Permasalahan lingkungan sekarang ini disebabkan oleh kegiatan sosial ekonomi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat pesisir membuka tambak pada hutan mangrove. Pembukaan areal pertambakan pada hutan mangrove menyebabkan fungsi dari hutan mangrove hilang. Pola pertambakan yang dipadukan dengan hutan mangrove (silvofishery) dibuat dengan tujuan untuk kelestarian hutan mangrove dan masyarakat tidak kehilangan mata pencahariannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter air, produksi dan pendapatan petambak. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survai. Pengambilan sampel dilakukan dengan tiga kategori seperti pengambilan sampel air, bandeng, dan masyarakat. Sampel air diambil 2 minggu sekali selama 2 bulan. Sampel bandeng diukur produksinya. Sampel masyarakat diambil melalui wawancara sebanyak 30 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi parameter air ke dua tambak layak untuk budidaya ikan bandeng, namun pada tambak non-silvofishery nafsu makan ikan mulai berkurang. Produksi ikan bandeng yang dihasilkan pada tambak silvofishery (66,12 g/m2)lebih tinggi dari tambak non-silvofishery (28,37 g/m2). Pendapatan petambak dari tambak silvofishery (Rp 477.000,-) lebih tinggi dari tambak non-silvofishery (Rp 366.000,-). Secara umum, kondisi parameter air tambak silvofishery dan non-silvofishery yang mempengaruhi produksi dan pendapatan ialah suhu dan TSS. Pada ke dua tambak apabila suhu dan TSS meningkat maka akan meningkatkan produksi dan pendapatan.