Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Efektivitas Penambahan 2,5 µg Sufentanil pada 12,5 MG Bupivakain0,5% Hiperbarik Terhadap Mula dan Lama Kerja BlokadeSensorik-Motorik Anestesi Spinal pada Operasi Herniorafi Resiana Resiana; Zulkifli Zulkifli; Kusuma Harimin; Theodorus Theodorus
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 1 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v46i1.2681

Abstract

Salah satu kekurangan anestesi spinal adalah durasi blokadenya yang singkat. Berbagai cara dilakukan untuk memperpanjang durasi blokade seperti penambahan adjuvan berupa opioid seperti sufentanil. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas penambahan sufentanil pada anestesi lokal bupivakain hiperbarik terhadap mula dan lama kerja blokade spinal. Uji klinik acak berpembanding tersamar ganda telah dilakukan di Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang dari bulan April sampai dengan Juli 2013. Terdapat 66 pasien yang memenuhi kriteria inklusi, yang menjalani herniorafi dengan anestesi spinal. Pasien dibagi dalam dua kelompok, kelompok I menggunakan bupivakain 0,5% hiperbarik 2,5 ml ditambah 2,5 µg sufentanil 0,5 ml, sedangkan kelompok II bupivakain 0,5% hiperbarik 2,5 ml ditambah 0,5 ml NaCl 0,9%. Diteliti mula kerja, lama kerja, blokade sensorik dan motorik, tinggi blokade sensorik puncak, dan efek samping intra operatif. Analisis data menggunakan SPSS versi 20. Pada kelompok bupivakain 0,5% hiperbarik-sufentanil didapatkan mula kerja blokade sensorik dan motorik lebih cepat dan lama kerja blokade sensorik dan motorik lebih panjang daripada kelompok bupivakain 0,5% hiperbarik-NaCl 0,9% (p<0,001), sedangkan tinggi blokade sensorik puncak, dan efek samping sebanding. Penambahan 2,5 µg sufentanil pada bupivakain 0,5% hiperbarik 2,5 ml mempercepat mula kerja dan memperpanjang lama kerja blokade sensorik dan motorik.
Perbandingan Efektivitas Saline Normal Dengan Udara Dalam Pengembangan Cuff Pipa Endotrakeal Untuk Mengurangi Risiko Sakit Tenggorokan Pascaintubasi Dessy Adhriyani; Kusuma Harimin; Zulkifli Zulkifli; Irsan Saleh
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 3 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v46i3.2703

Abstract

Penggunaan pipaendotrakea (Endotracheal tube/ETT) yang memiliki cuff(balon) adalah merupakan suatu praktik standar untuk fasilitas pemberian ventilasi tekanan positif dan juga sebagai proteksi jalan napas terhadap aspirasi dari isi lambung. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas penggunaan saline normal dan  udara dalam pengembangan cuff pipa endotracheal untuk mengurangi resiko sakit tenggorokan pascaintubasi pada pasien yang mendapatkan anestesi umum inhalasi dan N2O.Penelitian ini merupakan uji klinik berpembanding secara tersamar ganda terhadap 70 pasien dengan status fisik ASA I-II yang akan menjalani anestesi umum. Pasien dibagi dalam dua kelompok dengan jumlah masing-masing 35 pasien. Kelompok pertama menggunakan udara sebagai media pengembangan cuff ETT, sedangkan kelompok kedua menggunakan saline normal. Rasa nyeri dinilai dengan mengunakan skala VAS. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata tekanan intracuff pada kelompok saline normal lebih rendah dibandingkan dengan kelompok media udara dimana rerata tekanan intracuff selama operasi pada kelompok saline normal 26,71±0,92 mmHg dengan rerata VAS adalah0,91±1,29 cm sedangkan pada kelompok media udara 34,63±4,81 mmHg dengan rerata VAS adalah2,37±1,190 cm dengan p<0,0001.Penggunaan saline normal lebih efektif dibandingkan media udara dalam pengembangan cuff ETT untuk mengurangi resiko sakit tenggorokan pascaintubasi pada pasien yang mendapatkan anestesi umum inhalasi dan N2O.
Perbandingan Efektifitas Pemberian Tropisetron 5 mg dan Ondansentron 8 mg Untuk Mengurangi Efek Mual dan Muntah Pascaoperasi Ginekologis Per Laparotomi Tori Sepriwan; Zulkifli Zulkifli; Kusuma Harimin
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 2 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v46i2.2694

Abstract

Salah satu efek samping yang didapatkan pascaoperasi akibat pemberian anestesi umum adalah mual muntah pascaoperasi. Pemberian obat antimuntah profilaksis sesaat sebelum operasi selesai menjadi salah satu usaha pencegahan. Antimuntah dengan mekanisme kerja 5-HT3 reseptor antagonis terbukti efektif mencegah terjadinya mual dan muntah pascaoperasi. Ondansetron adalah 5-HT3 reseptor antagonis yang biasa dipakai, namun efek antimual dilaporkan kurang dibandingkan efek antimuntahnya dan efek samping obat  terutama sakit kepala sering di keluhkan oleh pasien yang diberikan obat ini. Tropisetron dapat dipakai sebagai obat alternatif untuk mencegah mual muntah pascaoperasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efektifitas pemberian tropisetron 5mg dengan ondansetron 8mg untuk mengurangi efek mual dan muntah pascaoperasi ginekologis perlaparatomi.Uji klinik acak tersamar ganda dilakukan pada 66 pasien dengan rentang usia 17-60 tahun, ASA I-II, di bagi menjadi dua kelompok perlakuan, kelompok tropisetron dan kelompok ondansetron. Data hasil penelitian diuji secara statistik dengan uji t dan uji Kai kuadrat. Dari data penelitian  diperoleh hasil bahwa rerata skor mual pada kelompok tropisetron sebesar  0,42 ±0,79 , berbeda bermakna dibanding pada kelompok ondan setron sebesar 0,82 ±0,80 , dengan p < 0,05 , Skor mual dengan nilai 0 (tidak ada keluhan) pada kelompok tropisetron terdapat pada 69,7% subjek, berbeda bermakna dengan kelompok ondansetron sebesar 36,4%, dengan p < 0,05. Keluhan mual pada kelompok ondansetron yaitu sebanyak 21 subjek (63,6%) sedangkan pada kelompok tropisentron sebanyak 10 subjek (30,3%) berbeda bermakna dengan p < 0,05. Tidak ada perbedaan bermakna pada kedua kelompok pada keluhan muntah dengan 2 subjek (6,1%) yang mengalami muntah.Simpulan penelitian ini adalah pemberian tropisetron 5 mg lebih efektif dibandingkan dengan ondansetron 8 mg untuk mengurangi efek mual dan muntah pascaoperasi ginekologis perlaparatomi.