Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus pada Akseptor Pengguna Kontrasepsi Oral Nurmainah Nurmainah; Rafli Armandani; Mohammad Andrie
JURNAL FARMASI DAN ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol. 7 No. 2 (2020): JURNAL FARMASI DAN ILMU KEFARMASIAN INDONESIA
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jfiki.v7i22020.88-92

Abstract

Pendahuluan: Kandungan hormon progesteron dalam kontrasepsi oral dapat menggangu metabolisme karbohidrat dan penumpukkan kadar lemak yang berisiko untuk terjadinya peningkatan kadar gula darah. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan jenis kontrasepsi dan nilai Indeks Masa Tubuh (IMT) terhadap risiko kejadian diabetes melitus pada akseptor kontrasepsi oral di Puskesmas Perumnas II Pontianak. Metode: Metode penelitian observasional dengan rancangan potong lintang yang bersifat analitik. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan data rekam medik akseptor kontrasepsi oral selama periode Januari 2018 hingga Maret 2019. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Akseptor yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi pada penelitian ini sebanyak 44 akseptor. Selanjutnya, 44 akseptor dilakukan pengukuran kadar gula darah sewaktu dengan menggunakan alat glukometer. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji khi kuadrat. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa akseptor yang menggunakan kontrasepsi oral tunggal mengalami risiko kejadian diabetes melitus sebanyak 20% sedangkan akseptor yang menggunakan kontrasepsi oral kombinasi sebanyak 80%. Namun perbedaan risiko kejadian diabetes melitus dari kedua kelompok secara statistik tidak bermakna signifikan (p = 0,647; OR = 0,44; CI 95% = 0,45 - 4,395). Selain itu, akseptor kontrasepsi oral dengan nilai IMT ≥ 23 (Kg/m2) yang mengalami risiko kejadian diabetes melitus tercatat sebanyak 60% dan akseptor dengan nilai IMT < 23 (Kg/m2) sebanyak 40%. Namun perbedaan risiko kejadian diabetes melitus kedua kelompok secara statistik tidak bermakna signifikan (p = 0,30; OR = 3,8; CI95% = 0,560 - 26,052). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna signifikan antara jenis kontrasepsi oral dan IMT terhadap risiko kejadian diabetes melitus pada akseptor pengguna kontrasepsi oral.
PENDAMPINGAN BAGI FASILITATOR PENDERITA HIPERTENSI DI KABUPATEN KUBU RAYA MELALUI DISEMINASI DIET DASH Oke Anandika Lestari; Yohana Sutiknyawati Kusuma Dewi; Nurmainah Nurmainah
ABDIMAS: JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol 11, No 1 (2018): APRIL 2018
Publisher : LPPM UNIMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (934.9 KB) | DOI: 10.36412/abdimas.v11i1.549

Abstract

This assistance activity for hypertension facilitator in Kabupaten Kubu Raya through DASH Diet (Dietary Approaches to Stop Hypertension) dissemination is Community Partnership Program (PKM) with it purpose are to increase knowledge and skill of food preparation and food making with DASH Diet approach. The background of this activity is the high number of hypertension patients in Kabupaten Kubu Raya. In DASH Diet approach, consumption of fruit and vegetable or high potassium intake is highly suggested. Partner in this Partnership activity are Community Health Centre (Puskesmas) of Sungai Raya Dalam and PKK (Family Welfare Community) of Kabupaten Kubu Raya. Participant are cadre anddelegation from Integrated Service Community (Posyandu) in Kubu Raya. Method used are socialization, training and assistance, and evaluation. DASH Diet is made enriched food with fruit and vegetables, which are cookies with pineapple and low gluten composite noodleenriched with carrot. Participants experienced a very useful assistance supported by comprehension score 62% for understand, and 32% very understand. Applied processed food has preferable score 74% for fruit cookies, and 63% score for low gluten noodle. Participant are expected to distribute the knowledge and applied it at least in family level. Healthy food application in the future will be developed, not only for it health benefit but also preferable taste.
PENGOLAHAN DIET PUFA (Polyunsaturated Fatty Acid) DARI IKAN GABUS (Channa Striata) SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT KARDIOVASKULAR ATEROSKLEROSIS DWI ZULFITA; Nurmainah Nurmainah
Jurnal PkM Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4, No 2 (2021): Jurnal PkM : Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30998/jurnalpkm.v4i2.6319

Abstract

Penyakit kardiovaskular ateroskerosis seperti stroke dan jantung dapat dikendalikan dengan cara menekan kadar kolesterol agar tercapai optimal. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menekan kadar kolesterol melalui perbaikan asupan diet PUFA (polyunsaturated fatty acid). Tujuan kegiatan ini untuk memberikan edukasi dan pelatihan pengolahan diet PUFA dari ikan gabus (Channa striata). Mitra dalam kegiatan pengabdian ini adalaha kader binaan Puskesmas Sungai Raya Dalam. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian adalah sosialisasi, pelatihan dan pendampingan pengolahan ikan gabus menjadi kapsul minyak ikan dan abon, serta evaluasi. Hasil dari kegiatan ini menunjukkan bahwa sebelum dan sesudah dilakukan sosialisasi manfaat diet PUFA terjadi peningkatan pengetahuan tentang manfaat diet PUFA dalam mencegah risiko penyakit kardiovaskular aterosklerosis dari 23% menjadi 100%. Tingkat kesukaan olahan ikan gabus menjadi kapsul minyak ikan sebanyak 66,42% dan abon ikan sebanyak 71,42%. Kesimpulan dari kegiatan pengabdian ini bahwa kegiatan ini sangat berguna bagi kader binaan Puskesmas Sungai Raya Dalam.             
ANALYSIS CORRELATION DURATION OF USE WITH RISK OF INCREASED BLOOD PRESURE ON THE ACCEPTORS INJECTABLE CONTRACEPTIVE DEPO MEDROXYPROGESTERON ACETATE (DMPA) : A RETROSPECTIVE COHORT STUDY Sekar Muktiyani; Nurmainah Nurmainah
Jurnal Farmasi Sains dan Praktis Vol 6 No 2 (2020)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31603/pharmacy.v6i2.3297

Abstract

Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) is a method of family planning program. DMPA is preferred because of its economical, practical, and effective in preventing pregnancy. Long-term use DMPA is suspected to be a risk of an increase in blood pressure. The purpose of this study was to analyze the correlation between duration of use with risk of hypertension in the DMPA acceptor at Perumnas II Pontianak Public Health Care. The research method was observational analytic with a retrospective cohort design. The population of the study is the new DMPA acceptor January-June 2018. This period is the index date for the use of DMPA or the date of the first use of DMPA by acceptors. The acceptor is followed by using DMPA for one year or more until the end of the 30 June 2019 study through its medical record data. Samples that met the inclusion and exclusion criteria were 81 acceptors. The results showed that acceptors with a duration of use of DMPA for more than 12 months had more risk of hypertension (66.7%) than acceptors with a duration of use for less than 12 months (38.5%). Chi-square analysis showed a significant correlation between the duration of use of DMPA and the risk of hypertension (p-value = 0.011, RR = 1.733 CI 95% = 1.104 - 2.72 in DMPA acceptor at Perumnas II Pontianak Public Health Care. The study concludes that there is a correlation between duration of use and risk of hypertension.
Analisis Efektivitas Biaya Antihipertensi Amlodipin Tunggal dan Kombinasi pada Pasien Hipertensi dengan Diabetes Melitus Tipe II Rawat Jalan di Rumah Sakit di Kota Pontianak Dwi Wulan Anggraini; Nurmainah Nurmainah; Shoma Rizkifani
Jurnal Pharmascience Vol 10, No 2 (2023): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v10i2.16014

Abstract

Penyakit hipertensi dengan diabetes melitus tipe II berisiko tinggi untuk berkembangnya penyakit kardiovaskular. Penyakit degeneratif ini membutuhkan pengobatan jangka panjang sehingga analisis efektivitas biaya perlu dilakukan untuk membantu dalam pemilihan obat yang efektif secara biaya maupun luaran klinis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas biaya penggunaan antihipertensi amlodipin tunggal dan kombinasi amlodipin-kandesartan melalui perhitungan Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) dan Incremental Cost per Unit of Effectiveness Ratio (ICER). Metode penelitian berupa penelitian observasional dengan rancangan penelitian cross-sectional. Data dikumpulkan secara retrospektif dengan menggunakan data rekam medis dan klaim kuitansi pembayaran pasien hipertensi dengan diabetes melitus tipe II rawat jalan di rumah sakit di Kota Pontianak pada Januari hingga Desember 2021. Subyek penelitian ini sebanyak 34 subyek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik terbanyak terdapat pada usia ≥60 tahun (58,82%), jenis kelamin perempuan (55,88%), menggunakan antihipertensi amlodipin tunggal (61,76%), dan tekanan darah di hipertensi stage 1 (64,71%). Amlodipin tunggal memiliki efektivitas terapi lebih tinggi 28,57% dibandingkan kombinasi amlodipin-kandesartan (15,38%). Hasil nilai ACER amlodipin tunggal sebesar Rp90.155,93, sedangkan pada kombinasi amlodipin-kandesartan sebesar Rp358.932,05 serta nilai ICER yang sebesar (-)Rp223.246,40. Berdasarkan hasil penelitian ini, disimpulkan antihipertensi yang memiliki biaya lebih efektif adalah amlodipin tunggal dibandingkan kombinasi amlodipin-kandesartan. Kata Kunci: Amlodipin, Amlodipin-Kandesartan, Diabetes Melitus Tipe II, Efektivitas Biaya, Hipertensi  Hypertension with diabetes mellitus type II is at high risk for the development of cardiovascular disease. This degenerative disease requires long-term treatment, so it is necessary to carry out a cost-effectiveness analysis in order to assist in the selection of drugs that are cost-effective and clinical outcomes. This study aimed to analyze the cost-effectiveness of using amlodipine monotherapy and the combination of amlodipine-candesartan through Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) and Incremental Cost per Unit of Effectiveness Ratio (ICER) calculations. This study method was an observational study with a cross-sectional research design. Data were collected retrospectively using medical records and claim receipts for payment of hypertensive patients with diabetes mellitus type II outpatient in a hospital in Pontianak City from January to December 2021. The subjects of this study were 34 subjects who have the inclusion and exclusion criteria. The results of the statistical study showed that the most common were aged ≥60 years (58.82%), female (55.88%), using the antihypertensive amlodipine monotherapy (61.76%), and blood pressure was in hypertension stage 1 (64.71%). Amlodipine monotherapy has a higher therapeutic effectiveness of 28.57% compared to the amlodipine-candesartan combination (15.38%). The results of the ACER of amlodipine monotherapy was Rp90,155.93, while for the amlodipine-candesartan combination it was Rp358,932.05 and the ICER value obtained was (-)Rp223,246.40. Based on the results of this study, it was concluded that amlodipine monotherapy is more cost-effective than the amlodipine-candesartan combination.