Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Tingkat kematian Anopheles vagus yang terpapar Insektisida permethrin 2% (w/w) di dalam Serat benang kelambu Yahya Yahya; Endang Puji Astuti
ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies Vol 5 No 1 (2013): Jurnal Aspirator Volume 5 Nomor 1 2013
Publisher : Loka Litbang Kesehatan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.981 KB)

Abstract

Various efforts to control mosquito-borne diseases have been done i.e the use of insecticide-treated nets (ITN). The aim of this study was to determine the insecticide permethrin in the nets to control Anopheles vagus mosquito that were widely distributed in the village of Tanjung Seleman, Muara Enim district based upon age and frequency of laundering. An experimental research using a complete randomized design was conducted in April-December 2010. Data regarding the effectiveness of permethrin against Anopheles, were collected through biossay test (WHO cone test) with contact method. Entomology bioassay data is the average of mosquito mortality for nets that given in 2006 was 66.5%, for the nets in 2007 the mortality rate reached 67.3%, and for mosquito nets in 2008 the mortality rate reached 67.5%. It shows that there were differences effect on mortality of An. vagus which exposed to mosquito net that has never been washed with the washing 1-3 times or more, while the mortality of mosquito that exposed to different age of nets shows no significantly difference. Percentage of An. vagus mortality that exposed by permethrin insectiside is still high
Deteksi Brugia malayi pada Armigeres subalbatus dan Culex quinquefasciatusyang diinfeksikan darah penderita filariasis dengan metode PCR Yahya Yahya; Santoso Santoso; Milana Salim; Maya Arisanti
ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies Vol 6 No 2 (2014): Jurnal Aspirator Volume 6 Nomor 2 2014
Publisher : Loka Litbang Kesehatan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (747.144 KB)

Abstract

Abstrak. Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi merupakan wilayah endemis filariasis di Provinsi Jambi Karena angka Mf rate mencapai 1,5% pada tahun 2011. Penelitian ini untuk mengetahui tingkat kerentanan nyamuk Ar. subalbatus dan Cx. quinquefasciatus terhadap infeksi B. malayi subperiodik nokturna yang dilakukan pada tahun 2013, sehingga dapat dianalisis potensi nyamuk tersebut sebagai vektor filariasis di lokasi penelitian. Desain penelitian adalah eksperimental dengan rancangan acak lengkap dan enam kali pengulangan. Variabel perlakuan dalam penelitian ini adalah waktu (jam) yang dipilih untuk menggigitkan nyamuk pada penderita filariasis (infeksi percobaan). Waktu yang dipilih adalah pukul 09.00 WIB, pukul 17.00 WIB, pukul 21.00 WIB dan pukul 01.00 WIB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum ditemukan larva L3 filaria yang ada pada Ar. subalbatus dan Cx.quinquefasciatus pada saat pembedahan nyamuk di hari ke-11, ke-12 dan ke-13 setelah infeksi. Kepadatan mikrofilaria pada darah manusia sebagai sumber infeksi adalah 17 mikrofilaria per 20 μl darah. Hasil uji PCR, terdeteksi B. malayi pada bagian toraks dan probosis pada nyamuk Cx. quinquefasciatus. Nyamuk Cx. quinquefasciatus lebih berpotensi untuk menjadi vektor filariasis dari B. malayi dibandingkan Ar. subalbatus.
PENGGUNAAN KELAMBU BERINSEKTISIDA PERMETHRIN DI DESA SELEMAN KECAMATAN TANJUNG AGUNG KABUPATEN MUARA ENIM SUMATERA SELATAN Yahya Yahya
Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 5 No 3 (2011): Jurnal Pembangunan Manusia
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penggunaan kelambu permethrin oleh masyarakat yang telah dibagikan di Kabupaten Muara Enim sejak tahun 2006. Penelitian yang bersifat observasional ini telah dilakukan di Desa Seleman Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim pada bulan April hingga November 2010. Telah dilakukan wawancara terhadap 70 responden (diambil dengan metode acak sederhana) dari 261 Kepala Keluarga yang telah menerima kelambu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kelambu yang dimiliki masyarakat saat ini merupakan kelambu yang dibagikan tahun 2006 (82,9%). Hanya 32 responden (45,7%) yang mengetahui tujuan dibagikannya kelambu, karena umumnya responden tidak mendapat penjelasan saat kelambu dibagikan (51,4%). Masih banyak responden yang belum memahami beda antara kelambuberinsektisida dengan kelambu biasa (57,1%). Meskipun 95,52% kelambu dipakai setiap hari, namun hanya 54,29% saja yang mengetahui cara pemakaian. Umumnya yang tidur berkelambu adalah seluruh anggota keluarga (58,20%). Dari 65,7% responden yang melakukan pencucian kelambu, 78,26% di antaranya tidak mengetahui cara pencucian kelambu yang benar. Sebagian besar responden menjemur kelambu di bawah cahaya matahari langsung (76.09%). Seluruh responden belum mengetahui tindakan pemanasan kelambu (heat-assisted regeneration). Meskipun telah memakai kelambu, 65,72% responden juga menggunakan anti nyamuk bakar. Perlu dilakukan sosialisasi mengenai tujuan pembagian kelambu, cara pemakaian, cara pencucian dan siapa saja anggota keluarga yang diprioritaskan untuk tidur berkelambu pada saat kelambu dibagikan pada masyarakat. Selain itu perlu juga disosialisasikan mengenai tindakan pemanasan kelambu (heat-assisted regeneration) dalamrangka meningkatkan keefektifan insektisida di dalam kelambu.
DISTRIBUSI SPASIAL MALARIA DI KECAMATAN LENGKITI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2011 Ritawati Ritawati; Yahya Yahya
Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 6 No 1 (2012): Jurnal Pembangunan Manusia
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian mengenai distribusi spasial malaria di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan telah dilakukan pada Mei hingga November 2011. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan peta distribusi spasial kasus malaria dan faktor-faktor risiko tertular penyakit malaria, habitat perkembangbiakan vektor malaria, pola sebaran kasus malaria dan indeks jarak kasus dengan habitat vektor (jentik). Menggunakan metode ploting kasus malaria, habitat vektor malaria dan pencidukan jentik Anopheles. Hasil penelitian menggambarkan bahwa di Kecamatan Lengkiti pada tahun 2009 dan 2010 jenis Plasmodium vivax yang mendominasi. Secara spasial, Desa Tanjung Lengkayap (tahun 2009) dan Desa Tihang (tahun 2010) merupakan desa yang paling banyak ditemukan kasus positif malaria. Dilokasi penelitian menunjukkan bahwa malaria banyak menyerang umur >15 tahun, dominan penderita dengan jenis kelamin laki-laki (51%) dan beraktivitas sebagai petani. Tempat perindukan Anopheles yang ditemukan berupa genangan-genangan bekas pembuangan limbah rumah tangga, selokan kecil/parit yang tersumbat, sungai dan kolam. Keberadaan habitat perkembangbiakan vektor Anopheles tersebut kurang dari radius 100 meter dari permukiman. Perlu diupayakan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan lingkungan bebas malaria, menghilangkan breeding place dan peningkatan praktik pencegahan untuk mengurangi kontak dengan nyamuk Anopheles.
HUBUNGAN PELAYANAN IMUNISASI DI PUSKESMAS DENGAN CAKUPAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA ANAK DI PROVINSI SUMATERA UTARA DAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU Yahya Yahya; Milana Salim; Reni Oktarina
Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 8 No 2 (2014): Jurnal Pembangunan Manusia
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pelayanan imunisasi merupakan upaya preventif terhadap kejadian suatu penyakit atau masalah kesehatan. Pelaksanaan pelayanan imunisasi tidak terlepas dari peran petugas kesehatan yang mempunyai kompetensi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Berdasarkan laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2010, di wilayah Sumatera tampak bahwa Provinsi Kepulauan Riau menempati urutan pertama dalam pencapaian cakupan imunisasi lengkap (74,4%) dan memiliki angka paling rendah untuk anak yang belum diimunisasi (5,1%). Provinsi Sumatera Utara memiliki cakupan imunisasi lengkap paling rendah dibanding Provinsi lainnya di wilayah Sumatera (33,3%), untuk jumlah anak yang belum diimunisasi mencapai 23,6% (nomor dua terendah di wilayah Sumatera setelah Provinsi Riau). Analisis ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor pelayanan imunisasi di Puskesmas yang mempengaruhi cakupan anak usia 12-23 bulan yang telah mendapatkan imunisasi dasar yang lengkap dan tepat waktu. Dalam analisis ini dipilih Provinsi dengan cakupan imunisasi lengkap tertinggi (Provinsi Kepulauan Riau) dan terendah (Provinsi Sumatera Utara) di wilayah Sumatera. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi pelayanan imunisasi di dalam gedung (p-value 0,481), ketersediaan pelayanan imunisasi di luar gedung (p value 0,631), jumlah petugas imunisasi (p-value 0,282), jumlah petugas imunisasi yang mengikuti pelatihan tatalaksana imunisasi (p-value 0,965), dan jumlah petugas imunisasi yang mengikuti pelatihan KIPI terhadap cakupan imunisasi lengkap (p-value 0,955).
CAKUPAN PENYULUHAN KESEHATAN MENGENAI DEMAM BERDARAH DENGUE PADA MASYARAKAT KABUPATEN OGAN KOMERING ULU Yahya Yahya; Anif Budianto; Yulian Taviv
Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 8 No 3 (2014): Jurnal Pembangunan Manusia
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, karena di samping sering menimbulkan wabah juga dapat menyebabkan kematian. Salah upaya pemerintah untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemberantasan DBD adalah dengan kegiatan penyuluhan kesehatan mengenai DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cakupan masyarakat yang telah mendapat penyuluhan mengenai DBD di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu. Penelitian ini bersifat observasional dengan pendekatan potong lintang. Sampel dipilih dengan metode purposive sampling. Hasil wawancara terhadap 2.978 responden menunjukkan bahwa hanya 45.2% (1.345 responden) yang menyatakan pernah melihat/mendengar penyuluhan mengenai demam berdarah dengue. Sebanyak 1.032 responden mendengar/melihat penyuluhan melalui televisi (76,7%). Hanya 512 orang (38%) yang menyatakan pernah memperoleh penyuluhan secara langsung dan hanya 77,9% dari 512 orang tersebut, memperoleh penyuluhan oleh tenaga kesehatan. Seluruh responden di Desa Batu Putih menyatakan belum pernah melihat/mendengar penyuluhan mengenai DBD, sedangkan di Desa Laya, 85% responden menyatakan pernah melihat/mendengar penyuluhan mengenai DBD. Dalam upaya penanggulangan DBD, di samping memutus mata rantai penularan oleh vektor, hendaknya ditingkatkan juga upaya peningkatan pengetahuan masyarakat tentang DBD melalui penyuluhan kesehatan.
Hubungan Karakteristik Responden, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Terhadap Filariasis dengan Perilaku Menggunakan Kelambu di Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari, Jambi Yahya Yahya; Indah Margarethy
Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 9 No 3 (2015): Jurnal Pembangunan Manusia
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract