Hananditia Rachma Pramestutie
Departemen Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Tingkat Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Penggunaan Obat di Puskesmas Kota Malang R. Pramestuti, Hananditia; Silviana, Nina
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 5, No 1 (2016)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.506 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2016.5.1.26

Abstract

Hipertensi merupakan keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Pengetahuan yang harus dimiliki oleh pasien hipertensi meliputi arti penyakit hipertensi, penyebab hipertensi, gejala yang sering menyertai dan pentingnya melakukan pengobatan yang teratur dan terus-menerus dalam jangka panjang serta mengetahui bahaya yang ditimbulkan jika tidak minum obat. Pengetahuan ini penting untuk menunjang keberhasilan terapi hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien hipertensi tentang pengobatannya di Puskesmas Kota Malang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional prospektif. Pemilihan sampel pasien dan pemilihan Puskesmas menggunakan metode teknik pengambilan sampel secara nonrandom sampling (purposive sampling) dan harus memenuhi kriteria inklusi yang sudah dibuat oleh peneliti. Hasil penelitian ini adalah pasien hipertensi yang memiliki tingkat pengetahuan cukup sebesar 69 responden (72,63%). Pasien yang mempunyai tingkat pengetahuan baik sebesar 26 responden (27,37%). Tidak ada responden yang memiliki tingkat pengetahuan buruk. Simpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar pasien hipertensi di Kota Malang memiliki tingkat pengetahuan cukup tentang pengobatannya.Kata kunci: Hipertensi, tingkat pengetahuan pasienThe Knowledge Level of Hypertension Patients for Drug Therapy in the Primary Health Care of Malang Hypertension is a persistent blood pressure in which systolic pressure ≥140 mmHg and diastolic pressure ≥90 mmHg. The knowledge that should be owned by patients with hypertension is the meaning, causes, symptoms and treatment of hypertension. This knowledge is important to support the success of hypertension therapy. The aim of this research was to determine the knowledge level of hypertension patients about their drug therapy in the primary health care of Malang. This research used observational study methods. The selection of the patients and the primary health care was done using non-random sampling technique (purposive sampling). The subject who meet the inclusion criteria were involved. The result of this study revealed that the patients with hypertension who have a sufficient level of knowledge were 69 respondents (72,63%). Patients who have a good criteria were 26 respondents (27,3763%). There is no patient with low level of knowledge in this research. The conclusion from this study is most patients with hypertension in Primary Health Care Malang have enough knowledge about their treatment.Key words: Hypertension, patient knowledge
HUBUNGAN ANTARA WAKTU TUNGGU PELAYANAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN BPJS TERHADAP PELAYANAN RESEP (PENELITIAN DILAKUKAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH MALANG) Ihsan, Muhammad; Illahi, Ratna Kurnia; Pramestutie, Hananditia Rachma
Pharmaceutical Journal of Indonesia Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit merupakan salah satu unit pelayanan yang wajib disediakan di rumah sakit. Terdapat beberapa indikator yang harus dipenuhi oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit, salah satunya adalah kepuasan pasien dan waktu tunggu pelayanan resep, yang dianggap dapat mempengaruhi ekspektasi pasien terhadap pelayanan rumah sakit, khususnya pelayanan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara waktu tunggu pelayanan resep dengan tingkat kepuasan pasien pada pelayanan resep di Instalasi Farmasi Rumah Sakit, dengan pendekatan observasional analitik pada 150 orang pasien rawat jalan BPJS atau pengantarnya yang sedang menebus resep. Kuesioner dan stopwatch masing-masing digunakan sebagai instrumen untuk mengukur kepuasan pasien dan waktu tunggu pelayanan resep. Analisis data dilakukan dengan 2 metode, yaitu metode Pearson untuk pelayanan resep obat racikan dan Spearman untuk pelayanan resep obat jadi. Penelitian ini juga telah mendapatkan kelayakan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya No. 263/EC/KEPK-S1-FARM/07/2017. Dari penelitian ini, tidak terdapat hubungan antara waktu tunggu pelayanan resep dengan tingkat kepuasan pasien pada pelayanan resep obat racikan (p = 0,516), tetapi terdapat hubungan antar kedua variabel pada pelayanan resep obat jadi (p = 0,049). Selain itu, didapatkan rata-rata waktu tunggu pelayanan resep sekitar 39 menit 34 detik untuk pelayanan resep obat racikan dan 29 menit 0 detik untuk pelayanan resep obat jadi. Secara umum, pasien merasa puas terhadap pelayanan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang dan tidak memerlukan waktu melebihi yang ditentukan oleh peraturan perundangan untuk memperoleh obat.
Efektivitas Home Pharmacy Care dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Kepatuhan Terhadap Pengobatan Pasien Hipertensi (Studi dilakukan selama 3 bulan di Apotek Kota Malang) Illahi, Ratna Kurnia; Hariadini, Ayuk Lawuningtyas; Pramestutie, Hananditia Rachma; Diana, Hilliyah
Pharmaceutical Journal of Indonesia Vol 5, No 1 (2019)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengobatan hipertensi dilakukan dalam jangka waktu yang panjang. Karena hal tersebut, seringkali pasien hipertensi memiliki masalah ketidakpatuhan dalam pengobatannya sehingga menyebabkan pasien sulit mengontrol tekanan darahnya. Pengetahuan pasien akan hipertensi juga dapat mempengaruhi tekanan darah. Peningkatan pengetahuan pasien akan mengarah pada kemajuan berfikir tentang perilaku kesehatan yang lebih baik sehingga berpengaruh terhadap terkontrolnya tekanan darah. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien yaitu home pharmacy care. Pemberian konseling dalam home pharmacy care menyebabkan pasien lebih paham mengenai penyakit hipertensi. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui efektivitas home pharmacy care dalam meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan terhadap pengobatan pasien hipertensi di Apotek Kota Malang hingga akhir bulan ke-3. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan jenis penelitian menggunakan pre test-post test design. Sampel penelitian adalah pasien hipertensi di Apotek kota Malang yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol merupakan pasien hipertensi yang mendapatkan konseling oleh apoteker di Apotek dan kelompok eksperimen merupakan pasien hipertensi yang mendapatkan home pharmacy care. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner untuk mengukur pengetahuan menggunakan modifikasi Hypertension Knowledge-Level Scale dan kuesioner kepatuhan menggunakan Morisky Medication Adherence Scale yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, checklist konseling apoteker sebagai panduan bagi apoteker dalam pelayanan konseling, leaflet untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi pasien, dan pill box digunakan untuk membantu pasien dalam mengatur pengobatannya. Hasil analisis statistik menunjukkan nilai signifikasi >0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan maupun kepatuhan pasien hipertensi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol hingga bulan ke-3.
ANALISIS COST-MINIMIZATION PENGGUNAAN SEFOTAKSIM, SEFTRIAKSON, DAN LEVOFLOKSASIN PADA PASIEN DEMAM TIFOID DENGAN STATUS PEMBAYARAN UMUM DAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL: PENELITIAN DILAKUKAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH “KANJURUHAN” KEPANJEN Yunita, Wayan Chintia; pramestutie, hananditia rachma; Illahi, Ratna Kurnia; Achmad, Anisyah
Pharmaceutical Journal of Indonesia Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Demam tifoid adalah penyakit infeksi akibat Salmonella typhi. Terapi antibiotik yang diberikan adalah kloramfenikol, namun MDR (multiple drug resistant) Sal­monella typhi terhadap kloramfenikol memerlukan alternatif antibiotik seperti sefotaksim, seftriakson, dan levofloksasin. Penelitian bertujuan melakukan cost-minimization analysis (CMA) terhadap antibiotik tersebut dengan perspektif penyedia layanan kesehatan pada pasien status pembayaran umum dan Ja­minan Kesehatan Nasional (JKN). Penelitian retrospektif menggunakan data rekam medis dan biaya pengobatan periode Januari 2015-Februari 2016 dengan teknik total sampling. Biaya pengobatan diperoleh dari Sistem Informasi Rumah Sakit dan Instalasi Farmasi. Sampel sebesar 25 pasien dengan 10 pasien anak dan 15 pasien dewasa. Analisis konsekuensi pengobatan (lama rawat inap, hilangnya demam, dan hilangnya gejala ikutan) menggunakan uji homogenitas. Pasien berstatus pembayaran umum (n = 8) dan JKN (n = 17). Antibiotik yang digunakan pasien anak sefotaksim (paten n = 6 dan generik n = 4), seftriakson (n = 0), dan levofloksasin (n = 0), serta pasien dewasa sefotaksim (n = 7), seftriak­son (n = 4), levofloksasin (n = 4). Konsekuensi pengobatan antibiotik pasien anak dan dewasa homogen (p > 0,05). Rata-rata total biaya pasien anak pembayaran umum adalah Rp 1.120.775 (sefotaksim generik) dan Rp 1.656.767 (sefotaksim paten), dan pembayaran JKN adalah Rp 1.712.107 (sefotaksim generik). Rata-rata total biaya pasien dewasa pembayaran umum adalah Rp 1.698.057 (sefotaksim) dan Rp 3.259.275 (seftriakson), serta pembayaran JKN adalah Rp 1.866.525 (seftriakson) dan Rp 2.542.156 (levofloksasin). Kesimpulan penelitian ini adalah antibiotik yang memiliki biaya lebih murah secara CMA pada pem­bayaran umum, yaitu sefotaksim generik (pasien anak dan dewasa) dan pem­bayaran JKN, yaitu seftriakson.
HUBUNGAN ANTARA WAKTU TUNGGU PELAYANAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN BPJS TERHADAP PELAYANAN RESEP (PENELITIAN DILAKUKAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH MALANG) Ihsan, Muhammad; Illahi, Ratna Kurnia; Pramestutie, Hananditia Rachma
Pharmaceutical Journal of Indonesia Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit merupakan salah satu unit pelayanan yang wajib disediakan di rumah sakit. Terdapat beberapa indikator yang harus dipenuhi oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit, salah satunya adalah kepuasan pasien dan waktu tunggu pelayanan resep, yang dianggap dapat mempengaruhi ekspektasi pasien terhadap pelayanan rumah sakit, khususnya pelayanan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara waktu tunggu pelayanan resep dengan tingkat kepuasan pasien pada pelayanan resep di Instalasi Farmasi Rumah Sakit, dengan pendekatan observasional analitik pada 150 orang pasien rawat jalan BPJS atau pengantarnya yang sedang menebus resep. Kuesioner dan stopwatch masing-masing digunakan sebagai instrumen untuk mengukur kepuasan pasien dan waktu tunggu pelayanan resep. Analisis data dilakukan dengan 2 metode, yaitu metode Pearson untuk pelayanan resep obat racikan dan Spearman untuk pelayanan resep obat jadi. Penelitian ini juga telah mendapatkan kelayakan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya No. 263/EC/KEPK-S1-FARM/07/2017. Dari penelitian ini, tidak terdapat hubungan antara waktu tunggu pelayanan resep dengan tingkat kepuasan pasien pada pelayanan resep obat racikan (p = 0,516), tetapi terdapat hubungan antar kedua variabel pada pelayanan resep obat jadi (p = 0,049). Selain itu, didapatkan rata-rata waktu tunggu pelayanan resep sekitar 39 menit 34 detik untuk pelayanan resep obat racikan dan 29 menit 0 detik untuk pelayanan resep obat jadi. Secara umum, pasien merasa puas terhadap pelayanan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang dan tidak memerlukan waktu melebihi yang ditentukan oleh peraturan perundangan untuk memperoleh obat.
Tingkat Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Penggunaan Obat di Puskesmas Kota Malang Hananditia R. Pramestuti; Nina Silviana
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 5, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2698.004 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2016.5.1.26

Abstract

Hipertensi merupakan keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Pengetahuan yang harus dimiliki oleh pasien hipertensi meliputi arti penyakit hipertensi, penyebab hipertensi, gejala yang sering menyertai dan pentingnya melakukan pengobatan yang teratur dan terus-menerus dalam jangka panjang serta mengetahui bahaya yang ditimbulkan jika tidak minum obat. Pengetahuan ini penting untuk menunjang keberhasilan terapi hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien hipertensi tentang pengobatannya di Puskesmas Kota Malang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional prospektif. Pemilihan sampel pasien dan pemilihan Puskesmas menggunakan metode teknik pengambilan sampel secara nonrandom sampling (purposive sampling) dan harus memenuhi kriteria inklusi yang sudah dibuat oleh peneliti. Hasil penelitian ini adalah pasien hipertensi yang memiliki tingkat pengetahuan cukup sebesar 69 responden (72,63%). Pasien yang mempunyai tingkat pengetahuan baik sebesar 26 responden (27,37%). Tidak ada responden yang memiliki tingkat pengetahuan buruk. Simpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar pasien hipertensi di Kota Malang memiliki tingkat pengetahuan cukup tentang pengobatannya.Kata kunci: Hipertensi, tingkat pengetahuan pasienThe Knowledge Level of Hypertension Patients for Drug Therapy in the Primary Health Care of Malang Hypertension is a persistent blood pressure in which systolic pressure ≥140 mmHg and diastolic pressure ≥90 mmHg. The knowledge that should be owned by patients with hypertension is the meaning, causes, symptoms and treatment of hypertension. This knowledge is important to support the success of hypertension therapy. The aim of this research was to determine the knowledge level of hypertension patients about their drug therapy in the primary health care of Malang. This research used observational study methods. The selection of the patients and the primary health care was done using non-random sampling technique (purposive sampling). The subject who meet the inclusion criteria were involved. The result of this study revealed that the patients with hypertension who have a sufficient level of knowledge were 69 respondents (72,63%). Patients who have a good criteria were 26 respondents (27,3763%). There is no patient with low level of knowledge in this research. The conclusion from this study is most patients with hypertension in Primary Health Care Malang have enough knowledge about their treatment.Key words: Hypertension, patient knowledge
Pengetahuan dan Ketepatan Apoteker dalam Pemusnahan Obat Sisa, Obat Rusak dan Obat Kadaluarsa di Apotek Malang Raya Hananditia Rachma Pramestutie; Ratna Kurnia Illahi; Ayuk Lawuningtyas Hariadini; Tamara Gusti Ebtavanny; Malyda Savira
JURNAL FARMASI DAN ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol. 8 No. 3 (2021): JURNAL FARMASI DAN ILMU KEFARMASIAN INDONESIA
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jfiki.v8i32021.250-258

Abstract

Pendahuluan: Apoteker mempunyai peranan dalam pemusnahan obat diantaranya adalah melakukan pemusnahan obat dengan tepat di pelayanan kefarmasian dan mengedukasi masyarakat terkait dengan pemusnahan obat yang benar. Pemusnahan obat yang dilakukan dengan metode yang tidak tepat dapat menimbulkan kerusakan lingkungan serta kerugian klinis bagi masyarakat. Apoteker diharapkan memiliki pengetahuan yang baik dan tepat dalam melakukan pemusnahan obat dan mengedukasi masyarakat terkait pemusnahan obat. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan apoteker dengan ketepatan pemusnahan obat sisa, obat rusak dan obat kedaluarsa di apotek Malang Raya. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross-sectional. Sampel penelitian adalah Apoteker di Apotek Malang Raya yang dipilih dengan menggunakan tehnik convenient sampling. Sampel yang digunakan yakni sebanyak 106 responden. Terdapat 2 macam kuesioner yaitu kuesioner pengetahuan dan ketepatan Apoteker dalam memusnahkan obat sisa, obat rusak dan obat kadularsa yang digunakan dalam penelitian ini. Uji korelasi yang digunakan dalam penelitioan ini adalah uji Rank Spearman. Hasil: Dari 106 responden, 59% responden memiliki kategori tingkat pengetahuan "baik” dan 10% responden dikatakan "tepat” dalam pemusnahan obat. Dari uji korelasi diketahui bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan dan ketepatan Apoteker dalam pemusnahan obat (p = 0,522). Kesimpulan: Sebagian besar apoteker yang berpraktik di apotek wilayah Malang Raya memiliki pengetahuan baik mengenai pemusnahan obat sisa, obat rusak dan obat kedaluwarsa. Meskipun demikian, sebagian besar apoteker masih tidak tepat dalam memusnahkan obat sisa, rusak, dan kedaluwarsa, sehingga hasil uji korelasi antara pengetahuan dan ketepatan tersebut tidak berhubungan secara signifikan.
Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Pengetahuan Masyarakat dalam Mengelola Obat Sisa, Obat Rusak dan Obat Kedaluarsa Hananditia Rachma Pramestutie; Ratna Kurnia lllahi; Ayuk Lawuningtyas Hariadini; Tamara Gusti Ebtavanny; Tia Eka Aprilia
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 11, No 1
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.58708

Abstract

Problems that often arose as a result of improper management of unused, damaged, and expired drugs in storage and disposal, include drug abused, increased environmental damage, antibiotic resistance, and decrease effectiveness of therapy; due to the lack of public knowledge that can caused by several factors. This study aims to analyse factor associated with level knowledge in the management of unused, damaged, and expired drugs in Malang Raya. This study was an observational analytic study with a cross-sectional design. The subjects were the people of Malang Raya who were selected using a convenience sampling technique in accordance with the inclusion and exclusion criteria. The subjects were 322 respondents. The instrument used was a questionnaire to measure the level of knowledge of respondents that had been tested for validity and reliability. The results showed that, level of knowledge of respondence at Malang Raya in the management of unused, damage and expired drugs in the good (21%), sufficient (58%), and less (21%). Statistical tests used in this study were Somers'd, Kruskal-wallis, and Lambda tests to analysed factor associated with subjects’ level of knowledge in the management of unused, damaged, and expired drugs. There were a significant relationship in factors included age (p = 0.018) and income level (p = 0.003). It can be concluded that among the factors associated with  the level of knowledge in the management of unused, damaged, and expired drugs, only age and income level were statistically significant. Further study is needed to determine the factors affecting the level of knowledge the most.