Maya E. W. Moningka
Universitas Sam Ratulangi Manado

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PERBANDINGAN SUHU TUBUH BERDASARKAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN TERMOMETER AIR RAKSA DAN TERMOMETER DIGITAL PADA PENDERITA DEMAM DI RUMAH SAKIT UMUM KANDOU MANADO Nusi, Danial T.; Danes, Vennetia R.; Moningka, Maya E. W.
e-Biomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i1.1616

Abstract

Abstract: Thermometer is a device used to measure temperature. The difference in measurements results between the mercury and digital thermometers can affect the diagnoses. The purpose of this research is to see if there are differences in the results of temperature measurements in patients with fever between mercury and digital thermometers either in the oral or axilla. The experiment was conducted at General Hospital of Prof. Dr. R. D. Kandou in October-December 2012. The method in this research was cross sectional analytic. The sample was determined by consecutive sampling the ages of 16-40 years. Data was obtained through measurement of body temperature using a mercury and digital thermometers both in oral and axilla. Data were analyzed using SPSS 20 and Pearson Correlation test. The results showed that there is a difference between the results measurements of mercury and digital thermometers both in oral and axilla. Pearson Correlation test results show that there is a significant correlation between mercury and digital thermometers both in oral and axilla with p <0.01. Conclusion: There is a difference in temperature measurement between mercury and digital thermometers both in oral and axilla. Keywords: Mercury Thermometer, Digital Thermometer.   Abstrak: Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu. Perbedaan hasil pengukuran antara termometer air raksa dan digital dapat mempengaruhi diagnostik. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui dan mengukur suhu tubuh penderita demam dengan mempergunakan termometer air raksa dan digital. Kemudian melihat apakah ada perbedaan hasil pengukuran suhu pada penderita demam antara termometer air raksa dan digital baik di oral maupun di aksila. Penelitian dilaksanakan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou pada bulan Oktober-Desember 2012. Metode dalam penelitian ini yaitu analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel ditentukan secara consecutive sampling dan diambil pasien antara umur 16-40 tahun. Data diperoleh melalui pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer air raksa dan digital baik di oral dan aksila yang sesuai kriteria inklusi. Data dianalisis menggunakan SPSS 20 dan uji Pearson Correlation. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan hasil pengukuran antara termometer air raksa dan digital baik di ukur di oral maupun aksila. Hasil uji Pearson Correlation menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara termometer air raksa dan digital baik di oral maupun aksila dengan nilai p<0,01. Simpulan: Terdapat perbedaan hasil pengukuran suhu antara termometer air raksa dan digital baik di oral maupun aksila. Kata Kunci: Termometer Air Raksa, Termometer Digital.
Perbandingan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Olahraga Angkat Berat Manansang, Griffta R.; Rumampuk, Jimmy F.; Moningka, Maya E. W.
e-Biomedik Vol 6, No 2 (2018): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v6i2.21585

Abstract

Abstract: Physical exercise involves musculoskeletal system as well as the other systems inter alia cardiovascular system, respiratory system, and excretory system. During exercise, the organs experience acute adaptation, one of which is the increased work of the heart which can be monitored through blood pressure. Blood pressure can vary depending on the situations including physical exercise. This study was aimed to obtain the difference in blood pressure of weight lifters before and after weight lifting. A non-random sampling technique was performed with a cross-sectional design. This study was conducted at Hardcore Gym Manado from November to December 2015. There were 38 subjects consisting of 27 males (71.1%) and 11 females (28.9%). The results showed that there were differences in systolic and diastolic blood pressures between before and after weight lifting, as follows: the means of systolic blood pressure before and after weight lifting were 113.947±7.8290 vs 197.315±9.4871 mmHg and the means of diastolic blood pressure before and after weight lifting were 77.157±5.3551 vs. 95.473±4.0983 mmHg. The Wilcoxon signed rank test showed a significant difference in blood pressure before and after weight lifting (P=0.000). Conclusion: There are differences in blood pressure before and after weight lifting among weight lifters.Keywords: blood pressure, weight lifting Abstrak: Olahraga tidak hanya melibatkan sistem muskuloskeletal semata, namun juga mengikutsertakan sistem lain seperti sistem kardiovaskular, sistem respirasi, sistem ekskresi. Organ-organ tubuh mengalami adaptasi akut, salah satunya meningkatkanya kerja jantung yang dapat dilihat melalui tekanan darah. Tekanan darah dapat berubah-ubah bergantung situasi seperti olahraga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tekanan darah sebelum dan sesudah olahraga angkat berat. Penelitian ini dilakukan pada pelaku olahraga angkat berat di Hardcore Gym Manado yang dilaksanakan pada bulan November-Desember 2015. Penelitian ini menggunakan teknik non random sampling dengan desain potong lintang yang dilakukan pada 38 subyek. Subyek berjenis kelamin laki-laki sebanyak 27 orang (71,1%) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 11 orang (28,9%). Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan hasil pengukuran tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD) sebelum dan sesudah olahraga angkat berat yaitu TDS sebelum dan sesudah olahraga angkat berat sebesar 113,947±7,8290 vs 197,315±9,4871 mmHg dan TDD sebelum dan sesudah olahraga angkat berat sebesar 77,157±5,3551 vs 95,473±4,0983 mmHg. Hasil uji Wilcoxon signed rank test menunjukkan perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah olahraga angkat berat yang bermakna dengan nilai P=0,000. Simpulan: Terdapat perbedaan tekanan darah yang bermakna sebelum dan sesudah olahraga angkat berat pada pelaku olahraga angkat berat.Kata kunci: tekanan darah, olahraga angkat berat
Pengaruh Olahraga Step Up terhadap Massa Tulang pada Wanita Dewasa Muda Rungkat, Timotius A.; Lintong, Fransiska; Moningka, Maya E. W.
Jurnal Biomedik : JBM Vol 12, No 1 (2020): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.12.1.2020.27092

Abstract

Abstract: Early detection and prevention are important indicators in maintaining bone mass. Age and sex are unmodifiable factors that contribute towards a reduction of bone mass. Preventive measures include consuming nutritions such as calcium and vitamin D, as well as physical activities like aerobic exercises inter alia step up exercise. This study was aimed to determine the effect of step up exercise on bone mass of young adult females. This was an experimental and analytical study with a one group pre and post test design. Respondents were 25 young adult females enrolleded in batch 2019 of the Nursing Program of Faculty of Medicine, Sam Ratulangi University. Step up exercise was conducted in a period of 6 weeks. Bone mass was measured using bioelectrical impedance analysis (BIA) before and after a 6-week step up exercise. The results showed the average bone mass of pre step up exercise was 1.85 kg and of the 6-week step up exercise was 1.92 kg. The Wilcoxon Signed Ranks Test statistical analysis of bone mass before and after the step up exercise obtained a p-value of 0,.00 (p<0.05 with a 95% Confidence Interval). In conclusion, there was a difference of bone mass before and after the 6-week step up exercise which meant that step up exercise could increase bone mass in young adult females.Keywords: step up exercise, bone mass Abstrak: Deteksi dini dan pencegahan merupakan indikator penting dalam mempertahankan massa tulang. Beberapa faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti usia dan jenis kelamin dapat menjadi sumber penurunan massa tulang. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan ialah dengan mencukupi asupan nutrisi seperti kalsium dan vitamin D dan aktivitas fisik berupa olahraga aerobik, antara lain step up. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh olahraga step up terhadap massa tulang pada wanita dewasa muda. Jenis penelitian ialah analitik eksperimental dengan one group pre and post test design. Responden penelitian ialah 25 mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratu-langi angkatan 2019. Olahraga step up dilakukan selama 6 minggu. Massa tulang diukur menggunakan bioelectrical impedance analysis (BIA) sebelum dan sesudah 6 minggu olahraga step up.. Hasil penelitian mendapatkan rerata massa tulang sebelum olahraga step up 1,85 kg dan rerata massa tulang sesudah olahraga step up selama 6 minggu 1,92 kg. Uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test terhadap massa tulang sebelum dan sesudah olahraga step up memperoleh nilai p=0,000 (p<0,05 untuk Confidence Interval 95%). Simpulan pene-litian ini ialah terdapat perbedaan massa tulang sebelum dan sesudah olahraga step up selama 6 minggu, yang berarti olahraga step up dapat meningkatkan massa tulang pada wanita dewasa muda.Kata kunci: olahraga step up, massa tulang
Perkembangan Terapi Kanker Terkait Senyawa Terpineol, P53 dan Caspase 3 Moningka, Maya E. W.
e-Biomedik Vol 7, No 1 (2019): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v7i1.23190

Abstract

Abstract: Recent anticancer drug development aims to molecular aspect with more specific target without harming healthy cells. Natural resources have been providing promising new anticancer drugs. Terpineol, an essential oil, is one of the anti-breast cancer candidates. Terpineol can be made from turpentine, which is non-wood product of pine tree latex. Alpha-terpineol isolated from terpineol has an anticancer potency and has been proven to inhibit the growth and induce cancer cell death in vitro by inhibiting NF-κB. P53 is a tumor suppressor gene which triggers apoptosis when irreparable DNA damage occurs. Activity of p53 can be altered and/or inhibited by mutation and inactivation of other oncogenes. The main mechanism underlying apoptosis is caspase (cysteine aspartic acid protease) activity. One of the caspases responsible for apoptosis is caspase 3. This caspase 3 can be activated by either intrinsic (mitochondrial signaling) or extrinsic (death ligand) mechanism; the latter involves caspase 8 and 9. Activated caspase 3 will execute the apoptosis inside the cells. Cytotoxic activity of α-terpineol and its involvement in apoptosis, p53 expression, and caspase 3 activities in cancer cell cultures are still being investigated to determine their anticancer activities and the possibility of anticancer drug development.Keywords: cancer therapy, terpineol, p53, caspase-3 Abstrak: Pengembangan obat antikanker saat ini lebih ditujukan pada aspek molekuler dengan adanya target terapi yang lebih spesifik sehingga lebih aman untuk sel-sel tubuh yang normal. Dewasa ini, eksplorasi terhadap bahan alam untuk kandidat obat antikanker semakin dilirik. Minyak esensial terpineol merupakan salah satu bahan pada komposisi obat antikanker payudara. Terpineol dapat dibuat dari terpentin yang merupakan hasil hutan non kayu dari pohon pinus, dengan cara mengambil getahnya. Dari terpineol diisolasi senyawa α-terpineol yang berpotensi sebagai antikanker serta telah terbukti dapat menghambat pertumbuhan dan menginduksi kematian sel tumor melalui mekanisme yang melibatkan inhibisi aktivitas NFкB. Gen p53 merupakan gen tumor supresor yang memicu terjadinya suatu kematian sel atau apoptosis bila terdapat kerusakan DNA dalam upayanya untuk mengatur proliferasi sel. Selain karena adanya mutasi gen p53, inaktivasi dapat terjadi oleh overekspresi onkogen yang nantinya berikatan dengan p53 dan menghambat kerja gen tersebut. Mekanisme utama yang juga mendasari terjadinya apoptosis ialah aktivitas cysteine aspartic acid protease (caspase). Salah satu caspase yang berperan dalam menginduksi apoptosis ialah caspase 3. Caspase ini dapat diaktifkan melalui mekanisme intrinsik (jalur mitokondrial) maupun ekstrinsik (death ligand), dengan bantuan caspase 8 dan caspase 9. Bila caspase 3 teraktifkan maka sebagai caspase eksekutor, akan melakukan tugasnya untuk mengapoptosis sel. Kajian aktivitas sitotoksik senyawa α-terpineol terhadap suatu cell line, pengaruh senyawa tersebut terhadap proses apoptosis, ekspresi p53, dan aktivitas caspase 3 pada berbagai macam kanker masih terus diteliti dalam perkembangannya sebagai obat anti kanker.Kata kunci: terapi kanker, terpineol, p53, caspase-3
Hubungan Penggunaan Smartphone terhadap Ketajaman Penglihatan Angmalisang, Yonathan S. A.; Moningka, Maya E. W.; Rumampuk, Jimmy F.
e-Biomedik Vol 9, No 1 (2021): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v9i1.31805

Abstract

Abstract: Visual acuity is the ability of a person's eyes to distinguish the shapes and details of objects at a certain distance. Decreased visual acuity is still a health problem in society. A person's visual acuity is influenced by refraction, pupil size, light intensity, exposure time, retinal stimulation area, eye adaptation, and eye movement. The use of smartphones has become a necessity of everyday life in society. Several studies have shown that smartphone use can lead to decreased visual acuity. This study aimed to determine whether there is a relationship between smartphone use and visual acuity and the factors that can affect visual acuity due to smartphone use. The research design used was a literature review with journals that can be accessed free full text through PubMed and ClinicalKey. As a result, the smartphone use can lead to DED, myopia, dan blurred vision. In conclusion, there is a relationship between smartphone use and visual acuityKeywords: smartphone, visual acuity  Abstrak: Ketajaman penglihatan adalah kemampuan mata seseorang untuk membedakan bentuk dan detail objek pada jarak tertentu. Penurunan ketajaman penglihatan masih menjadi masalah kesehatan dalam masyarakat. Ketajaman penglihatan seseorang dipengaruhi oleh refraksi, ukuran pupil, intensitas cahaya, waktu pemaparan, area stimulasi retina, adaptasi mata, dan gerakan mata. Penggunaan smartphone sudah menjadi kebutuhan kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan smartphone dapat menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan. Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah terdapat hubungan penggunaan smartphone terhadap ketajaman penglihatan dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketajaman penglihatan karena penggunaan smartphone. Desain penelitian yang dipakai adalah literature review dengan jurnal-jurnal yang dapat diakses secara gratis melalui PubMed dan ClinicalKey. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan smartphone dapat mengakibatkan DED, miopia dan penglihatan kabur. Sebagai simpulan, terdapat hubungan penggunaan smartphone terhadap ketajaman penglihatanKata Kunci: smartphone, ketajaman penglihatan