Angga Dwiartama
Institut Teknologi Bandung

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

RANTAI PANGAN BERKELANJUTAN: KASUS KOMODITAS CABAI DI KABUPATEN GARUT Aulia Rahmah; Mia Rosmiati; Angga Dwiartama
Agricore: Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian Unpad Vol 2, No 1 (2017): Agricore: Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian
Publisher : Departemen Sosial Ekonomi Faperta Unpad

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agricore.v2i1.15070

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini menggunakan perspektif rantai pasok untuk mengkaji keberlanjutan pada komoditasCabai Merah segar dengan membandingkan beberapa jenis rantai pasok berdasarkan pilar-pilarkeberlanjutan. Responden dalam penelitian ini sebanyak 27 orang informan kunci. Data diambilmelalui wawancara dan observasi di lokasi produksi dan pemasaran Cabai. Hasil penelitianmenunjukkan terdapat tiga jenis rantai pasok yang dibedakan berdasarkan jumlah pelaku yangterlibat dan jenis pasar yang dituju. Rantai tipe I dan II merupakan rantai pasok Cabai menuju pasarinduk. Perbedaannya terletak dari ada tidaknya pengumpul dalam rantai tersebut. Adapun rantai tipeIII merupakan rantai pasok cabai menuju pasar eceran lokal tanpa adanya peran pengumpul. Totalmarjin yang tinggi pada rantai tipe II menunjukan panjangnya rantai pasok cabai, sedangkan rantaitipe III menunjukkan rantai yang pendek dengan marjin keuntungan terendah. Perbandingan ketigajenis rantai menunjukkan bahwa rantai tipe III merupakan rantai yang memberikan manfaat lebihdalam aspek ekonomi, sosial, dan, lingkungan. Secara ekonomi, ROI petani meningkat dari 26,7%menjadi 43,7%. Secara sosial, konflik dapat dihindari melalui sistem pembayaran tunai. Ditinjau dariaspek lingkungan, rantai tipe III mampu mencegah emisi CO2sebesar 92,84%.Kata kunci: keberlanjutan, rantai pangan, cabai merah.ABSTRACTThis study uses a supply chain perspective to analyze the sustainability of fresh red chili bycomparing several types of supply chain based on the pillars of sustainability. Respondents were 27key informants. Data were collected through interviews and observations of production andmarketing sites.The results show that there are three types of supply chains differentiated by thenumber of actors involved and the type of market. Chain types I and II are chili supply chains to thewholesale market. The difference lies in the presence of the role of middlemen in the chain (Chaintype II). While chain type III is chili supply chain to the local retail market without the role ofmiddleman. The highest margin total on the chain type II indicates the length of chain, whereas thetype III chain shows the shortest chain with the lowest total margin. The comparison of the threetypes of chains indicate the type of chain III is a chain that provides more benefits in economic,social, and environmental aspects. Economically, ROI of farmers increased 26.7% to 43.7%.Socially, conflicts can be prevented by cash payment system. Viewed from environmental aspect,chain type III able to decrease CO2emission equal to 92,84%.Keywords: Sustainability, food chain, chili
MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN MELALUI GERAKAN PANGAN LOKAL: STUDI KASUS DI KOTA BANDUNG Angga Dwiartama; Chandra Tresnadi; Alhilal Furqon; Mochammad Fikry Pratama
Jurnal Sosioteknologi Vol. 19 No. 1 (2020)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/sostek.itbj.2020.19.1.7

Abstract

Tulisan ini berangkat dari kesadaran bahwa sistem pangan global memiliki dampak negatif bagi ketahanan pangan masyarakat lokal dan lingkungan hidup, khususnya di daerah perkotaan. Sebagai solusi, banyak penelitian di seluruh dunia bergerak menuju Gerakan Pangan Lokal (Local Food Movements) untuk memitigasi dampak-dampak negatif tersebut. Merujuk pada keberhasilan penelitian partisipatif yang dilakukan oleh anggota tim peneliti sebelumnya di kota lain, penelitian ini bertujuan memetakan potensi sosial dari kota Bandung di dalam tumbuhkembangnya sistem pangan lokal dalam berbagai bentuknya. Tulisan ini mengkategorikan berbagai inisiatif pangan lokal menjadi: (1) kebun organik dan permakultur, (2) artisan lokal, (3) outlet dan pasar, (4) pusat edukasi dan wisata, serta (5) kebun komunitas; serta membandingkannya dengan bagaimana inisiatif serupa berkembang di negara-negara lain di berbagai belahan dunia. Tulisan ini ditutup dengan kesimpulan bahwa telah terjadi evolusi di dalam komunitas pangan di Bandung dari mulai suatu inisiatif menuju jejaring dan gerakan, yang memiliki tujuan yang jelas untuk membangun ketahanan pangan di dalam pengertian yang luas, yaitu ketahanan individu dan masyarakat yang dibangun melalui pangan.