualitas tanah. Titik sampel ditentukan berdasarkan Peta Satuan Lahan (PSL) yang dibuat dari overlay peta penggunaan lahan, peta jenis tanah, dan peta kemiringan lereng, pada penelitian ini terdapat 8 titik lokasi antara lain (TE1, TE2, TI1, TI2, SE1, SE2, SI1, dan SI2). Parameter yang digunakan antara lain: Berat volume, porositas,  kadar debu dan lempung tanah, pH H2O, kemiringan lereng, panjang lereng, faktor lereng, kadar C – organik, N – total, P – tersedia, dan K - tersedia tanah. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil kualitas kriteria buruk seluas 66,70 ha atau 11,17% dari areal yang diamati dengan nilai IKT meliputi satuan lahan TE2 (0,391); Kriteria sedang seluas 477,12 ha atau 79,89% dari areal yang diamati terletak meliputi satuan lahan TE1 (0,449), TI1 (0,596) TI2 (0,590), SE1 (0,477), SE2 (0,490), dan SI1 (0,578); Dan kriteria baik seluas 59,41 ha atau 8,94% meliputi satuan lahan SI2 (0,659).
KAJIAN SIFAT FISIK A ULTISOL PADA LAHAN BUDIDAYA NENAS DENGAN BERBAGAI POLA ROTASI DI PT. GREAT GIANT PINEAPPLE TERBANGGI BESAR, LAMPUNG Angga Suseno; AZ. Purwono Budi Santoso; Susila Herlambang
Jurnal Ilmu Tanah dan Air Vol 15, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jta.v15i2.4003

Abstract

Ultisol merupakan salah satu jenis tanah yang mengalami pelapukan lanjut. Tanah ini memiliki kandungan lempung yang tinggi pada bagian sub soil. Berdasarkan aspek fisika, Ultisol Lampung memiliki struktur tanah yang kurang mantap, permeabilitas yang lambat, porositas yang buruk, agregat kurang stabil dan bobot isi tinggi. Rotasi tanaman merupakan alternatif dalam memperbaiki sifat fisika tanah Ultisol di PT. Great Giant Pineapple. Dengan dilakukannya rotasi tanaman diharapkan mampu memberikan dampak yang besar untuk memperbaiki sifat fisika tanah Ultisol. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sifat fisika tanah Ultisol pada pola rotasi nenas-pisang, nenas-nenas dan nenas-singkong. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan penentuan lokasi dengan menggunakan metode purposif. Beda rerata antar perlakuan untuk setiap parameter di uji menurut Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan jenjang 0,05. Pengambilan sampel tanah menggunakan ring sampler dengan pola diagonal dengan kedalaman 0-40 cm. Perlakuan dengan pola rotasi nenas-pisang merupakan perlakuan terbaik dengan menghasilkan struktur granular, dengan derajat kuat, berat volume 1,48 g/cm3, kekuatan tanah 0,78 kg/cm2, porositas 43,62%. Rotasi tanaman dengan pola rotasi nenas-pisang, merupakan teknik yang baik dalam memperbaiki sifat fisika tanah di PT. Great Giant Pineapple.
Soil Layers Properties of a Profile Developed on the Past Depositional Series on Merbabu Volcano Central Java Indonesia Mohammad Nurcholis; Susila Herlambang; Sri Aminah Suwartikaningsih; Dian Fiantis; Dwi Fitri Yudiantoro
JOURNAL OF TROPICAL SOILS Vol 24, No 2: May 2019
Publisher : UNIVERSITY OF LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5400/jts.2019.v24i2.53-63

Abstract

A wide and deep soil profile (around 1200 cm) was observed at Ketep Park West Slope of Merbabu volcano Central Java, Indonesia to identify the soil morphology, physical and, chemical and mineralogical properties.  Results showed that several soil development processes occurred in each volcanic deposits with different characteristics.  Most soil layers met some of andic soil properties criteria such bulk density <0.9 g.cm-3, P retention of >85%, and (Alo + ½ Feo) >2.0%.  A thin melanic material showing black color layer was found at the lower part of the soil profile, i.e. in depth from 726 to 798 cm.  The dominant material in most soil layers is an allophane.  Minerals in the sand fraction were dominated by labradorite and augite, with some layers were hypersthene and green hornblende.
The application of biochar and organic matter for proper cultivation on paddy soil Susila Herlambang; Purwono Budi Santoso; Heru Tri Sutiono; Susanti Rina Nugraheni
Journal of Degraded and Mining Lands Management Vol 7, No 3 (2020)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15243/jdmlm.2020.073.2133

Abstract

Top soil was rich in nutrients for plant growth. Upper soil loss due to mining is a serious problem. The remaining soil was subordinate land which has poor soil characteristics and low productivity. This study aimed to improve the characteristics of mined soils by providing soil amelioration. The study was conducted in a former brick mining area in the village of Potorono Banguntapan, Yogyakarta, Indonesia. The study consisted of two stages. The first stage was a pot experiment using soils from a former brick mining area. The soil was mixed with coconut shell biochar as an ameliorant material at doses of 0, 10, 15 and 20 t/ha and incubated for 1, 2 and 3 months. The second phase of research was a demo farm. The demo farm aimed to compare the best results of the use of biochar in the first stage of this study with organic matter application in the second phase of the study. The organic matters used were cow dung and bagasse. Each of the two types of organic matter was applied at a rate of 15 t/ha. The organic matters were incorporated into the soil in a demo farm plot of 4x4 m2 size in 1, 2 and 3 months. The results showed that application of coconut shell biochar ameliorant at a dose of 15 t/ha increased soil organic-C by 0.78% at two months of incubation, while soil cation exchange capacity increased at three months of incubation. The yield of plants obtained from the soil previously applied with coconut shell biochar was better than that applied with cow dung and bagasse as organic matters.
PENGARUH BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI PADA TANAH PASIR PANTAI Rahayu Rahayu; Didi Saidi; Susila Herlambang
Jurnal Ilmu Tanah dan Air Vol 16, No. 2 (2019)
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jta.v16i2.3985

Abstract

Tanah pasir pantai memiliki beberapa keterbatasan untuk budidaya tanaman. Biochar tempurung kelapa dan kotoran sapi merupakan bahan amelioran untuk memperbaiki keterbatasan di tanah pasir pantai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh biochar tempurung kelapa dan kotoran sapi terhadap sifat kimia tanah dan produksi tanaman sawi di tanah pasir pantai. Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta pada bulan Maret sampai Mei 2019 kemudian dianalisis di laboratorium. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah dosis biochar tempurung kelapa yang terdiri dari B0 = 0 ton / ha, B1 = 10 ton / ha, B2 = 15 ton / ha, dan B3 = 20 ton/ha. Faktor kedua adalah dosis kotoran sapi yang terdiri dari K0 = 0 ton/ha, K1= 10 ton / ha, K2 = 15 ton/ha, dan K3 = 20 ton/ha. Parameter penelitian adalah tekstur, pH H2O, C-Organik, N-Total, Kapasitas Tukar Kation (KTK), tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, bobot kering dan bobot basah tanaman. Hasil penelitian dianalisis dengan Analysis of Varians (ANOVA), dilanjutkan dengan DMRT 5% (Duncan Multiple Range Test) untuk mengetahui perbedaan mean antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi biochar tempurung kelapa 20 ton / ha (B3) dan kotoran sapi 20 ton / ha (K3) berpengaruh nyata terhadap peningkatan pH H2O dari 5,85 menjadi 6,90, C-Organic dari 0,62 % menjadi 1,23%, N-Total 0,04% menjadi 0,34%, Kapasitas Tukar Kation (KTK) dari 2,04 cmol (+) kg-1 menjadi 4,86 cmol (+) kg-1 dan berat basah tanaman 60,83 gram.
KADAR C ORGANIK SETELAH PERIODE TANAM PADI KE DUA DENGAN APLIKASI BIOCHAR PADA LAHAN BEKAS TAMBANG BATU BATA DI POTORONO YOGYAKARTA Kamaratih Nisrina Pertiwi; Susila Herlambang; Mohammad Nurcholis
Jurnal Ilmu Tanah dan Air Vol 16, No. 1 (2019)
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jta.v16i1.3976

Abstract

Anthraquic Typic Epiaquepts pada tanah sawah yang digunakan penelitian merupakan lahan setelah penambangan batu bata di Potorono, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Tanah bekas penambangan batu bata memiliki nutrisi dan tingkat C organik rendah. Pemberian limbah organikyang merupakan bahan pembenah tanah yaitu: biochar, kotoran sapi dan ampas tebu diharapkan dapat meningkatkan C organik dan unsur hara baik setelah tanam pertama maupun kedua. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh limbah organik sebagai amelioran dan waktu inkubasi dilakukan pada dua kali tanam padi. Analisa laboratorium yang dikaji adalah kadar C organik, N total, P tersedia, pH (H2O) dan Kapasitas perukaran kation (KPK). Penelitian ini menggunakan plot terpisah dengan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK). Dosis yang digunakan adalah residu biochar tempurung kelapa, ampas tebu, dan kotoran sapi sebanyak 15 ton / ha dengan jumlah 36 petak percobaan. Parameter yang diamati adalah C organik, N-Total, P-Tersedia, pH (H2O), Kapasitas perukaran kation (KPK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah dengan limbah organik biochar tempurung kelapa tidak memiliki perbedaan yang nyata pada C organik, N total, pH (H2O), dan Kapasitas perukaran kation (KPK, tetapi berbeda nyata pada tanah P tersedia. Biochar residual memiliki kadar C organik tertinggi sebesar 1,76%. Sisa batok kelapa Biochar dapat meningkatkan Kapasitas perukaran kation (KPK) dari 5,83 cmol (+) kg-1 menjadi 7,85 cmol (+) kg-1. P- tersedia tanah dengan residual biochar tempurung kelapa paling tinggi, yaitu 20,32 ppm