Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Budaya Kehamilan Dan Persalinan Pada Masyarakat Baduy, Di Kabupaten Lebak, Tahun 2018 Vita Kartika; asep kusnali; Rozana Ika Agustiya
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 22 No 3 (2019): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.636 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v22i3.1494

Abstract

Maternal and infant mortality rates in Lebak District are still high. Pregnancy and maternity culture that rooted in Baduy community be one of those catalytic factors that increase mortality rates. Intervention research based on Baduy culture itself was intended to reduce the maternal and neonatal mortality rates. The purpose of the research was to get more information about pregnancy and childbirth behaviors in the Baduy community combined with the concept of modern health services. Participation Action Research (PAR) was used as the method in this research. Data were collected by in-depth interview and Focus Group Discussion (FGD). Informants were chosen purposively consisting of Health Care Centres in Baduy, elders (kokolot), and infl uencers in Baduy Tribe. The method of data analysis uses content analysis. This research indicated that Baduy Tribes were very obedient in their norms including the process of pregnancy and maternity. They often delivered a baby without any help from the health centre or midwife. They still asked shaman for help because they believed that shaman had power to heal people. This delivery behaviour triggered a limitation for a mother to get proper health treatment. We should not also neglect the fact that geographically, Baduy Tribes live in the uphill areas. Both factors were the main reasons why women in Baduy did not get proper delivery treatment and ended up dying because of complications. Effective communications are required between health care staff and the Baduy community to decrease the mortality rate both for mothers and infants in Baduy. Abstrak Tingkat kematian ibu dan bayi di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten masih cukup tinggi. Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya tingkat kematian tersebut adalah budaya pada masa kehamilan dan persalinan pada masyarakat Baduy, sehingga diperlukan upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi melalui intervensi kesehatan berbasis budaya. Tujuan penelitian adalah menggali lebih dalam perilaku kehamilan dan persalinan pada masyarakat Baduy yang dipadukan dengan konsep pelayanan kesehatan modern. Penelitian ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research (PAR). Pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah (focus group discussions/FGD). Informan dipilih secara purposive terdiri dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Puskesmas, para ketua adat, tokoh masyarakat, dan kokolot serta informan penting lainnya yang berpengaruh di masyarakat Baduy. Metode analisis data menggunakan analisis isi (content analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Baduy sangat patuh dalam melaksanakan norma-norma dalam masa kehamilan dan persalinan di kehidupannya. Hal ini tergambar dari masih banyaknya persalinan yang dilakukan sendiri tanpa penolong, baik oleh dukun paraji maupun tenaga medis, kecuali terdapat penyulit dalam persalinan meminta bantuan tenaga medis. Kedudukan dukun paraji dalam masyarakat Baduy sangat dihormati dan berpengaruh karena dianggap memiliki kemampuan yang bisa memberikan pertolongan pengobatan ketika sakit. Kepatuhan dan ketaatan pada budaya serta faktor geografi s menyebabkan terbatasnya kesempatan ibu hamil pada masyarakat Baduy untuk mendapat pertolongan secara medis di fasilitas kesehatan terutama pada saat mengalami penyulit dalam proses persalinan. Diperlukan pendekatan dengan komunikasi efektif dan kerjasama yang sinergis antar tenaga kesehatan dengan para lintas program dan lintas sektor pada masyarakat Baduy untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi.
Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Jemaah Haji terkait Istithaah Kesehatan di Indonesia asep kusnali; Rustika Rustika; Herti Windya Puspasari; Primasari Syam; Ratih Oemiyati; Dede Anwar Musadad; Ristrini Ristrini
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 22 No 4 (2019): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.932 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v22i4.2244

Abstract

The number of Indonesian pilgrims in 2018 was 205,886 people. Pilgrims who died in Saudi Arabia, both in Medina, Makkah, and Jeddah were 386 people. Based on the embarkation, the majority of hajj pilgrims who died in Saudi Arabia was from the embarkation of SUB (Surabaya) of 68 people (17.62%). This number was the highest compared with previous years. The increase in the number of pilgrims who died is closely related to the old age and the possession of chronic and degenerative diseases so that they experience complications during the pilgrimage. The Ministry of Health has issued a policy on the hajj health istithaah. To find out about the holding of the hajj pilgrims about health, a study was carried out on the description of knowledge of attitudes and actions as well as the dominant factors regarding health Istithaah. The study used a quantitative approach with a cross-sectional design for interviews. The research locations were selected based on the number of pilgrims, namely DKI Jakarta, West Java, Central Java, and East Java. Samples were pilgrims who would perform the pilgrimage in 2018. Data analysis was carried out bivariate and multivariate. The results showed that the dominant factors that determine health Istithaah actions are knowledge, attitudes and waiting times, while the highest OR value is knowledge with an OR value of 2.689 (CI; 1.081 - 2.839), p-value 0.000 <0.05. This means that knowledge has a risk of 2.6 times the action of health isthitaah. Therefore, to increase knowledge and attitudes of prospective pilgrims need to be disseminated about health isthaah through health promotion programs. Abstrak Jumlah Jemaah haji Indonesia pada tahun 2018 sebanyak 205.886 orang. Jemaah haji yang wafat selama masa operasional kesehatan haji di Arab Saudi, baik di Madinah, Makkah, dan Jeddah sebanyak 386 orang. Berdasarkan embarkasi, Jemaah haji wafat terbanyak berasal dari embarkasi SUB (Surabaya) sebanyak 68 orang (17,62%). Angka ini adalah yang tertinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah jemaah yang meninggal tersebut sangat berkaitan dengan banyaknya jemaah yang lanjut usia, memiliki penyakit kronik dan degeneratif sehingga mengalami komplikasi pada saat perjalanan ibadah haji. Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan kebijakan Istithaah kesehatan jemaah haji. Untuk mengetahui pemahanan jemaah haji tentang Istithaah kesehatan dilakukan kajian gambaran pengetahuan sikap dan tindakan serta faktor dominan mengenai Istithaah kesehatan. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain potong lintang untuk itu dilakukan wawancara. Lokasi penelitian dipilih pada jemaah haji terbanyak yaitu di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Sampel adalah jemaah haji yang akan melakukan ibadah haji tahun 2018. Analisis data dilakukan bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor dominan yang menentukan tindakan Istithaah kesehatan adalah pengetahuan, sikap dan waktu tunggu, sedangkan nilai OR yang tertinggi adalah pengetahuan dengan nilai OR 2,689 (CI; 1,081 – 2,839), p-value 0,000 < 0,05. Artinya pengetahuan memiliki risiko 2,6 kali terhadap tindakan isthitaah kesehatan. Oleh karena itu untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap calon Jemaah haji perlu sosialisasi mengenai istithaah kesehatan melalui program promosi kesehatan.
Religiositas Dan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Anak Asep Kusnali; Teguh Dartanto
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 24 No 3 (2021): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/hsr.v24i3.4181

Abstract

Information on the absence of basic immunization due to religious reasons and the general overview of immunization coverage among religious believers in Indonesia is still limited. This study aims to examine the relationship between parental religiosity and basic immunization status on children because there are still many children who are not fully immunized in Indonesia. This study used cross-sectional data of the Indonesia Family Life Survey (IFLS) 2007 and 2014 with the unit of analysis for families having children aged 1-5 years. Our estimations using ordered logistic regression confirm that there is a relationship between religiosity on the parents' decision to perform basic immunization on their children. The differences in religiosity patterns in 2007 and 2014 illustrate changes in individual religious behavior towards the basic immunization program. These changes occur through religious social support. Abstrak Informasi tidak dilakukannya imunisasi dasar karena alasan agama masih terbatas dan gambaran cakupan imunisasi di antara pemeluk agama di Indonesia secara aktual belum dapat diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara religiositas orang tua dengan status imunisasi dasar pada anak dikarenakan masih banyaknya anak yang tidak diberikan imunisasi secara lengkap di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sumber data Indonesia Family Life Survey (IFLS) Tahun 2007 dan 2014 dengan unit analisis keluarga yang memiliki anak usia 1-5 tahun dan dianalisis menggunakan regresi ordered logistic. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan antara religiositas terhadap keputusan orang tua untuk melakukan imunisasi dasar pada anaknya. Perbedaan pola religiositas tahun 2007 dan 2014 menggambarkan adanya perubahan perilaku beragama individu terhadap program imunisasi dasar. Perubahan tersebut dapat terjadi melalui dukungan sosial keagamaan.