Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Adaptasi Visual Pare sebagai Desain Ragam Hias Batik Karawang Laksitarini, Ike Niken; Sunarya, Yan Yan; Tresnadi, Chandra
Visualita Jurnal Online Desain Komunikasi Visual Vol 8 No 1 (2019): Agustus
Publisher : Universitas Komputer Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (932.956 KB) | DOI: 10.33375/vslt.v8i1.1778

Abstract

Batik is one from of art and has become an acon of Indonesian indigenous culture and Batik Karawang is one of them. Its exixtence is not yet as popular as batik from other regions. However, several efforts have been made by cultural observer Karawang Regency and related agencies in introducing and developing Batik Karawang. Geographically, Karawang Regency is an area that has extensive agricultural land. Even though it is a coastal area, the agricultural land in Karawang Regency is an area that is able to produce good quality rice, this is because Karawang Regency is located adjacent to the Citarum River which functions to irrigate all agricultural land in Karawang Regency. So it is not surprising that the batik ornaments created are dominated by rice plants or bitter melon as the main decorative variety. Pare in Indonesian means rice, while sagendeng means one tie. The use of ornamental names that refer to the natural and cultural elements of the Karawang district has symbolic meaning that refers to the ideas and expectations of the local community for good. From the results of the study obtained a relationship or relationship that the aesthetic elements contained in the Karawang Batik decoration is a form of visual adaptation (culture) of Karawang regency society which is correlated with the discovery of the name kekembangan on Sundanese terms found in Lalakaon ti Karawang script. This study aims to unravel the form of adaptation to the Pare ornament. This research is expected to provide insight for the general public regarding the existence of Batik Karawang so that it can develop the potential and economy of UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) on Karawang regency. The type of research used is qualitative research with a descriptive approach. From the results of the study it was found that most of the basic patterns of Karawang Batik motifs were ridiculous. Ceplokan is one of the batik motifs which consists of repetition of the ceplok pattern unit so that as a whole it forms a single unit.
MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN MELALUI GERAKAN PANGAN LOKAL: STUDI KASUS DI KOTA BANDUNG Angga Dwiartama; Chandra Tresnadi; Alhilal Furqon; Mochammad Fikry Pratama
Jurnal Sosioteknologi Vol. 19 No. 1 (2020)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/sostek.itbj.2020.19.1.7

Abstract

Tulisan ini berangkat dari kesadaran bahwa sistem pangan global memiliki dampak negatif bagi ketahanan pangan masyarakat lokal dan lingkungan hidup, khususnya di daerah perkotaan. Sebagai solusi, banyak penelitian di seluruh dunia bergerak menuju Gerakan Pangan Lokal (Local Food Movements) untuk memitigasi dampak-dampak negatif tersebut. Merujuk pada keberhasilan penelitian partisipatif yang dilakukan oleh anggota tim peneliti sebelumnya di kota lain, penelitian ini bertujuan memetakan potensi sosial dari kota Bandung di dalam tumbuhkembangnya sistem pangan lokal dalam berbagai bentuknya. Tulisan ini mengkategorikan berbagai inisiatif pangan lokal menjadi: (1) kebun organik dan permakultur, (2) artisan lokal, (3) outlet dan pasar, (4) pusat edukasi dan wisata, serta (5) kebun komunitas; serta membandingkannya dengan bagaimana inisiatif serupa berkembang di negara-negara lain di berbagai belahan dunia. Tulisan ini ditutup dengan kesimpulan bahwa telah terjadi evolusi di dalam komunitas pangan di Bandung dari mulai suatu inisiatif menuju jejaring dan gerakan, yang memiliki tujuan yang jelas untuk membangun ketahanan pangan di dalam pengertian yang luas, yaitu ketahanan individu dan masyarakat yang dibangun melalui pangan.
COLOUR MAPPING OF NATURAL DYES IN BATIK PESISIRAN OF BATIK BATANG FROM BATANG REGENCY Kahfiati Kahdar; Chandra Tresnadi; Tyar Ratuannisa
Jurnal Sosioteknologi Vol. 17 No. 1 (2018)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/sostek.itbj.2018.17.1.13

Abstract

Tren dalam desain dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti peristiwa dunia, situasi ekonomi, pengaruh sub-kultur, perubahan sosial bahkan dapat muncul sebagai respons terhadap kondisi lingkungan alam secara global. Salah satu bentuk tren sebagai respons atas kondisi lingkungan alam adalah munculnya gerakan sustainable design, dalam tekstil gerakan ini ditemukan pula menjelma dalam bentuk eco-textile yang direalisasikan dengan penggunaan bahan utama dan bahan pendukung teknik pembuatan tekstil yang minim dampak terhadap lingkungan.Batik pesisiran merupakan salah satu tekstil tradisi di Indonesia yang memiliki nilai estetis tinggi, dua di antara aspek pembentuknya adalah ragam hias dan warna. Warna pada batik saat ini sebagian besar dihasilkan dari pewarna sintetis yang dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan manusianya. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan dan mengkonversi skema warna sintetis batik ke skema pewarna alami dengan harapan dapat dimanfaatkan bagi kebutuhan pengrajin di Kabupaten Batang yang terletak di pesisir pantai utara Jawa Tengah dalam menghasilkan desain dan kain batik ramah lingkungan. 
IDENTIFIKASI MINAT GENERASI Z TERHADAP RAGAM HIAS BATIK BELANDA Jesslyn Nadia Darmansa; Achmad Haldani; Chandra Tresnadi
Jurnal Sosioteknologi Vol. 18 No. 2 (2019)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/sostek.itbj.2019.18.2.7

Abstract

Abad ke-21 adalah waktu saat orang hidup dalam dunia digital culture. Setiap aktivitas yang dilakukan masyarakat selalu berkaitan dengan teknologi digital dan internet. Hal ini mengakibatkan akses informasi dapat diperoleh secara mudah, bebas, dan luas. Hal ini berdampak pada generasi muda, terutama generasi Z, yang lebih memilih menikmati produk budaya dari luar negeri, dibandingkan budaya lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana minat generasi Z terhadap ragam hias batik Belanda. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan kajian pustaka dan kuesioner. Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur minat kaum muda terhadap ragam hias batik Belanda. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan kaum muda menyukai batik Belanda karena memiliki gambar dengan pewarnaan yang sangat halus dan indah. People in 21st century are dealing with and living in digital culture society. Most of their daily activities relate to digital technology and internet which provide convenient, fast, free, and broad access to information. The huge information access facilitates the young generation especially Generation Z who have much interest in global-worldwide phenomena than local culture. This research aims to identify the interest of Gen Z in batik Belanda decoration. The research is based on quantitative method. Data collection is performed through literature and questionnaire approach. The purpose of this research is to measure the Gen Z preference or interest in batik Belanda. The result of this research concludes that the Gen Z have much interest in batik Belanda decoration because batik Belanda design and colors are very soft and beautiful.
Perancangan Game Batik “Nitiki” Berteknologi Multi-Touch Screen Chandra Tresnadi; Irfansyah Irfansyah; Ary S. Prihatmanto
Journal of Visual Art and Design Vol. 2 No. 3 (2008): ITB Journal of Visual Art and Design
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/itbj.vad.2008.2.3.2

Abstract

Batik is an intangible cultural heritage of Indonesia that has endured a span of 200 years in its existence. Batik may enter today’s contemporary world by exploiting both the traditional and contemporary cultures to look beyond what has been elaborated before. Having exposed to the world of digital game and animation, this study exploited multi-touch screen technology to develop a new game-play on Javanese batiks as a visual entertainment medium to serve learning of batik. Using gesture interactivity sensors, the game of batik was designed by allowing users to interact freely with the contents limiting the mechanistic control in game playing. The end-result showed that traditional artifact, such as batik, can be exposed in a new technological medium. The game of batik serves as an alternate way to suit traditional knowledge into the contemporary world we live in.
Kajian Komponen Struktural Dan Fungsional Pada Kemeja Bermotif Batik Kontemporer Dalam Elemen Estetik Busana Sari - Yuningsih; Achmad Haldani Destiarman; Chandra - Tresnadi
Gelar : Jurnal Seni Budaya Vol 18, No 1 (2020)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (172.887 KB) | DOI: 10.33153/glr.v18i1.3018

Abstract

Busana pria khususnya kemeja merupakan salah satu jenis busana yang tak luput dari perkembangan tren fesyen. Penggunaan kemeja berbahan batik kontemporer telah mengalami perkembangan yang pesat, hal tersebut nampak dari tampilan visual kemeja bermotif batik yang bervariatif, bahkan beberapa diantaranya cenderung tidak biasa dan unik, terutama dalam hal elemen estetik meski secara visual masih menampilkan motif-motif klasik. Fenomena tersebut belum banyak dikaji, untuk itu kajian ini bertujuan menganalisa elemen estetik yang terdapat pada kemeja bermotif batik kontemporer. Analisis dilakukan terhadap komponen struktural dan fungsional pada kemeja bermotif batik kontemporer untuk memetakan elemen estetik yang terkandung di dalamnya. Hasil kajian ini menunjukan adaya perkembangan elemen estetik dalam komponen struktural dan fungsional kemeja bermotif batik dalam persentasi yang kecil, hal tersebut dapat dilihat dalam detail kemeja yang menampakkan modifikasi pada kerah, yoke dan saku. 
Batik Digital dalam Inovasi Desain Animateutik (Animasi Batik Tulis) Bergaya Maduraan Chandra Tresnadi; Tyar Ratuannisa
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 40, No 1 (2023): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v40i1.7695

Abstract

Ragam hias batik merupakan identitas warisan budaya tak benda di Indonesia yang menjadi kebanggan masing-masing sentra. Sebagian besar penerapan ragam hias dalam praktik desain pada media digital hanya meminjamnya sebagai konten atau elemen visual semata, karya tersebut tidak memenuhi kaidah sebagai karya batik tradisi. Batik Madura (maduraan) memiliki karakter khas yang dikenal dengan penggambaran hewan, tanaman akar-akaran, juga gori (isen-isen) yang menarik untuk dieksplorasi menembus batas dunia kriya tekstil tradisional beralih menjadi karya animasi digital. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi visual ragam hias batik maduraan sebagai aset visual karya Animateutik (animasi batik tulis); mendefinisikan dan merumuskan model “Batik Digital Indonesia”; dan menerapkan model tersebut melalui inovasi desain Animateutik. Penelitian dilakukan menggunakan metodologi kualitatif dengan kajian pustaka untuk merumuskan definisi dan model batik digital Indonesia, serta pendekatan perancangan desain (design action) untuk mewujudkan Animateutik bergaya maduraan. Penelitian menghasilkan rumusan definisi dan model “Batik Digital Indonesia” dan karya inovasi desain berupa Animateutik (animasi batik tulis) bergaya maduraan yang berperan strategis memperluas inovasi, sinergi interdisiplin, dan memberikan alternatif peluang pengembangan antara ranah kriya batik tulis tradisional dengan media digital.
Color Scheme Test of Color Mapping in Batang Batik Design Ratuannisa, Tyar; Tresnadi, Chandra; Nurfitriyana, Annisaa; Kahdar, Khafiati; Pratiwi, Annisa Nurul
PANGGUNG Vol 34 No 4 (2024): Dekonstruksi dan Rekonstruksi Identitas Budaya
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v34i4.3581

Abstract

The use of natural dyes for batik in recent years, apart from being a trend, has also become an alternative solution to the ongoing environmental issues. For specific crafter communities, natural dyes can be a challenge that raises new obstacles due to their special treatment compared to the easier synthetic dyes. Another concern is losing the distinct character of a region's batik. This research tries to mediate these challenges by retrieving the 2017 research on color mapping of three centers of batik tulis in Batang district. The mapping resulted in a distinct color scheme and how it is equivalent to natural colors. To show the possibility of using natural dyes without losing the distinct regional character, the color mapping was followed by a color schemes test. The findings of this research result in the use of natural colors whose intensity tends to be reduced compared to synthetic dyes, so the colors tend to be fainter and softer. Thus, batik with natural dyes has provided new diversification for the batik and added new skills for the crafters.
The Shift Analysis on Woman Traditional Underwear Designs in Java and Bali from 1900 until 2000s Pangestuti, Annisa; Tresnadi, Chandra
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 39 No 4 (2024)
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v39i4.2815

Abstract

Indonesia is a country that pays attention to Eastern tradition, namely in politeness value either in attitude or socialization. Politeness in fashion considers the importance of the value of politeness in clothing. The politeness limitation in fashion in Indonesia was from the navel to ankles by exploring historically to find out the fashion change, especially in traditional clothing in Indonesia in some periods. This research aimed to trace the chronology of fashion change in traditional women in Indonesia from 1900 until 2000 and to study the fashion change from 1900 until 2000. The research method was historical, with data in figure samples obtained from 1900 until 2000. This research resulted in the chronology of the transformation of fashion change in traditional women's underwear from 1900 until 2000. This research found that fashion shifted from Colonialism to the Reformation. The conventional cloth changed from the initial usage, namely kemben, to bustier. Kemben usage in 1860, camisole usage in 1925, and the old order in 1954 is bustier. The length level of fashion design experienced a decrease. In the colonial period, traditional undergarments covered the breast. Still, in the reformation era, some only lasted until the peak of the breast, initially only from the navel until the ankle, then changed from the breast to the ankle. Technological advances have impacted the freedom to access information included in fashion.
Batik Digital dalam Inovasi Desain Animateutik (Animasi Batik Tulis) Bergaya Maduraan Tresnadi, Chandra; Ratuannisa, Tyar
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 40 No. 1 (2023): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v40i1.7695

Abstract

Ragam hias batik merupakan identitas warisan budaya tak benda di Indonesia yang menjadi kebanggan masing-masing sentra. Sebagian besar penerapan ragam hias dalam praktik desain pada media digital hanya meminjamnya sebagai konten atau elemen visual semata, karya tersebut tidak memenuhi kaidah sebagai karya batik tradisi. Batik Madura (maduraan) memiliki karakter khas yang dikenal dengan penggambaran hewan, tanaman akar-akaran, juga gori (isen-isen) yang menarik untuk dieksplorasi menembus batas dunia kriya tekstil tradisional beralih menjadi karya animasi digital. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi visual ragam hias batik maduraan sebagai aset visual karya Animateutik (animasi batik tulis); mendefinisikan dan merumuskan model “Batik Digital Indonesia”; dan menerapkan model tersebut melalui inovasi desain Animateutik. Penelitian dilakukan menggunakan metodologi kualitatif dengan kajian pustaka untuk merumuskan definisi dan model batik digital Indonesia, serta pendekatan perancangan desain (design action) untuk mewujudkan Animateutik bergaya maduraan. Penelitian menghasilkan rumusan definisi dan model “Batik Digital Indonesia” dan karya inovasi desain berupa Animateutik (animasi batik tulis) bergaya maduraan yang berperan strategis memperluas inovasi, sinergi interdisiplin, dan memberikan alternatif peluang pengembangan antara ranah kriya batik tulis tradisional dengan media digital.