Hulu DAS Bedadung merupakan daerah resapan air. Saat ini DAS Bedadung tidak berfungsi secara optimal, karena penebangan liar dan perubahan fungsi hutan lindung menjadi hutan produksi. Akibatnya terjadi peningkatan erosi, tanah longsor, dan banjir. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi kegiatan konservasi di daerah hulu, dan peran stakeholder dalam tata kelola DAS Bedadung. Hasil penelitian terkait identifikasi kegiatan konservasi di empat Sub DAS menggunakan analisis deskriptif eksploratif adalah: (1) Sub DAS Jompo yaitu (tanaman kopi, tanaman jati dan terasering), tanaman penutup tanah, DAM pengendali, (2) Sub DAS Antrokan yaitu terasering tanaman durian, penggunaan mulsa organik, tanaman sengon dengan rumput gajah, (3) Sub DAS Rempangan yaitu penanaman tanaman penutup tanah, terasering tanaman kopi dengan lamtoro, (tanaman sengon, kopi dan terasering), reboisasi dengan tanaman matoah sengon, duren, alpukat, pete, jambu biji, (4) Sub DAS Rembangan yaitu strip rumput, tanaman penutup tanah, (tanaman lamtoro, kopi, dan terasering. Hasil penelitian tujuan kedua terkait peran dan hubungan stakeholder dalam pelaksanaan tata kelola konservasi dilakukan dengan analisis The Four Rs (Empat R), sedangkan kekuatan dan pengaruh stakeholder menggunakan analisis kekuatan stakeholder. Posisi dan peranan masing-masing stakeholder pengelola hulu DAS Bedadung, yaitu (1) LMDH dan KTH sebagai (Subject), (2) Cabang Dinas Kehutanan Wilayah Jember, Perum Perhutani, dan BPDAS Brantas Sampean sebagai (Key Player), (3) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jember, Bappeda Jember, Dinas PU Bina Marga Kabupaten Jember, dan Dinas Pertanian Jember sebagai (Context Setter), (4) Forum DAS Brantas Sampean sebagai (Crowd)