Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Perilaku-Perilaku Sosial Penyebab Peningkatan Risiko Penularan Malaria di Pangandaran Andri ruliansyah; Firda Yanuar Pradani
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 23 No 2 (2020): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/hsr.v23i2.2797

Abstract

Malaria is still a public health problem in Pangandaran Regency. Increasing imported malaria cases from year to year become the main problem since Pangandaran is a tourist destination and is currently doing development in the tourism sector. This study aimed to look at socio-cultural factors in the community that contribute to the increased risk of malaria transmission. This research was conducted with interviews and environmental observations. Respondents were randomly selected from the population living in the District of Pangandaran. The results showed that the habit of going out at night, traveling to endemic areas, and choosing potential breeding places around settlements or tourist attractions would increase the risk of malaria transmission in Pangandaran. In this context, health workers need to discuss and provide understanding to the community about the dangers of malaria transmission so that people become more concerned and make independent prevention eff orts. The development of tourist destinations must also consider environmental factors sMalaria merupakan masalah kesehatan masyarakat yang ditemukan di wilayah Kabupaten Pangandaran. Peningkatan kasus malaria impor dari tahun ke tahun menjadi masalah terutama karena Pangandaran merupakan daerah tujuan wisata dan sedang melakukan pengembangan di sektor pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor sosial budaya di masyarakat yang memiliki potensi meningkatkan risiko penularan malaria. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara dan pengamatan lingkungan. Responden dipilih secara acak dari penduduk yang tinggal di wilayah Kecamatan Pangandaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan keluar malam, kebiasaan bepergian/merantau ke luar kota termasuk ke daerah endemis dan keberadaan tempat perindukan potensial di sekitar pemukiman atau objek wisata akan meningkatkan risiko penularan malaria di Pangandaran. Dalam konteks ini, para petugas kesehatan perlu melakukan pendekatan menyeluruh dan memberikan pengertian kepada masyarakat tentang bahaya penularan malaria sehingga masyarakat menjadi lebih peduli dan melakukan upaya pencegahan secara mandiri. Pengembangan daerah wisata pun harus memperhatikan faktor-faktor lingkungan seperti letak tempat perindukan potensial Anopheles spp. uch as potential places for Anopheles spp brood. Abstrak
Potensi Kemunculan Kembali Malaria Di Kabupaten Pangandaran Lukman Hakim; Tri Wahono; Andri Ruliansyah; Asep Jajang Kusnandar
ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies Vol 10 No 1 (2018): Jurnal Aspirator Volume 10 Nomor 1 2018
Publisher : Loka Litbang Kesehatan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (712.221 KB) | DOI: 10.22435/asp.v10i1.154

Abstract

Kabupaten Pangandaran harus tetap waspada terhadap faktor-faktor yang berkontribusi terjadinya re-emerging disease. Untuk mengetahui potensi kemunculan kembali malaria, telah dilakukan penelitian dengan identifikasi pola penyakit malaria, keberadaan parasit malaria, pengetahuan, sikap, dan perilaku berkaitan dengan malaria, mobilitas penduduk, faktor lingkungan, dan vektor penular malaria. Semua data terkumpul, dianalisis untuk mengetahui potensi kemunculan kembali malaria menggunakan analisis dynamic system. Identifikasi parasitologi pada anak berumur <10 tahun menunjukkan bahwa semua sampel darah tersebut hasilnya semua negatif Plasmodium spp. (0%). Hasil wawancara menunjukkan bahwa status pengetahuan malaria sebagian besar dalam kategori tidak baik (64,58%), 28,23% responden mempunyai anggota rumah tangga yang biasa merantau, 11,53% di antaranya pernah pulang dalam keadaan sakit malaria. Status lingkungan pemukiman responden kaitannya dengan penularan malaria sebagian besar (67,99%) tidak baik. Survei entomologi menemukan 1.037 ekor nyamuk yang terdiri dari 8 spesies Anopheles spp. dengan kepadatan berbeda. Paling banyak adalah An. vagus (67,89%) sedangkan yang paling sedikit adalah An. indefinitus (0,48%). Berdasarkan metode penangkapan, paling banyak pada penangkapan istirahat di kandang (98,46%) dan paling sedikit adalah hasil penangkapan umpan orang dalam (0,10%). Analisis dynamic system menunjukkan variabel yang mempunyai daya ungkit paling tinggi yang berpengaruh terhadap kemunculan kembali malaria adalah mobilitas penduduk.
Pemberdayaan Keluarga Sebagai Upaya Menurunkan Kepadatan Larva Aedes spp. dalam Pencegahan Penularan Demam Berdarah Dengue Lukman Hakim; Endang Puji Astuti; Heni Prasetyowati; Andri ruliansyah
ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies Vol 12 No 2 (2020): Jurnal Aspirator Volume 12 Nomor 2 2020
Publisher : Loka Litbang Kesehatan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (883.698 KB) | DOI: 10.22435/asp.v12i2.3140

Abstract

Abstract. One House One Jumantik Programme (G1R1J) has been launched by the Indonesian government since 2015. This programme emphasizes the participation of family members as jumantik rumah by monitoring and controlling larvae in their houses. Family’s coaching in the G1R1J’s programme is carried out by each jumantik coordinator. Tasikmalaya and Cimahi were Dengue endemic areas with high cases in the last five years. This study aimed to determine the effect of family empowerment by the Jumantik Coordinator in reducing the density of Aedes spp. larvae, reducing the number of DHF cases and increasing family participation in vector surveillance. The study was located in the Tasikmalaya and Cimahi areas and conducted with an intervention. The interventions included RW-level workshops, coaching, and observation by jumantik coordinator. The sample unit is a family, consist of 400 unit in the intervention area and 200 unit in the comparison area. The results showed that there were significant differences in the status of community participation in eradicating mosquito nests (PSN). The presence of dengue patients and the presence of Aedes spp mosquito larvae were different between before and after the intervention both in Tasikmalaya and Cimahi. In addition, there are significant differences in the status of community participation in PSN, the presence of dengue cases, the presence of Aedes spp. larvae and the implementation of vector surveillance by families in the intervention and comparison areas. The results concluded that family coaching interventions and observations by the Jumantik Coordinator, proved to have an effect on community participation in PSN, decreasing dengue cases, increasing larvae free index (ABJ) and vector surveillance implementation by families. Abstrak. Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J) sudah diluncurkan oleh pemerintah sejak tahun 2015. Tujuan gerakan ini adalah menekankan keikutsertaan anggota keluarga sebagai jumantik rumah dalam pemantauan dan pemberantasan jentik di rumahnya. Pembinaan keluarga dalam G1R1J dilakukan oleh masing masing koordinator jumantik. Kota Tasikmalaya dan Cimahi merupakan daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan kasus tinggi dalam lima tahun terakhir. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberdayaan keluarga oleh Koordinator Jumantik dalam menurunkan kepadatan larva nyamuk Aedes spp, menurunkan jumlah penderita DBD serta meningkatkan peran serta keluarga dalam surveilans vektor. Penelitian dilakukan di wilayah Kota Tasikmalaya dan Cimahi. Penelitian dilakukan dengan adanya pretest dan postest. Intervensi yang dilakukan adalah kalakarya tingkat RW serta pembinaan dan pengamatan oleh Koordinator Jumantik. Unit sampel adalah keluarga, terdiri dari 400 unit di daerah intervensi dan 200 unit di daerah pembanding. Hasil analisis data menunjukkan bahwa diantara Kota Tasikmalaya dan Cimahi, terdapat perbedaan bermakna pada status peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN), keberadaan penderita DBD dan keberadaan jentik nyamuk Aedes spp antara sebelum dan sesudah intervensi. Selain itu, terdapat perbedaan bermakna pada status peran serta masyarakat dalam PSN,keberadaan penderita DBD, keberadaan jentik nyamuk Aedes spp dan pelaksanaan surveilans vektor oleh keluarga di daerah intervensi dan pembanding. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa intervensi pembinaan keluarga serta pengamatan oleh Koordinator Jumantik, terbukti berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam PSN, penurunan penderita DBD, peningkatan Angka Bebas Jentik (ABJ), serta pelaksanaan surveilans vektor oleh keluarga.