Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

The Role of Stakeholders in Conseravation Governance in The Upstream Bedadung Watershed Jenitra Milan Petrina; Idah Andriyani
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Vol. 11 No. 4 (2021): Journal of Natural Resources and Environmental Management
Publisher : Graduate School Bogor Agricultural University (SPs IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jpsl.11.4.662-676

Abstract

Hulu DAS Bedadung merupakan daerah resapan air. Saat ini DAS Bedadung tidak berfungsi secara optimal, karena penebangan liar dan perubahan fungsi hutan lindung menjadi hutan produksi. Akibatnya terjadi peningkatan erosi, tanah longsor, dan banjir. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi kegiatan konservasi di daerah hulu, dan peran stakeholder dalam tata kelola DAS Bedadung. Hasil penelitian terkait identifikasi kegiatan konservasi di empat Sub DAS menggunakan analisis deskriptif eksploratif adalah: (1) Sub DAS Jompo yaitu (tanaman kopi, tanaman jati dan terasering), tanaman penutup tanah, DAM pengendali, (2) Sub DAS Antrokan yaitu terasering tanaman durian, penggunaan mulsa organik, tanaman sengon dengan rumput gajah, (3) Sub DAS Rempangan yaitu penanaman tanaman penutup tanah, terasering tanaman kopi dengan lamtoro, (tanaman sengon, kopi dan terasering), reboisasi dengan tanaman matoah sengon, duren, alpukat, pete, jambu biji, (4) Sub DAS Rembangan yaitu strip rumput, tanaman penutup tanah, (tanaman lamtoro, kopi, dan terasering. Hasil penelitian tujuan kedua terkait peran dan hubungan stakeholder dalam pelaksanaan tata kelola konservasi dilakukan dengan analisis The Four Rs (Empat R), sedangkan kekuatan dan pengaruh stakeholder menggunakan analisis kekuatan stakeholder. Posisi dan peranan masing-masing stakeholder pengelola hulu DAS Bedadung, yaitu (1) LMDH dan KTH sebagai (Subject), (2) Cabang Dinas Kehutanan Wilayah Jember, Perum Perhutani, dan BPDAS Brantas Sampean sebagai (Key Player), (3) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jember, Bappeda Jember, Dinas PU Bina Marga Kabupaten Jember, dan Dinas Pertanian Jember sebagai (Context Setter), (4) Forum DAS Brantas Sampean sebagai (Crowd)
Penyediaan Sumberdaya Lahan Untuk Pengembangan Agroindustri Sengon yang Berkelanjutan di DAS Bedadung Jember Yaumil Fadila; Idah Andriyani; Bambang Herry Purnomo; Achmad Fauzan Masudi
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Vol. 11 No. 3 (2021): Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL)
Publisher : Graduate School Bogor Agricultural University (SPs IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jpsl.11.3.453-462

Abstract

Sengon (Paraserianthes falcataria) menjadi komoditas andalan sebagai bahan baku industri, sehingga sengon memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Efek domino yang timbul adalah meningkatnya luasan lahan sengon, dan menyebabkan perubahan tataguna lahan ladang/sawah menjadi perkebunan sengon. Perubahan lahan tersebut rawan erosi yang akan memperbesar tingkat bahaya erosi. Peruntukan lahan yang tidak sesuai untuk komoditas tanaman sengon akan menjadi ancaman tersendiri bagi keberlanjutan agroindustry berbahan baku sengon oleh karena itu diperlukan evaluasi kesesuaian lahan tanaman sengon. Penelitian ini bertujuan mengidentfiikasi kesesuaian lahan tanaman sengon di DAS Bedadung. Infomasi ini digunakan untuk mengembangkan agroindustri yang berkelanjutan. Parameter yang dianalisis sebanyak 14 dan metode kesesuaian lahan adalah matching dan overlay. Hasil dari analisis kesesuaian lahan pada tanaman sengon didominasi kelas S3 “sesuai marjinal” (48,07%). Parameter pada lahan yang menjadi faktor pembatas tanaman sengon adalah curah hujan sebagai penyedia sumber air dan solum tanah. Upaya perbaikan faktor curah hujan yaitu membuat waduk atau bendungan, namun perbaikan tersebut membutuhkan dana banyak dan waktu yang lama. Sedangkan usaha perbaikan solum tanah sulit dilakukan karena membutuhkan waktu yang lama. Dengan demikian maka komoditas sengon di Kabupaten Jember akan mengalami kendala keberlanjutan apabila faktor-faktor diatas tidak dicari solusinya.