Setiya Utari
Universitas Pendidikan Indonesia

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMP TEMA LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA Ida Nur Fatmawati; Setiya Utari
EDUSAINS Vol 7, No 2 (2015): Edusains
Publisher : Faculty of Education and Teacher Training, UIN (State Islamic University) Syarif Hidayatul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (558.073 KB) | DOI: 10.15408/es.v7i2.1750

Abstract

Abstract Scientific literacy is important to be mastered by the students, because scientific literacy is the ways of science used sudents to face the problem in their life. Levels of inquiry is the hierarkies of learning from discovery learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry laboratory, real-world application, dan hyphotetical inquiry. The purpose of this study is to analyze the increasing of scientific literacy of high school students after the implementation levels of inquiry theme the waste and the way to ward off. The study was conducted three times a meeting on 32 students of class VII at SMP Negeri 8 Cimahi. This study used a pre experimental with one group pretest-posttest design. The result showed that scientific literacy was increase after the implementation of levels of inquiry. The increasing of scientific literacy was 12,2%. The paired t test show that there is the difference significantly between mean pretest and mean postest. Beside the paired t test, the magnitude of effect size is 0,9 that show large category. This result indicates that levels of inquiry has large contribution to increase the scientific literacy. AbstrakLiterasi sains penting untuk dikuasai oleh peserta didik karena merupakan cara-cara sains yang dapat digunakan oleh seseorang untuk mengatasi permasalahan hidup secara lebih bertanggung jawab untuk kehidupan yang lebih baik. Levels of inquiry merupakan hierarki pembelajaran yang sistematis dan komprehensif dimulai dari tahap discovery learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry laboratory, real-world application, dan hyphotetical inquiry. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan literasi sains siswa SMP setelah diterapkan levels of inquiry pada tema limbah dan upaya penanggulangannya. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes literasi sains yang berupa pilihan ganda. Penelitian dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan pada 32 siswa kelas VII di salah satu SMP Negeri Kota Cimahi. Penelitian ini menggunakan metode preeksperimen dengan one group Pretest-Posttest Design. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa setelah diterapkan levels of inquiry, literasi sains mengalam peningkatan sebesar 12,2%. Hasil paired t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata nilai pretes dan postes. Selain uji paired t-test, hasil penghitungan effect size sebesar 0,9 yang termasuk dalam kategori besar (large). Hal ini menunjukkan bahwa levels of inquiry memiliki kontribusi yang besar dalam meningkatkan literasi sains siswa.Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15408/es.v7i2.1750
Penerapan Scientific Approach dalam Upaya Melatihkan Literasi Saintifik dalam Domain Kompetensi dan Domain Pengetahuan Siswa SMP pada Topik Kalor Widi Ilhami Novili; Setiya Utari; Duden Saepuzaman; Saeful Karim
Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika Vol 8, No 1 (2017): APRIL 2017
Publisher : Universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/jp2f.v8i1.1338

Abstract

Literasi Saintifik (LS) adalah suatu kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan ilmiahnya, tidak hanya memahami konsep tetapi juga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari ataupun dalam mengambil suatu keputusan. LS itu sangat penting, sehingga negara-negara maju pun telah menjadikan LS sebagai program negara untuk mendongkrak kemampuan siswa dalam bidang sains. Negara Indonesia pun ikut serta dalam mengedepankan LS ini. Namun diketahui bahwa LS siswa Indonesia masih rendah. Terdapat indikasi bahwa pembelajaran sains yang dilakukan di kelas belum optimaldalammemfasilitasi siswa dalam melatihkan LS. Penelitian quasy-eksperimen dengan desain one group pretest and posttest dilakukan untuk mengetahui hasil LS setelah diterapkan scientific approach pada topik kalor. Penelitian dilakukan di salah satu SMPN di Kota Bandung dengan jumlah sampel 32 siswa melalui random sampling yaitu pengundian terhadap kelas. Instrumen yang digunakan sebanyak 20 soal berupa uraian (reliabilitas 0,83 dan validitas dari 0,38 – 0,71) . Hasil analisis gain ternormalisasi menunjukkan bahwa domain kompetensi dan domain pengetahuan mengalami peningkatan dalam kategori sedang
REKONSTRUKSI RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MELALUI ANALISIS KESULITAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA TOPIK LISTRIK DINAMIS Rini Juliani; Setiya Utari; Duden Saepuzaman
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN SAINS Vol. 1 No. 1 (2017): First edition
Publisher : Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jppms.v1n1.p%p

Abstract

Literasi sains (LS) merupakan kemampuan untuk memahami, menggunakan serta mengaplikasikan sains agar mampu mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan sains secara efektif dan bertanggung jawab. Individu yang berliterasi sains akan mampu belajar untuk memecahkan permasalahannya dan beradaptasi dalam masyarakat yang terus berkembang. Sehingga, LS dipandang penting untuk dimiliki oleh setiap individu. Namun, diduga adanya indikasi proses pembelajaran sains belum secara optimal memfasilitasi pelatihanya LS siswa, sebagai contoh instruksi paktikum yang digunakan masih besifat verifikasi sehingga tidak memfasilitasi kemampuan mengembanagkan pertanyaan penyelidikan dan merencanakan penyelidikan. Dengan metode suvey menggunakan 143 sampel di salah satu SMP N kabupaten Bandung bertujuan untuk mendapatkan gambaan rekonstruksi pembelajaan sains yang melatihkan LS bedasakan profil kesulitan LS siswa.Hasil penelitian menunjukkan profil LS yang dipandang rendah pada domain pengetahuan prosedural  43,12%dan pengetahuan epistemik 47,44%, sedangkan pada  domain kompetensi mengevaluasi dan merancang penelitian ilmiah 42,31%, serta kompetensi menginterpretasikan data dan bukti ilmiah 56,76%. Berdasakan analisis profil dan hasil wawancara dengan guru dan siswa, maka rekonstruksi RPP menekankan pada proses observasi untuk menghasilkan pertanyaan penyelidikan, merencanakan penyelidikan (mengenal variabel, membuat predikasi dan meencanakan pediksi), mendapatkan data sebagai bahan pengetahuan epistemik untuk  menganalisis dan membuat kesimpulan, serta memberikan saran berdasarkan hasil evaluasi penyelidikan ilmiah.
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PETA KONSEP DALAM PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA I Made Padri; Setiya Utari; Fitri Nurhidayah; Indah Permatasari
Jurnal Pengajaran MIPA Vol 17, No 2 (2012): JPMIPA: Volume 17, Issue 2, 2012
Publisher : Faculty of Mathematics and Science Education, Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18269/jpmipa.v17i2.36101

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini berjudul "Efektivitas Penggunaan Peta Konsep dalam Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa". Hal ini didorong oleh kurangnya prestasi siswa kelas 11 bagi ilmu-fisika di salah satu SMA di Bandung. Itu tidak terlepas dari proses belajar di sekolah, salah satu penyebab kesulitan muncul adalah pendekatan yang kurang tepat dan strategi pembelajaran yang digunakan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk dapat memilih pendekatan dan strategi pembelajaran yang tepat bagi siswa tunduk untuk meminimalkan kesulitan dalam memahami subjek. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah peta konsep diimplementasikan melalui pendekatan CTL pada subjek elastisitas. Penelitian ini menggunakan rancangan pretest posttest studi dengan kelompok kontrol sampel eksperimen kelas XI IPA1 dan kontrol sampel kelas XI IPA 2 di Sekolah Tinggi Senior Empat belas tahun Bandung 2011/2012. Ini diperoleh dari penelitian bahwa setelah menggunakan pendekatan ini secara umum, hasil belajar kognitif telah meningkat namun masih dalam kategori sedang dengan Ngain dari 0.585, sedangkan pada kelas kontrol telah meningkat dalam kategori rendah dengan N-gain dari 0,266 . Hal itu terlihat bahwa N-gain kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penggunaan peta konsep dalam Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.ABSTRACTThis research entitled “Effectiveness of Using Concept Maps in Contextual Teaching and Learning (CTL) to Improve Student Achievement”. It is motivated by the lack of student achievement 11th grade for science-physics in one of senior high school in Bandung. That is not apart from learning process in school, one cause appear difficulties are less precise approaches and learning strategies used. Therefore, teachers are required to be able to choose approaches and learning strategies appropriate to subject students to minimize the difficulty in understanding a subject. The purpose of this research is to determine the increase in student achievement after a concept map is implemented through the CTL approach on the subject of elasticity. This study uses a pretest posttest control study design with control group experimental samples class XI IPA1 and control sample class XI IPA 2 in Fourteen Senior High School Bandung year 2011/2012. In general, it was obtained that after using this approach, the cognitive learning achievement has increased but is still in the medium category with N-gain of 0.585, whereas in the control classes have increased in the low category with N-gain of 0.266. It was seen that the N-gain experimental class higher than the control class. So, it can be concluded that the use of concept maps in Contextual Teaching and Learning (CTL) can improve student achievement.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENTTEAMS-ACHIEVMENT-DIVISIONS) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KERJASAMA SISWA Saeful Karim; Setiya Utari; Fipit Riana Utami
Jurnal Pengajaran MIPA Vol 17, No 2 (2012): JPMIPA: Volume 17, Issue 2, 2012
Publisher : Faculty of Mathematics and Science Education, Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18269/jpmipa.v17i2.36104

Abstract

ABSTRAKBerdasarkan hasil studi pendahuluan dan observasi di salah satu SMP di kota Bandung, ditemukan beberapa fakta. Pertama, prestasi belajar siswa rendah. Kedua, siswa cenderung pasif dan kerjasama yang dilakukan belum melibatkan seluruh anggota kelompok. Dari temuan fakta ini, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang mampu memfasilitasi peningkatan prestasi belajar dan membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu solusinya adalah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Karena pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran sehingga kerjasama yang terjadi akan melibatkan semua anggota kelompok, disamping itu juga dari beberapa penelitian membuktikan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian one group pretest - posttest design dengan sampel penelitian 25 siswa kelas VIII-8 di salah satu SMP Kota Bandung. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan instrumen tes tertulis objektif jenis pilihan ganda dan lembar observasi aktivitas siswa dan guru. Peningkatan prestasi belajar siswa dapat diketahui dari hasil uji signifikansi pada skor pretest dan posttest prestasi belajar dengan menggunakan uji wilcoxon pada taraf signifikansi 95%, diperoleh bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar siswa yang signifikan setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebesar 77,44%. Peningkatan kerjasama siswa dapat diketahui dari data hasil observasi pada saat model pembelajaran kooperatif tipe STAD diterapkan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kerjasama siswa mengalami peningkatan pada setiap pertemuannya pada kategori sedang. ABSTRACTBased on the results of preliminary studies and observations in one junior high school in Bandung, found a few facts. First, low student achievement. Second, students tend to be passive and cooperation do not involve all members of the group. From the findings of this fact, we need a learning model that can facilitate the improvement of learning achievement and keep students more actively in learning activities. One solution is the implementation of cooperative learning model type STAD. Because type STAD cooperative learning emphasizes on activities and interaction among students to motivate each other and help each other to master the subject matter so that the cooperation that occurs will involve all members of the group, but it is also of some studies have shown that the use of type STAD cooperative learning can improve learning achievement students. The method used is the method of quasi-experimental research design with one group pretest - posttest design with a sample of 25 study-8 eighth grade students in one junior high school in Bandung. Data retrieval is done using an instrument written test objective type multiple choice and student activity sheets and teacher observation. Increased student achievement can be seen from the results of tests of significance on the pretest and posttest scores of learning achievement using Wilcoxon test at a significance level of 95%, found that there is an increase in student achievement significantly after application type STAD cooperative learning model by 77.44%. Improved cooperation of students can be seen from the data during the observation type STAD cooperative learning model applied. The survey results revealed that the cooperation of students has increased at every meeting in the middle category.
REKONSTRUKSI RANCANGAN PEMBELAJARAN SAINS MELALUI ANALISIS KESULITAN LITERASI SAINS SISWA SMP PADA TOPIK SIFAT DAN PERUBAHAN ZAT Dian Zakaria Sidiq; Setiya Utari; Muhamad Gina Nugraha
WaPFi (Wahana Pendidikan Fisika) Vol 3, No 2 (2018): WaPFi (Wahana Pendidikan Fisika) 2018
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.582 KB) | DOI: 10.17509/wapfi.v3i2.13732

Abstract

ABSTRAKLiterasi sains merupakan kemampuan untuk memahami, menggunakan serta mengaplikasikan sains agar mampu mengambil keputusan dalam menyelesaikan suatu masalah berdasarkan pertimbangan sains secara efektif dan bertanggung jawab. Literasi sains (scientific literacy) memiliki peranan yang sangat penting bagi setiap individu baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia pekerjaan. Namun, hasil studi yang dilakukan PISA sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2012 menunjukkan bahwa kemampuan literasi sains siswa Indonesia masuk pada kategori lemah. Kenyataan dilapangan, menunjukkan pula bahwa terkait dengan materi sifat dan perubahan zat, kemampuan literasi sains di salah satu SMP kota Cimahi belum terlatihkan. Rancangan pembelajaran untuk melatihkan literasi sains siswa SMP pada materi karakteristik zat belum sepenuhnya terintegrasi dengan keadaan sekitar lingkungan siswa tinggal, sehingga proses pembelajaran belum sepenuhnya kontekstual. Dari permasalahan yang ditemukan, maka penelitian ini berupaya mengungkapkan profil kemampuan literasi sains siswa kelas VII salah satu SMP di kota Cimahi. Luaran dari penelitian ini adalah dihasilkannya produk berupa rencana pelaksanaan pembelajaran yang lebih menekankan pengembangan kemampuan literasi sains siswa. Metode penelitian yang digunakan ialah metode survei dan penelusuran kemampuan literasi sains melalui soal-soal berbasis literasi sains. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan proses dan penguasaan untuk merumuskan suatu percobaan masih perlu ditingkatkan. Hanya 19,1% siswa mampu menguasai indikator menjelaskan penerapan dari pengetahuan untuk masyarakat. Persentase sebesar 70,21% dicapai siswa untuk indikator menjelaskan dan mengevaluasi berbagai cara yang digunakan ilmuwan untuk memastikan reliabilitas dan objektivitas keumuman penjelasan. Selain itu, siswa menanggapi positif pembelajaran sains yang selama ini diikuti siswa.Kata Kunci: Literasi Sains, Sifat dan Perubahan Zat, Rekonstruksi Rancangan PembelajaranABSTRACTScientific literacy is ability to understand, use and apply the science to be able to take a decision in resolving a problem based on scientific considerations effectively and responsibly. Scientific literacy (scientific literacy) has a very important role for every individual both in everyday life and in the world of work. However, the results of PISA studies conducted since 2000 up to 2012 showed that the ability of Indonesian students entering science literacy in the weak category. The reality in the school, showed also that related to the material properties and changes of substances, science literacy skills one of middle school in Cimahi city anhabituate. Lesson plan for science literacy middle school students on the material characteristics of the substance has not been fully integrated with the surrounding circumstances of students living environment, so that the learning process is not yet fully contectual. This research seeks to reveal students' science literacy skills profile one of middle school class VII in Cimahi City. Outcomes of this study is the product produced in the form of lesson plan which emphasizes the development of students' science literacy skills. The method used in this research is survey method and tracking capabilities scientific literacy through questions based on scientific literacy. The results showed that ability process and mastery to formulate an experiment still needs to be improved. Only 19.1% of students were able to master the indicator describes the application of knowledge to the public. Percentage of 70.21% achieved by students for indicators describe and evaluate the various ways that scientists use to ensure the reliability and objectivity of the generality of explanation. In addition, students respond positively to the learning of science that has been followed by the students.Keywords: Scientific Literacy, Properties and Change of States of Matter, Reconstruction of Learning DesignDian Zakaria Sidiq, dkk – Rekonstruksi Rancangan Pembelajaran Sains Melalui Analisis kesulitanliterasi sains siswa SMP pada Topik Sifat dan Perubahan Zat
INVENTORY PEMAHAMAN GRAFIK DAN KEMAMPUAN REPRESENTASI KONSEP FISIKA SISWA SMP PADA POKOK BAHASAN KINEMATIKA Adna Tajriyaani Jun Lallo; Parlindungan Sinaga; Setiya Utari
WaPFi (Wahana Pendidikan Fisika) Vol 5, No 2 (2020): WaPFi (Wahana Pendidikan Fisika) 2020
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (52.35 KB) | DOI: 10.17509/wapfi.v5i2.25429

Abstract

Kemampuan merepresentasikan konsep fisika merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang dalam mempelajari fisika karena dalam memahami konsep yang rumit sering kali seseorang kesulitan apabila konsep tersebut hanya dinyatakan oleh satu format representasi. Salah satu kemampuan yang penting dimiliki oleh siswa yakni kemampuan pemahaman grafik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang profil pemahaman grafik dan kemampuan representasi siswa pada pokok bahasan kinematika. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif eksploratif untuk memperoleh informasi mengenai penemuan suatu variabel, gejala, atau keadaan tanpa adanya manipulasi. Pada desain penelitian dilakukan serangkaian test yang mengukur pemahaman grafik dan kemampuan representasi yang secara operasional diukur dengan Test Understanding Graphics (TUG) dan test kemampuan representasi berupa uraian terbatas. Sampel pada penelitian ini berjumlah 194 orang siswa kelas VIII di salah satuh SMP Negeri Kota Bandung. Materi yang diujikan dalam penelitian ini adalah materi gerak lurus dan hukum Newton pada pokok bahasan kinematika. Penilaian pemahaman grafik diolah menggunakan statistik deskriptif yang hasilnya dikategorikan berdasarkan tiga level yakni Tinggi, Sedang, Rendah. Penilaian yang digunakan dalam tes kemampuan representasi merujuk pada kriteria multiple ways. Hasil yang ditemukan dari penelitian ini terdapat sebanyak 3,1% siswa dengan kategori pemahaman grafik tinggi, 64,4% siswa dengan kategori pemahaman sedang, dan 29,9% siswa dengan kategori pemahaman rendah. Hasil kemampuan representasi siswa dalam aspek kemampuan untuk mengkonstruksi representasi baru dari representasi sebelumnya lebih baik dari pada aspek kemampuan free-body diagram. Oleh sebab itu Pemahaman grafik dan  kemampuan free-body diagram harus lebih banyak dilatihkan kepada siswa pada jenjang SMP agar lebih mudah untuk memahami konsep fisika.Kata kunci : Pemahaman Grafik, Kemampuan representasi, Test Understanding Graphics
Analisis Peta Wright Keterampilan Berpikir Level LOTs dan HOTs Siswa Kelas XI pada Materi Miopi Azura Azura; Achmad Samsudin; Setiya Utari
WaPFi (Wahana Pendidikan Fisika) Vol 5, No 1 (2020): WaPFi (Wahana Pendidikan Fisika) 2019
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.089 KB) | DOI: 10.17509/wapfi.v5i1.23447

Abstract

ABSTRAK Penelitian tentang peta Wright untuk mengidentifikasi keterampilan berpikir siswa dalam kaitannya dengan tingkat kesulitan soal masih jarang ditemukan.Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan keterampilan berpikir level LOTS dan HOTS peserta didik menurut Bloom pada materi miopi dengan analisis peta Wright pemodelan Rasch. Subjek penelitian terdiri dari 36 peserta didik kelas XI IPA di salah satu SMA Negeri di kota Bandung, 19 peserta didik perempuan dan 17 peserta didik laki-laki dengan rata-rata usia 16 Tahun. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan teknik random sampling. Instrument yang digunakan adalah dalam bentuk tes pilihan ganda materi miopi. Data level keterampilan berpikir peserta didik level LOTS dan HOTS dianalisis dengan menggunakan peta Wright. Berdasarkah analisis peta Wright, soal level HOTS berada diatas garis rata-rata dengan nilai logit soal +1,18 s.d +1,85. Sebanyak delapan  peserta didik  mampu mengerjakan soal level HOTS dan 28 peserta didik lainya hanya mampu menjawab soal level LOTS dengan nilai logit soal -2,03 s.d -0,10 sesuai dengan sebaran person dan item pada Wright map. Dapat disimpulkan bahwa Keterampilan Berpikir Level LOTS dan HOTS Peserta didik kelas XI pada materi miopi dapat dianalisis dengan baik dengan menggunakan analisis Peta Wright.  ABSTRACT The study about Wright's map to identify students' thinking skills in its relation to the question difficulty level is rarely to be found. The purpose of this study is to describe the thinking skills of Bloom’s LOTS and HOTS levels of students on myopia with the analysis of Rasch's Wright map modeling. The subjects of this research is 36 students of class XI IPA in one of the state high schools in Bandung with an average age of 16 years, 19 of them are female and 17 are male. The method used was descriptive research with random sampling techniques. The instrument used was in the form of multiple choice test myopic material. Data on the level of thinking skills of LOTS and HOTS students were analyzed using the Wright map. Based on Wright's map analysis, HOTS level questions are above the average line with a logit value of questions +1.18 to +1.85. The result of the research showed that 8 students are able to work on HOTS level questions and 28 other students are only able to answer LOTS level questions with logit value questions -2.03 to -0.10 according to the distribution of person and items on the Wright map. It can be concluded that the LOTS and HOTS Level Thinking Skills of Class XI Students on myopia material can be analyzed properly using the Wright Map analysis.. Kata kunci : HOTS, LOTS, Miopi, Peta Wright, Rasch Model.
Profil Keterampilan Abad 21 Siswa SMA pada Project Based Learning (PjBL) Materi Tegangan Permukaan Vina Nurafiah; Setiya Utari; Winny Liliawati
WaPFi (Wahana Pendidikan Fisika) Vol 4, No 2 (2019): WaPFi (Wahana Pendidikan Fisika) 2019
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (388.268 KB) | DOI: 10.17509/wapfi.v4i2.20176

Abstract

Abad 21 merupakan era pengetahuan, dimana masyarakat harus bisa melakukan berbagai hal dengan pengetahuan dan menciptakan pengetahuan baru. Peran pendidikan penting untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan abad 21. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan profil keterampilan abad 21 sebagai pijakan dalam mengembangkan cara-cara melatih keterampilan abad 21. Keterampilan abad 21 yang diteliti meliputi 4 C yaitu keterampilan berfikir kritis, kreativitas, kolaborasi dan komunikasi. Indikator 4C mengacu kepada Framework Buck Institute For Education (BIE). Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kualitatif. Pengumpulan data menggunakan instrumen lembar observasi yang dilengkapi  rubrik hasil adaptasi dari BIE. Jumlah partisipan adalah 109 orang, diambil dari 3 kelas XI IPA di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Teknik sampling menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan untuk berfikir kritis, 28 % siswa dibawah standar, 42 % siswa mendekati standar dan 30 % siswa sesuai standar. Untuk kreativitas,  48 % dibawah standar, 30 % mendekati standar dan 22 % sesuai standar. Untuk kolaborasi 18 % dibawah standar, 48 % mendekati standar, 33 % sesuai standar. Untuk komunikasi, 31 % dibawah standar, 36 % mendekati standar dan 33 % sesuai standar. Karena keterampilan siswa paling banyak pada kategori mendekati standar dan dibawah standar, hal tersebut menunjukkan bahwa keterampilan abad 21 siswa masih perlu ditingkatkan melalui strategi pembelajaran yang tepat. Kata kunci: keterampilan abad 21; deskriptif; kategori. ABSTRACT The 21st century is an era of knowledge, where people must be able to do things with knowledge and create new knowledge. The role of education is important to prepare students for the challenges of the 21st century. This study aims to obtain a profile of 21st century skills as a basis for developing ways to train 21st century skills of high school students. 21st century skills studied include 4 C, namely critical thinking skills, creativity, collaboration and communication. The 4C indicator refers to the Buck Institute For Education (BIE) Framework. This study uses a qualitative descriptive design. Data collection uses an observation sheet instrument that is equipped with an adaptation rubric from BIE. The number of participants was 109 people, taken from 3 XI IPA classes in one of the Public High Schools in Bandung City. The sampling technique uses purposive sampling. The results showed that for critical thinking, 28% of students were below the standard, 42% of students approached the standard and 30% of students were according to the standard. For creativity, 48% below the standard, 30% near the standard and 22% according to the standard. For collaboration 18% below the standard, 48% near the standard, 33% according to the standard. For communication, 31% below the standard, 36% near the standard and 33% according to the standard. Because students 'skills are the most in the category approaching standards and below standards, it shows that 21st century students' skills still need to be improved through appropriate learning strategies. Keywords: 21st century skills; descriptive; category.
Profil Keterampilan Abad 21 Siswa SMA pada Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Materi Gerak Lurus Olivia Aliftika; Purwanto Purwanto; Setiya Utari
WaPFi (Wahana Pendidikan Fisika) Vol 4, No 2 (2019): WaPFi (Wahana Pendidikan Fisika) 2019
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.251 KB) | DOI: 10.17509/wapfi.v4i2.20178

Abstract

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad 21 berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan ini tentu menjadi sebuah tantangan bagi setiap individu yang hidup pada abad 21. Sehingga setiap individu tersebut membutuhkan keterampilan yang sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan pada abad 21 yang disebut keterampilan abad 21. Terdapat 4 kompetensi pada keterampilan abad 21 yang dikenal dengan “4Cs” yaitu (1) Critical Thinking (berpikir kritis), (2) Communication (komunikasi), (3) Collaboration (kolaborasi), dan (4) Creativity and Innovation (kreativitas dan inovasi). Pengembangan keterampilan abad 21 salah satunya dapat dicapai melalui pendidikan. Buck Institute of Education (BIE) telah mengembangkan pembelajaran PjBL yang melatihkan keterampilan abad 21 “4Cs” siswa. BIE juga telah mengembangkan rubrik untuk setiap kriteria keterampilan abad 21 siswa. Namun sebelum melatihkan keterampilan abad 21 siswa, dibutuhkan profil keterampilan abad 21 siswa. Hal ini agar pengembangan keterampilan abad 21 siswa dapat lebih efektif. Sehingga penelitian ini akan memberikan gambaran mengenai profil keterampilan abad 21 siswa salah satu SMA di Bandung. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif dan desain penelitian berupa studi kasus pada sampel sebanyak 139 siswa salah satu SMA di Bandung. Hasil yang diperoleh adalah bahwa keterampilan berpikir kritis, komunikasi dan kolaborasi siswa berada pada kategori mendekati standar sedangkan katerampilan kreativitas dan inovasi berada pada kategori dibawah standar. Kata Kunci : Keterampilan abad 21 ABSTRACT The development of science and technology in the 21st century developed very rapidly. This development certainly becomes a challenge for every individual who lives in the 21st century. So every individual needs skills that are in accordance with the qualifications needed in the 21st century called 21st century skills. There are 4 competencies in 21st century skills known as "4Cs" namely (1) Critical Thinking, (2) Communication, (3) Collaboration, and (4) Creativity and. The development of 21st century skills can be achieved through education. Buck Institute of Education (BIE) has developed PjBL learning that trains 21st century "4Cs" skills of students. BIE has also developed a rubric for each 21st century student skill criteria. But before training 21st century students 'skills, 21st century students' skill profiles are needed. This is so that 21st century students' skills development can be more effective. So this study will provide an overview of the 21st century skill profile of one high school student in Bandung. The type of research used is descriptive research and research design in the form of case studies on a sample of 139 students from one high school in Bandung. The results obtained are that critical thinking skills, communication and student collaboration are in the category of approaching standards while the creativity and innovation skills are in the below standard category. Keyword : 21st Century Skills