Wawan Wahyuddin
IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

BUDAYA MALU DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA Wawan Wahyuddin
Jurnal Pendidikan Karakter JAWARA (Jujur, Adil, Wibawa, Amanah, Religius, Akuntabel) Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : Jurnal Pendidikan Karakter JAWARA (Jujur, Adil, Wibawa, Amanah, Religius, Akuntabel)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan sifat malu yang harus dibudayakan oleh se- orang guru, (2) mendekripsikan sifat malu yang harus dibudayakan oleh seorang siswa, (3) men- deskripsikan sifat malu yang harus dibudayakan oleh seorang abdi negara, (4) mendeskripsikan sifat malu yang harus dibudayakan oleh seorang karyawan, dan (5) mendeskripsikan sifat malu yang harus dibudayakan oleh seorang pemimpin. Rumusan masalah penelitian ini adalah (1) Bagaimana sifat malu yang harus dibudayakan oleh seorang guru? (2) Bagaimana sifat malu yang harus dibudayakan oleh seorang siswa? (3) Bagaimana sifat malu yang harus dibudayakan oleh seorang abdi negara? (4) Bagaimana sifat malu yang harus dibudayakan oleh seorang karyawan?(5) Bagaimana sifat malu yang harus dibudayakan oleh seorang pemimpin? Penelitian ini meng- gunakan metode kajian pustaka. Kajian pustaka dalam suatu penelitian ilmiah adalah salah satu bagian penting dari keseluruhan langkah-langkah metode penelitian. Cooper (dalam Creswell) mengemukakan bahwa kajian pustaka memiliki beberapa tujuan, yakni menginformasikan kepada pembaca hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan saat itu, menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada, dan mengisi celah-celah dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Kesimpulan penelitian ini adalah (1) Bangsa ini sudah semestinya belajar membudayakan sifat malu. Dengan memiliki rasa malu ini, setiap individu baik rakyat maupun wakil rakyat; politisi maupun pejabat publik, akan mampu mengendalikan diri, mengatur, sekaligus menjaga lisan dan perilakunya, agar tetap terhormat. Seorang politisi atau wakil rakyat misalnya, akan malu jika perilakunya tak mencerminkan, bahkan menciderai kehendak rakyat yang diwakilinya. Begitu pula dengan pejabat publik, akan merasa malu jika dengan jabatannya itu justru menipu rakyat. (2) Tipisnya rasa malu itulah yang kini terasa sangat mengganggu perjalanan bangsa ini. Budaya malu yang sedemikian tipis, bahkan bisa dikatakan sama sekali tak ada itu, telah mendorong para elit politisi negeri ini berlaku tidak pantas: ingin menang sendiri dan tak surut sedikit pun, sekalipun langkah mereka keliru, dan bahkan mengkhianati aspirasi publik. (3) Semesti- nya kita merasa malu jika gagal mengemban amanah. Belajar memiliki rasa malu itu, sesungguhnya amat penting bagi kita untuk memelihara negeri ini. Para pejabat publik, wakil rakyat, juga elit politisi kita, sudah saatnya untuk memulai belajar, dan membudayakan rasa malu itu. Agar mereka terhindar dari perangkap kepentingan-kepentingan pragmatis yang memalukan itu. Mereka mesti memuliakan- nya, untuk kemudian menjadi lentera bagi publik. Budaya malu ini wajib tumbuh dalam dunia politik, pemerintahan, dan kehidupan dalam berbangsa. Selama kita tidak menumbuhkan rasa malu, selama itu pula kita akan gagal menciptakan keadaan yang lebih baik bagi bangsa ini. Bagi politisi dan pe- jabat publik, memiliki rasa malu itu sangat penting untuk kembali menumbuhkan kepercayaan publik. Dengan menjaga rasa malu itu pulalah, kita akan menjadi bangsa yang bermartabat.Kata Kunci: Budaya Malu, Nilai-nilai Pendidikan Budaya, dan Karakter Bangsa.
BUDAYA MALU DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA Wawan Wahyuddin
Jurnal Pendidikan Karakter JAWARA (Jujur, Adil, Wibawa, Amanah, Religius, Akuntabel) Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : Jurnal Pendidikan Karakter JAWARA (Jujur, Adil, Wibawa, Amanah, Religius, Akuntabel)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan sifat malu yang harus dibudayakan oleh seorangguru, (2) mendekripsikan sifat malu yang harus dibudayakan oleh seorang siswa, (3) mendeskripsikansifat malu yang harus dibudayakan oleh seorang abdi negara, (4) mendeskripsikansifat malu yang harus dibudayakan oleh seorang karyawan, dan (5) mendeskripsikan sifat maluyang harus dibudayakan oleh seorang pemimpin. Rumusan masalah penelitian ini adalah (1)Bagaimana sifat malu yang harus dibudayakan oleh seorang guru? (2) Bagaimana sifat malu yangharus dibudayakan oleh seorang siswa? (3) Bagaimana sifat malu yang harus dibudayakan olehseorang abdi negara? (4) Bagaimana sifat malu yang harus dibudayakan oleh seorang karyawan?(5) Bagaimana sifat malu yang harus dibudayakan oleh seorang pemimpin? Penelitian ini menggunakanmetode kajian pustaka. Kajian pustaka dalam suatu penelitian ilmiah adalah salah satubagian penting dari keseluruhan langkah-langkah metode penelitian. Cooper (dalam Creswell)mengemukakan bahwa kajian pustaka memiliki beberapa tujuan, yakni menginformasikan kepadapembaca hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan saat itu,menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada, dan mengisi celah-celah dalampenelitian-penelitian sebelumnya. Kesimpulan penelitian ini adalah (1) Bangsa ini sudah semestinyabelajar membudayakan sifat malu. Dengan memiliki rasa malu ini, setiap individu baik rakyatmaupun wakil rakyat; politisi maupun pejabat publik, akan mampu mengendalikan diri, mengatur,sekaligus menjaga lisan dan perilakunya, agar tetap terhormat. Seorang politisi atau wakil rakyatmisalnya, akan malu jika perilakunya tak mencerminkan, bahkan menciderai kehendak rakyat yangdiwakilinya. Begitu pula dengan pejabat publik, akan merasa malu jika dengan jabatannya itu justrumenipu rakyat. (2) Tipisnya rasa malu itulah yang kini terasa sangat mengganggu perjalananbangsa ini. Budaya malu yang sedemikian tipis, bahkan bisa dikatakan sama sekali tak ada itu,telah mendorong para elit politisi negeri ini berlaku tidak pantas: ingin menang sendiri dan tak surutsedikit pun, sekalipun langkah mereka keliru, dan bahkan mengkhianati aspirasi publik. (3) Semestinyakita merasa malu jika gagal mengemban amanah. Belajar memiliki rasa malu itu, sesungguhnyaamat penting bagi kita untuk memelihara negeri ini. Para pejabat publik, wakil rakyat, juga elit politisikita, sudah saatnya untuk memulai belajar, dan membudayakan rasa malu itu. Agar mereka terhindardari perangkap kepentingan-kepentingan pragmatis yang memalukan itu. Mereka mesti memuliakannya,untuk kemudian menjadi lentera bagi publik. Budaya malu ini wajib tumbuh dalam dunia politik,pemerintahan, dan kehidupan dalam berbangsa. Selama kita tidak menumbuhkan rasa malu, selamaitu pula kita akan gagal menciptakan keadaan yang lebih baik bagi bangsa ini. Bagi politisi dan pejabatpublik, memiliki rasa malu itu sangat penting untuk kembali menumbuhkan kepercayaan publik.Dengan menjaga rasa malu itu pulalah, kita akan menjadi bangsa yang bermartabat.Kata Kunci: Budaya Malu, Nilai-nilai Pendidikan Budaya, dan Karakter Bangsa.
MESSAGE OF PEACE IN THE TEACHING OF ISLAM Wawan Wahyuddin; Hanafi Hanafi
Al Qalam Vol 33 No 2 (2016): July - December 2016
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.352 KB)

Abstract

This study aims to (1) describe the message of peace in the Qur'an, (2) describe the message of peace in the Hadith, and (3) describe the message of peace in the Medina Charter. The focus of this research is the message of peace in the teachings of Islam, which is broken down into three subfocus, namely (1) the message of peace in the Qur'an, (2) the message of peace in the Hadith, and (3) message of peace in Medina Charter. This study uses literature review. Data of this research is the theory and concepts of Islam, peace and war. The source of research data are books, papers, journals, and articles, as well as relevant research reports. It is concluded that (1) Messages of peace in the Qur’an is the outline (the main points), (2) Messages of peace in the Hadith is more detailed (description in detail), and (3) Messages peace in the Medina Charter is applicable (implementable). Al-Quran, the Hadith, and the Medina Charter, as well as historical facts have proved that Islam is a religion of peace (rahmatan lil Alamin) which is recognized not only by Muslims but also recognized by people of other faiths. Therefore, believers of other religions no longer need to worry about the development of Islam.
GAYA BELAJAR MAHASISWA Wawan Wahyuddin
Al Qalam Vol 33 No 1 (2016): January - June 2016
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (416.86 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan gaya belajar mahasiswa Program Pascasarjana IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, (2) mendeskripsikan pengaruh gaya belajar mahasiswa Program Pascasarjana IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten terhadap prestasi belajar, dan (3) menentukan solusi dalam mengatasi masalah keberagaman gaya belajar mahasiswa Program Pascasarjana IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Masalah penelitian ini adalah (1) Bagaimana gaya belajar mahasiswa Program Pascasarjana IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten? (2) Bagaimana pengaruh gaya belajar mahasiswa Program Pascasarjana IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten terhadap prestasi belajar? dan (3) Bagaimana solusi mengatasi masalah keberagaman gaya belajar mahasiswa Program Pascasarjana IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi lapangan. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Program Pascasarjana IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten yang terdiri atas empat program studi, yaitu S2 Pendidikan Agama Islam, S2 Hukum Keluarga Islam, S2 Ekonomi Syariah, dan S2 Manajemen Pendidikan Islam. Adapun sampel penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi S2 Pendidikan Agama Islam Program Pascasarjana IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Kesimpulan penelitian ini adalah (1) Gaya belajar mahasiswa Program Pascasarjana IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten yang paling dominan adalah gaya belajar tipe auditorial, (2) Mahasiswa yang mempunyai kecenderungan gaya belajar auditorial mempunyai prestasi belajar yang relatif lebih baik daripada mahasiswa yang mempunyai kecenderungan gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik, dan (3) Masalah keberagaman gaya belajar mahasiswa dapat diatasi dengan perubahan metode dan penggunaan multimedia. Oleh karena itu, hendaknya dalam mengajar dosen menggunakan metode dan media yang bervariasi sehingga materi perkuliahan dapat dipahami oleh semua mahasiswa yang mempunyai gaya belajar yang bermacam-macam.
FAMILY EDUCATION ACCORDING TO THE QUR’ANIC PERSPECTIVE Wawan Wahyuddin
QATHRUNÂ Vol 2 No 02 (2015): Juli-Desember 2015
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims (1) to describe law educates family members according to the Qur'anic perspective, (2) to describe the process of family education from the perspective of the Qur'an, and (3) to describe the family of educational material according to the perspective of the Qur'an. The problem of this study are (1) how the law educates family members according to the perspective of the Qur'an ?, (2) how the process of family education from the perspective of the Qur'an? And (3) how the theory of the family according to the perspective of the Qur'an? This study used a qualitative method of content analysis techniques. The Review is using tarbawi interpretation or education. The data source of this research are the verses of the Quran that that tells Abraham, Jacob, Imran, and Luqman Al-Hakim in educating families, interpretation of these verses, and stories about their life story. The conclusion of this study is the Qur'an discuss many prominent educators. The statement includes their success in educating families. Their success made them into servants and family choices as stated in the Qur'an Surah, Luqman, Imran and letters on the above. Therefore, in order to educate family the way or pattern that they do need to be followed by every chief of Muslim family.
KONTRIBUSI PONDOK PESANTREN TERHADAP NKRI Wawan Wahyuddin
Saintifika Islamica Vol 3 No 01 (2016): Januari - Juni 2016
Publisher : Program Pascasarjana UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Jalan Jenderal Sudirman No. 30, Serang - Banten 42118

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kontribusi pondok pesantren terhadap NKRI sejak masa awal kedatangan Islam di Indonesia sampai dengan masa reformasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kajian historis. Fokus penelitian ini adalah kontribusi pondok pesantren terhadap NKRI, yang dirinci menjadi lima subfokus, yaitu (1) kontribusi pondok pesantren pada masa awal kedatangan Islam di Indonesia, (2) kontribusi pondok pesantren pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, (3) kontribusi pondok pesantren pada masa orde lama, (4) kontribusi pondok pesantren pada masa orde baru, dan (5) kontribusi pondok pesantren pada masa reformasi. Berdasarkan hasil kajian historis dapat disimpulkan bahwa pondok pesantren di Indonesia memiliki kontribusi yang sangat besar, baik bagi kemajuan Islam itu sendiri maupun bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Hal itu dapat dilihat dari kiprah kyai dan santrinya dalam berbagai bidang kehidupan, baik pada masa perjuangan untuk merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari tangan penjajah maupun pada masa pembangunan untuk mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sudah sepatutnya pemerintah NKRI juga memperhatikan pondok pesantren dan umat Islam bangsa Indonesia demi pengembangan dan kemajuan mereka.
PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT MENURUT PERSPEKTIF ISLAM: KAJIAN TAFSIR TARBAWI Wawan Wahyuddin
Saintifika Islamica Vol 3 No 02 (2016): Juli - Desember 2016
Publisher : Program Pascasarjana UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Jalan Jenderal Sudirman No. 30, Serang - Banten 42118

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pendidikan sepanjang hayat menurut perspektif Islam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian pustaka dengan kajian tafsir tarbawi. Fokus penelitian ini adalah pendidikan sepanjang hayat menurut perspektif Islam, yang dirinci menjadi tiga subfokus, yaitu (1) pendidikan sepanjang hayat menurut Al-Quran, (2) pendidikan sepanjang hayat menurut Hadits, dan (3) pendidikan sepanjang hayat menurut ulama. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu pengetahuan, baik bagi laki-laki maupun perempuan, sejak lahir hingga meninggal dunia. Islam memberikan motivasi yang kuat kepada umatnya untuk menuntut ilmu pengetahuan berupa keutamaan (derajat yang tinggi), pahala yang besar, dan kemudahan-kemudahan lainnya. Bahkan, dalam Islam derajat seorang ilmuwan (ulama) lebih utama daripada seorang pejabat, hartawan, dan ahli ibadah.