Diah Yunitawati
Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

FUNGSI TIROID DAN KOGNITIF SISWA SEKOLAH DASAR DENGAN STUNTING DI DAERAH REPLETE DAN NON REPLETE GAKI Slamet Riyanto; Diah Yunitawati; Nafisah Nur'aini
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 10 No 2 (2019): Media Gizi Mikro Indonesia Juni 2019
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.209 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v10i2.1926

Abstract

Latar Belakang. Pertumbuhan anak baru masuk sekolah dasar (6-8 tahun) di daerah endemik GAKI cenderung lebih buruk dibanding anak dengan usia sama di daerah non-endemik. Kekurangan asupan iodium dapat berdampak pada gangguan perkembangan fungsi kognitif anak. Kondisi stunting juga berdampak pada gangguan fungsi kognitif anak Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan fungsi tiroid dan kognitif siswa sekolah dasar yang mengalami stunting di daerah replete dan non replete GAKI. Metode. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional. Lokasi penelitian di Kabupaten Magelang yaitu Kecamatan Ngablak sebagai daerah replete GAKI dan Kota Mungkid sebagai daerah non replete. Jumlah minimal partisipan 28 siswa stunting dan 28 siswa dengan status gizi normal di masing-masing daerah. Hasil. Seluruh kelompok responden memiliki asupan iodium berlebih (median UIE ≥200 µg/L). Tidak terdapat perbedaan fungsi tiroid (TSH dan fT4) pada keempat kelompok responden (p>0,05). Terdapat perbedaan IQ dikeempat kelompok, dimana kelompok responden dengan tinggi badan normal di daerah non replete memiliki IQ paling tinggi (104±13,1). Kesimpulan. Fungsi tiroid siswa dalam kondisi normal. IQ siswa sekolah dasar dengan tinggi badan normal di daerah non replete GAKI lebih tinggi dibanding pada siswa stunting di daerah yang sama maupun siswa normal dan stunting di daerah replete GAKI.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK WANITA USIA SUBUR TENTANG GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN IODIUM Asih Setyani; Cati Martiyana; Diah Yunitawati; Slamet Riyanto; Ika Puspita Asturiningtyas
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 11 No 1 (2019): Media Gizi Mikro Indonesia Desember 2019
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.879 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v11i1.2495

Abstract

Latar Belakang. Kekurangan iodium merupakan masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara di dunia.WUS dan ibu hamil membutuhkan iodium yang cukup untuk mempersiapkan kehamilan dan perkembangan janin. Salah satu penyebab kekurangan iodium di beberapa negara adalah rendahnya pengetahuan tentang GAKI dan kurangnya strategi komunikasi untuk meningkatkan pengetahuan tentang GAKI. Pemberdayan masyarakat sangat penting dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan. Tahapan yang dilakukan meliputi identifikasi masalah yang dihadapi, identifikasi potensi yang dimiliki, merencanakan, dan melakukan pemecahan dengan memanfaatkan potensi setempat. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan GAKI terhadap pengetahuan, sikap, dan praktik WUS tentang GAKI. Metode. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan pre-test post-test control group design. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposif di Desa Pulosaren, Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo. Penelitian dilakukan mulai Januari sampai dengan Desember 2016. Sampel adalah 47 WUS sebagai kelompok intervensi, dan 47 WUS sebagai kelompok kontrol berpartisipasi dalam kegiatan Posyandu di setiap dusun. Intervensi dalam penelitian ini adalah penerapan model pemberdayaan masyarakat meliputi 3 kegiatan: penyuluhan mengenai GAKI kepada WUS, pemantauan garam beriodium, dan pengenalan tanda kasus GAKI dengan neonatal hypothiroidism index (NHI). Intervensi dilakukan dalam jangka waktu 6 bulan. Setiap kegiatan dilakukan sebanyak 2 kali pada Mei dan November 2016. Hasil. Analisis menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan dalam pengetahuan dan peningkatan yang signifikan dalam praktik (p< 0,05) pada kelompok intervensi. Tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan antara dua kelompok setelah intervensi pada perubahan sikap (p< 0,05). Kesimpulan. Model pemberdayaan masyarakat untuk penanggulangan GAKI berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan praktik WUS tentang GAKI, tetapi tidak berpengaruh terhadap sikap WUS tentang GAKI.
KARAKTERISTIK SOSIAL KELUARGA, FUNGSI TIROID, DAN RISIKO ANEMIA PADA BALITA DI DAERAH REPLETE GAKI Yusi Dwi Nurcahyani; Suryati Kumorowulan; Leny Latifah; Diah Yunitawati; Cati Martiyana
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 11 No 1 (2019): Media Gizi Mikro Indonesia Desember 2019
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.356 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v11i1.2498

Abstract

Latar Belakang. Sepertiga populasi dunia menderita anemia, setengahnya karena defisiensi zat besi. Prevalensi anemia pada balita di Indonesia meningkat menjadi 38,5 persen. Faktor yang berhubungan dengan anemia pada balita sangat kompleks dan multidimensional. Di satu sisi, anemia juga dapat mengganggu fungsi tiroid. Anemia di daerah replete GAKI mempunyai efek merugikan pada fungsi tiroid. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan status anemia pada balita dan hubungan fungsi tiroid dengan anemia di daerah replete GAKI. Metode. Penelitian potong lintang yang dilakukan pada 229 balita berusia 6 – 48 bulan (93 anemia, 136 normal) yang tinggal di daerah replete GAKI. Karakteristik subjek diperoleh dengan cara wawancara. Pengukuran antropometri dilakukan untuk menghitung status gizi balita. Sampel darah dianalisis untuk pemeriksaan fT4, TSH, dan hemoglobin. Dikategorikan anemia apabila kadar hemoglobin <110 g/L untuk anak usia 6-48 bulan. Hasil. Diketahui 93 (40,6%) balita menderita anemia dan disfungsi tiroid paling banyak adalah hipotiroid subklinik (12,6%) balita. Variabel dominan yang memengaruhi status anemia adalah umur balita, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan kategori dari kadar TSH. Balita berumur 24–35 bulan mempunyai risiko 4,6 kali menderita anemia dibandingkan balita berumur 6–11 bulan. Balita dengan ibu berpendidikan rendah mempunyai risiko 8,6 kali menderita anemia dibandingkan ibu berpendidikan tinggi. Balita dengan hipertiroid subklinik mempunyai risiko 8,3 kali menderita anemia dibandingkan balita eutiroid. Kesimpulan. Penelitian ini menemukan prevalensi anemia yang tinggi pada balita di daerah replete GAKI. Anak-anak dengan hipertiroid subklinik, usia 24-35 bulan, dan memiliki ibu dengan pendidikan rendah berhubungan dengan tingginya risiko kejadian anemia di daerah replete GAKI