Infeksi paska ekstraksi merupakan salah satu faktor risiko utama infeksi. Pasien biasanya mulai dengan dry socket, yang dapat mengakibatkan bakteremia, sehingga menimbulkan konsekuensi yang lebih serius, seperti alveolitis dan endokarditis. Typhonium divaricatum biasa disebut 'keladi tikus' merupakan tanaman dari keluarga Araceae. Secara tradisional, tanaman ini digunakan sebagai obat alternatif untuk kanker. Ini juga telah menunjukkan bahwa tanaman memiliki sifat tambahan, termasuk antibakteri dan aktivitas antioksidan. Tujuan: Dalam penelitian ini, kami meneliti efek dari ekstrak keladi tikus pada pertumbuhan Staphylococcus aureus, salah satu dari beberapa organisme diketahui berkontribusi untuk infeksi paska ekstraksi. Metode: Zat uji standar ekstrak dari keladi tikus dan kontrol kemudian ditambahkan ke piring Staphylococcus aureus lalu diinkubasi 48 jam, diikuti dengan konsentrasi hambat minimum (MIC) ditentukan dari zona yang jelas. Hasilnya: Pengamatan diameter zona hambatan yang terbentuk, diameter zona hambatan yang dihasilkan oleh ekstrak keladi tikus dengan konsentrasi 50% sebesar 22,46 mm diikuti dengan konsentrasi 25% sebesar 20,49 mm, konsentrasi 12,5% sebesar 14,83 mm, konsentrasi 6,25% sebesar 11,17 mm, konsentrasi 3.125% pada 11,13 mm. Kesimpulan: Data ini menunjukkan bahwa ekstrak keladi tikus memiliki efek antibakteri yang jelas pada Staphylococcus aureus. Semakin tinggi konsentrasi yang digunakan penghambatan aktivitas bakteri lebih tinggi, tetapi dibandingkan dengan aktivitas antibiotik, aktivitas antibakteri ekstrak keladi tikus masih di bawah aktivitas antibakteri antibiotik.