Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Hubungan kebisingan terhadap fungsi pendengaran pekerja mesin pembangkit listrik tenaga diesel di PLTD Suluttenggo kota Manado Timang, Ramdan P. I.; Danes, Vennetia R.; Lintong, Fransiska
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.10814

Abstract

Abstract: Noise is unwanted sound heard by ears. Damages of ears usually take place on the tympanic membrane or on the ossicles. Initially, there will be loss of hearing to high frequency noises, and it will gradually decrease to the lowest frequency noise. This study aimed to obtain the relationship of noise and hearing function among diesel power plant workers at PLTD Suluttenggo Manado. This was an analitycal study using a cross sectional design. Samples were 20 workers at PLTD Suluttenggo in Manado. Data were obtained by using questionnaires and examintaion of hearing function with an audiometry. The data were analyzed by using SPSS and the Spearmen test. The results showed that there were hearing impairment in 30% of the workers. According to the bivariate analysis, there was a significant relationship between the level of noise and the hearing impairment among the workers with a p value = 0.015 (p < 0.05). The most frequent hearing impairment among the workers was mixed hearing loss. Conclusion: Workers who worked in a place with high intensity noise had higher risk to develop hearing impairment.Keywords: diesel power plant machine, noise, hearingAbstrak: Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki oleh telinga. Kerusakan telinga biasanya terjadi pada gendang telinga atau ossicles. Awalnya akan terjadi kehilangan pendengaran terhadap frekuensi tinggi, namun perlahan pada frekuensi yang semakin menurun sampai kepada frekuensi rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebisingan terhadap fungsi pendengaran pada pekerja mesin pembangkit listrik tenaga diesel di PLTD Suluttenggo Kota Manado. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode analitik dengan menggunakan rancangan potong lintang. Sampel berjumlah 20 orang yang diambil dari pekerja mesin pembangkit listrik tenaga diesel di PLTD Suluttenggo Kota Manado. Data diperoleh melalui kuisioner dan pemeriksaan fungsi pendengaran dengan menggunakan audiometri. Data dianalisis dengan menggunakan Statistical Program Product and Service Solution (SPSS) dan menggunakan uji Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat gangguan pendengaran sebesar 30% pada seluruh pekerja. Hasil analisis bivariat didapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat kebisingan dan gangguan pendengaran dengan nilai p = 0,015 ( p < 0,05). Gangguan pendengaran yang paling banyak diderita oleh pekerja ialah tuli campuran (Mixed Hearing Loss). Simpulan: Pekerja yang bekerja pada intensitas bising yang tinggi memiliki resiko lebih besar menderita gangguan pendengaran.Kata kunci: mesin PLTD, bising, pendengaran
Perbandingan kapasitas vital paru pada pelajar di dataran tinggi Tomohon dengan pelajar di dataran rendah Manado Tambunan, Rainbow D.; Danes, Vennetia R.; Lintong, Fransiska
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.12143

Abstract

Abstract: At an altitude above sea level, the barometric pressure decreases followed by a decrease in air pressure of O2. If someone stays in a highland for several days, weeks, or years, he/she will become acclimatized. One of the main principles of acclimatization is to increase lung ventilation large enough. This study aimed to determinate the vital lung capacity value of students who lived in highlands and of students who lived in lowlands. This study was conducted in two places: SMA 1 Negeri Tomohon and SMA Negeri 1 Manado in December 2015-February 2016. Samples were 40 students: 20 students of SMA Negeri 1 Tomohon and 20 students of SMA Negeri 1 Manado. This was an analytical study with a cross sectional design. The independent T test showed that there was no significant difference between Lung Vital Capacity of students in the highland and students in the lowland with a p value 0.2105. Conclusion: There was no significant difference between Lung Vital Capacity of the students in the highland with students in the lowland. Keywords: students, highlands, lowlands, vital lung capacity Abstrak: Pada suatu ketinggian di atas permukaan air laut maka tekanan barometrik akan menurun diikuti dengan penurunan tekanan O2 dalam udara. Seseorang yang berada di tempat tinggi selama beberapa hari, minggu, atau tahun akan menjadi semakin teraklimatisasi. Salah satu prinsip utama aklimatisasi ialah peningkatan ventilasi paru yang cukup besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kapasitas vital paru pada pelajar di dataran tinggi dan pelajar di dataran rendah. Penelitian dilakukan di dua tempat yaitu SMA Negeri 1 Tomohon dan SMA Negeri 1 Manado pada bulan Desember 2015-Februari 2016. Sampel penelitian berjumlah 40 siswa yaitu 20 siswa SMA Negeri 1 Tomohon dan 20 siswa SMA Negeri 1 Manado. Jenis penelitian ini analitik dengan desain potong lintang. Hasil uji T independent menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara kapasitas vital paru pada pelajar di dataran tinggi dengan pelajar di dataran rendah dengan nilai p = 0.2105. Simpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kapasitas vital paru pada pelajar di dataran tinggi dengan pelajar di dataran rendah.Kata kunci: pelajar, dataran tinggi, dataran rendah, kapasitas vital paru
HUBUNGAN BISING DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA GAME CENTRAL AREA DI AREA MANADO TRADE CENTER Rantung, Ria M.; Lintong, Fransiska; Danes, Vennetia R.
e-Biomedik Vol 3, No 3 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i3.10316

Abstract

Abstract: Noise is commonly found in work areas. The facilities used in the Game Centers such as speakers in large numbers cause noise that directly affects workers and other people who are in the area of Game Center in the forms of communication disorder, impaired concentration, and impaired hearing comfort. This study aimed to determine the relationship of noise and hearing disorders among workers of Games Central Area in Manado Trade Center (MTC). This was an analytical observational study with a cross-sectional design. Respondents were 20 workers in Game Central Area MTC who filled the informed consent, questionnaires, and fulfilled the inclusion and exclusion criteria. Data were statistically analyzed by using Chi-square test with SPSS. The results showed that of the 20 respondents, there were 3 (15%) with hearing loss, 2 (10%) with mild deafness, and 1 (5%) with moderate deafness. The chi-square test showed that there was a significant relationship between the level of noise and hearing disorders in the left and right ears with a p-value 0.002 <α = 0.05. Conclusion: There was a signicant relationship between the level of noise and hearing disorders among workers of Games Central Area in Manado Trade Center.Keywords: noise, hearing lossAbstrak: Kebisingan merupakan salah satu faktor yang tidak luput dari lingkungan pekerjaan. Fasilitas yang digunakan dalam Game Center seperti speaker dalam jumlah banyak menimbulkan bising yang berpengaruh langsung pada tenaga kerja maupun orang lain yang berada di area tersebut yaitu berupa gangguan komunikasi, gangguan konsentrasi, dan gangguan kenyamanan pendengaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebisingan dan gangguan pendengaran pada pekerja Game Central Area di Manado Trade Center (MTC). Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan desain potong lintang. Responden ialah 20 pekerja Game Central Area MTC yang bersedia mengisi informed consent, kusioner, serta dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis data dilakukan dengan uji statistik Chi-square dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan, dari 20 responden terdapat 3 orang (15%) mengalami gangguan pendengaran, 2 orang (10%) tuli ringan, dan 1 orang (5%) tuli sedang. Hasil analisis bivariat dengan uji Chi- square mendapatkan adanya hubungan bermakna antara tingkat kebisingan dan gangguan pendengaran baik pada telinga kiri maupun kanan dengan nilai p = 0,002 < α = 0,05. Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara tingkat kebisingan dengan gangguan pendengaran baik pada telinga kiri maupun kanan pada pekerja Game Central Area di Manado Trade Center.Kata kunci: bising, gangguan pendengaran
PENGGUNAAN RADIOISOTOP PADA DETEKSI DINI PENYAKIT KANKER Senduk, Pingkan; Danes, Vennetia R.; Rumampuk, Jimmy F.
e-Biomedik Vol 3, No 2 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i2.8549

Abstract

Abstract: Application of nuclear techniques, both the applications of radiation and radio-isotopes, are very useful since the use of atomic energy program for peaceful purposes was launched in 1953. Positron Emission Tomography (PET) is a new method for imaging the physiological functions of human tissues. Radiant energy emitted by a source of radiation can cause changes in terms of physical, chemical, and biological material in its path. Changes that occur can be controlled by choosing the type of radiation (or neutron) and regulate the dose absorbed, according to the effect needed to be achieved. Based on these properties, the radiation can be used directly such as in radiotherapy, and sterilization. In addition, the radiation emitted by a radioisotope, location and distribution can be detected from outside the body proper, and its activity can be measured accurately; therefore, the use of radioisotopes as tracer is very useful in metabolic studies, as well as tracking techniques and management or treatment of various organs, without having to perform surgery, particularly its use for early detection of cancer cells, or better known methods of cancer with PET.Keywords: radioisotopes, cancer, tracer, PETAbstrak: Aplikasi teknik nuklir, baik aplikasi radiasi maupun radio-isotop, sangat dirasakan manfaatnya sejak program penggunaan tenaga atom untuk maksud damai dilancarkan pada tahun 1953. Positron Emission Tomography (PET) merupakan metode terbaru untuk mencitrakan fungsi fisiologis jaringan tubuh manusia. Energi radiasi yang dipancarkan oleh suatu sumber radiasi dapat menyebabkan perubahan dari segi fisis, kimia dan biologi pada materi yang dilaluinya. Perubahan yang terjadi dapat dikendalikan dengan jalan memilih jenis radiasi (atau neutron) serta mengatur dosis terserap, sesuai dengan efek yang ingin dicapai. Berdasarkan sifat tersebut, radiasi dapat digunakan untuk penyinaran langsung seperti antara lain pada radioterapi, dan sterilisasi. Selain itu, radiasi yang dipancarkan oleh suatu radioisotop, lokasi dan distribusinya dapat dideteksi dari luar tubuh secara tepat, serta aktivitasnya dapat diukur secara akurat; sehingga penggunaan radioisotop sebagai perunut, sangat bermanfaat dalam studi metabolisme, serta teknik pelacakan dan penataan berbagai organ tubuh, tanpa harus melakukan pembedahan, khususnya dalam penggunaannya untuk mendeteksi dini sel kanker atau yang lebih dikenal penyakit kanker dengan metode PET.Kata kunci: radioisotop, penyakit kanker, perunut (tracer), PET
PENGARUH BERAT BADAN TERHADAP GAYA GESEK DAN TIMBULNYA OSTEOARTHRITIS PADA ORANG DI ATAS 45 TAHUN DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO Sumual, Angela Sarah; Danes, Vennetia R; Lintong, Fransiska
e-Biomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i1.1605

Abstract

Abstract: The friction changes  happened due to object weight increasement and friction coefficient. This research purpose is to see body weight influence at friction count, and  if there is influence of body weight at friction count with osteoarthritis appearance in people above 45 years old at Prof. Dr. R. D. Kandou General Hospital. The research method that used is descriptive analytic with cross-sectional approach, samples were determined by consecutive sampling that is taken from patients above 45 years old. Data were obtained by measuring body weight and height scale 45 subjects who fulfilled inclusive criterias, then multiply friction coefficient of synovial joint 0,003 with body weight (Newton). Data were analyzed using SPSS 20.00 and Regresi Logistic test. Male (53,3%) more often suffer Osteoarthritis than female (46,7%), with IMT overweight (82,2%) and friction 1,8 (22%). Regresi Logistic test showed that there is a significant correlation between friction (p = 0,026) and osteoarthritis appearance in people above 45 years old. But there was not significant correlation between age which affect friction (p = 0,054) and appearance of osteoarthritis.Conclusion: There was significant correlation between body weight toward friction and osteoarthritis appearance in people above 45 years old. Keywords: Body Weight, Friction, Osteoarthritis   Abstrak: Perubahan gaya gesekan disebabkan kenaikan berat objek dan koefisien gesekan. Penelitian ini bertujuan membuktikan pengaruh berat badan terhadap gaya gesek, dan jika terdapat pengaruh dari berat badan terhadap gaya gesek dengan timbulnya osteoarthritis pada orang diatas 45 tahun di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou. Metode dalam penelitian ini yaitu deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, sampel ditentukan secara konsekutive sampling, diambil dari pasien berumur diatas 45 tahun. Data diperoleh dengan melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan pada 45 subjek yang memenuhi kriteria inklusi, kemudian mengalikan koefisien gesekan sendi synovial 0,003 dengan berat badan (Newton). Data dianalisis menggunakan SPSS 20.00 dan uji Regresi Logistik. Pria (53,3%) lebih sering menderita Osteoarthritis daripada wanita (46,7%), IMT overweight (82,2%) dan gaya gesekan 1,8 (22%). Hasil uji regresi logistik menunjukan bahwa ada hubungan bermakna antara berat badan yang mempengaruhi gaya gesekan (p = 0,026) dan timbulnya osteoarthritis pada orang diatas 45 tahun. Namun tidak didapatkan hubungan signifikan antara umur yang mempengaruhi gaya gesek (p = 0,054) dan timbulnya osteoarthritis pada orang diatas 45 tahun. Simpulan: Ada hubungan bermakna antara berat badan terhadap gaya gesek dan timbulnya osteoarthritis pada orang diatas 45 tahun. Kata kunci: Berat Badan, Gaya Gesek, Osteoarthritis
HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DAN FUNGSI PENDENGARAN PADA PETUGAS PT. GAPURA ANGKASA DI BANDAR UDARA SAM RATULANGI MANADO Manoppo, Fauziah N.; Supit, Wenny; Danes, Vennetia R.
eBiomedik Vol 2, No 1 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.2.1.2014.3620

Abstract

Abstract: The noise resulted from the advancement of transportation is an issue that cannot be avoided. The Noise Induced Hearing Loss is a decreases of auditory type sensorineural, which is initially not be aware, because there has not disturbed of daily conversation yet. Risk factors that affect the degree of severity of deafness are the intensity of the noise, frequency, long exposure per day, long working period, individual sensitivity, age and other factors that could influence. The aim of this research is to find out whether there is a relationship between noises by function of hearing at the officers of PT. Gapura Angkasa at Sam Ratulangi Airport, Manado. The Method of this research namely the analytic method is a design cross sectional study, and the samples were 20. The Measurement of noise levels is based on a unit of work the Operation which was obtained at the level of 75 dB and 85 dB Loading. From the results obtained from 20 staffs there are only 8 people who work exceed the Threshold Value (NAB) of noise which has been set. Conclusion: The result showed that there is hearing loss about 20 % in all the officers. The result Analysis Bivariat indicates that there is the absence of meaningful relations between noise-induced hearing disorder with the level of intensity noisy (p = 0.591). From the results of this research it can be concluded that the officers who work in on high intensity noise are more at risk of experiencing hearing loss compared to the officers who work on a low intensity noise level. In addition, the factors such as long hours of work, long exposure noise, the use of Ear Protectors Tools (EPT) was also very influential of the onset hearing loss in workers. Keywords: Noise Induced Hearing Loss, Sam Ratulangi Airport, The Officers of PT. Gapura Angkasa.    Abstrak: Kebisingan merupakan suatu masalah yang tidak dapat dihindari akibat kemajuan sarana transportasi. Gangguan pendengaran akibat bising adalah penurunan pendengaran tipe sensorineural, yang pada awalnya tidak disadari, karena belum mengganggu percakapan sehari-hari. Faktor risiko yang berpengaruh pada derajat parahnya ketulian ialah intensitas bising, frekwensi, lama pajanan perhari, lama masa kerja, kepekaan individu, umur dan faktor lain yang dapat berpengaruh. Tujuan penelitian ini  untuk mengetahui  apakah terdapat hubungan antara kebisingan dengan fungsi pendengaran pada petugas PT.Gapura Angkasa di Bandara Sam Ratulangi. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode analitik dengan menggunakan rancangan studi cross sectional. Sampel berjumlah 20 orang. Pengukuran tingkat bising di lakukan berdasarkan unit kerja yaitu pada bagian Operation didapatkan 75 dB dan bagian Loading 85 dB. Dari hasil yang didapatkan dari 20 orang petugas hanya 8 orang saja yang bekerja melebihi NAB kebisingan yang telah ditetapkan. Simpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat gangguan pendengaran sebesar 20% pada seluruh petugas. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara gangguan pendengaran dengan tingkat intesitas bising (p=0.591). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa petugas yang bekerja pada intensitas bising yang tinggi lebih beresiko mengalami gangguan pendengaran dibandingkan dengan petugas yang bekerja pada tingkat intesitas bising yang rendah. Selain itu faktor-faktor seperti lama bekerja, lama pemaparan bising, penggunaan Alat Pelindung Telinga (APT) juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya gangguan pendengaran pada petugas. Keywords: Gangguan pendengaran akibat bising , Bandara Sam Ratulangi, Petugas  PT. Gapura Angkasa.
Hubungan antara senam zumba terhadap nilai FEV1 pada mahasiswa semester 1 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Suwongso, Harvey L.; Rumampuk, Jimmy F.; Danes, Vennetia R.
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.10819

Abstract

Abstract: Zumba is one of the physical activities that inspired by a variety of dances in Latin America and was developed in Colombia. Increasing of respiratory muscle endurance can be achieved by physical excersices. Respiratory function measured by FEV1 (Forced Expiratory Volume in One Second) value gives information about the maximum speed of air flow within the lungs. This study used one group pre and post test design plan and experimentally. Respondents were the first year female students of Medical Faculty Sam Ratulangi University Manado. Data were analyzed by using the T-pair test and SPSS. The bivariate analysis showed a P value 0.000 between the FEV1 between 2 weeks before zumba excercise and 2 weeks after zumba excercise. Conclusion: There was a positive correlation between zumba excercise and the FEV1.Keywords: physical activity, zumba, FEV1Abstrak: Zumba merupakan salah satu contoh aktifitas fisik yang terinspirasi dari tarian-tarian Amerika Latin dan di kembangkan di Colombia. Peningkatan daya tahan otot pernapasan dapat diperoleh dari latihan fisik. Salah satu penilaian fungsi paru-paru adalah pengukuran nilai FEV1 (Forced Expiratory Volume in One Second) yang memberikan informasi tentang kecepatan aliran udara maksimal di dalam paru-paru. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan one group pre and post test. Data dianalisis dengan uji T berpasangan menggunakan SPSS. Responden ialah mahasiswi semester 1 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Hasil penelitian memperlihatkan peningkatan nilai rerata Ekspirasi Paksa Satu Detik Pertama (FEV1) setelah diberikan latihan zumba selama 2 minggu secara rutin. Analisis Bivariat menunjukkan nilai P = 0,000. Simpulan: Terdapat hubungan antara latihan Zumba dengan nilai FEV1.Kata kunci: aktifitas fisik, zumba, FEV1
PERBANDINGAN SUHU TUBUH BERDASARKAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN TERMOMETER AIR RAKSA DAN TERMOMETER DIGITAL PADA PENDERITA DEMAM DI RUMAH SAKIT UMUM KANDOU MANADO Nusi, Danial T.; Danes, Vennetia R.; Moningka, Maya E. W.
e-Biomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i1.1616

Abstract

Abstract: Thermometer is a device used to measure temperature. The difference in measurements results between the mercury and digital thermometers can affect the diagnoses. The purpose of this research is to see if there are differences in the results of temperature measurements in patients with fever between mercury and digital thermometers either in the oral or axilla. The experiment was conducted at General Hospital of Prof. Dr. R. D. Kandou in October-December 2012. The method in this research was cross sectional analytic. The sample was determined by consecutive sampling the ages of 16-40 years. Data was obtained through measurement of body temperature using a mercury and digital thermometers both in oral and axilla. Data were analyzed using SPSS 20 and Pearson Correlation test. The results showed that there is a difference between the results measurements of mercury and digital thermometers both in oral and axilla. Pearson Correlation test results show that there is a significant correlation between mercury and digital thermometers both in oral and axilla with p <0.01. Conclusion: There is a difference in temperature measurement between mercury and digital thermometers both in oral and axilla. Keywords: Mercury Thermometer, Digital Thermometer.   Abstrak: Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu. Perbedaan hasil pengukuran antara termometer air raksa dan digital dapat mempengaruhi diagnostik. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui dan mengukur suhu tubuh penderita demam dengan mempergunakan termometer air raksa dan digital. Kemudian melihat apakah ada perbedaan hasil pengukuran suhu pada penderita demam antara termometer air raksa dan digital baik di oral maupun di aksila. Penelitian dilaksanakan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou pada bulan Oktober-Desember 2012. Metode dalam penelitian ini yaitu analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel ditentukan secara consecutive sampling dan diambil pasien antara umur 16-40 tahun. Data diperoleh melalui pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer air raksa dan digital baik di oral dan aksila yang sesuai kriteria inklusi. Data dianalisis menggunakan SPSS 20 dan uji Pearson Correlation. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan hasil pengukuran antara termometer air raksa dan digital baik di ukur di oral maupun aksila. Hasil uji Pearson Correlation menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara termometer air raksa dan digital baik di oral maupun aksila dengan nilai p<0,01. Simpulan: Terdapat perbedaan hasil pengukuran suhu antara termometer air raksa dan digital baik di oral maupun aksila. Kata Kunci: Termometer Air Raksa, Termometer Digital.
ANALISIS GANGGUAN PENDENGARAN PADA PENYELAM DI DANAU TONDANO DESA WATUMEA KECAMATAN ERIS KABUPATEN MINAHASA PROVINSI SULAWESI UTARA 2014 Ruslam, Rahayu D. C.; Rumampuk, Jimmy F.; Danes, Vennetia R.
e-Biomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i1.7409

Abstract

Abstract: Hearing disorder is the change in the level of hearing which resulted in difficulties in carrying out a normal life, usually in terms of understanding speech. This study aimed to analyze hearing disorder that may arise among the divers in Watumea Eris, North Sulawesi, in 2014. This was an analytical study using a cross sectional approach. Population consisted of all divers in Lake Tondano during 2014. Samples were 20 people, obtained by using a purposive sampling technique based on the needs of researcher. The results of the analysis in the form of age (p = 0.157), education (p = 0.662), tenure (p = 0.850), history of the disease (p = 0.897), diving frequency (p = 0.577), using protective equipment (p = 0.075), diving depth (p = 0.526), and duration of diving (p = 0.964). Conclusion: There was no correlation of diving and hearing disorder among divers at lake Tondano Watumea Eris village district of Minahasa North Sulawesi Province during 2014.Keywords: hearing disorder, diversAbstrak: Gangguan pendengaran adalah perubahan tingkat pendengaran yangmengakibatkan kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalamhal memahami pembicaraan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gangguan pendengaran yang dapat timbul pada penyelam di desa Watumea Kecamatan Eris Provinsi Sulawesi Utara 2014. Penelitian ini merupakan jenis analitik dengan pendekatan potong lintang. Populasi ialah semua penyelam di danau Tondano selama 2014. Jumlah sampel 20 orang, diperoleh dengan teknik purposive sampling berdasarkan kebutuhan penelitian. Hasil penelitian memperlihatkan nilai p untuk umur p=0,157, pendidikan p=0,662, masa kerja p=0,850, riwayat penyakit p=0,897, frekuensi menyelam p=0,577, menggunakan alat pelindung p=0,075, kedalaman menyelam p=0,526, dan lama menyelam p=0,964. Simpulan: Tidak terdapat hubungan menyelam dengan gangguan pendengaran pada penyelam di danau Tondano desa Watumea Kecamatan Eris Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara selama 2014.Kata kunci: gangguan pendengaran, penyelam
HUBUNGAN BISING DAN FUNGSI PENDENGARAN PADA TEKNISI MESIN KAPAL YANG BERSANDAR DI PELABUHAN BITUNG Lumonang, Nina P.; Moningka, Maya; Danes, Vennetia R.
e-Biomedik Vol 3, No 3 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i3.9366

Abstract

Abstract: Noise is one of the unavoidable problems as a result of technological development. Hearing loss due to noise is called sensorineural hearing loss, which is oftenly not realized because it does not disturb daily conversation. Risk factors of hearing loss are inter alia noise intensity, length of employment, length of noise exposure in a day, and the usage of Ear Protective Equipment (EPE). This study aimed to determine the relationship between noise and hearing function among ship engine technicians in Bitung Port. This was an analytical study using a cross-sectional design. Samples consisted of 20 respondents. Noise measurement obtained noise intensities of 87 dB and 93 dB. Of 20 respondents, there were 7 exposed to over a predetermined noise. The audiometric examination showed 3 of 20 respondents (15%) with hearing loss. The bivariate analysis showed a significant relationship between hearing loss and noise intensity (p = 0.008). Conclusion: There was a significant relationship between noise and hearing function among ship engine technicians in Bitung port.Keywords: noise, ship engines technician, hearingAbstrak: Kebisingan merupakan salah satu masalah yang tidak dapat dihindari akibat kemajuan teknologi. Gangguan pendengaran akibat bising ialah tuli sensorineural, yang pada awalnya tidak disadari, karena belum mengganggu percakapan sehari-hari. Faktor resiko terjadinya tuli ialah antara lain intensitas bising, lama masa kerja, lama terpajan bising dalam sehari, ketaatan pemakaian Alat Pelindung Telinga (APT). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan adanya hubungan antara bising dan fungsi pendengaran pada teknisi mesin kapal yang bersandar di Pelabuhan Bitung. Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan rancangan potong lintang. Sampel berjumlah 20 orang. Hasil pengukuran kebisingan mendapatkan intensitas bising 87 dB dan 93 dB. Dari 20 petugas hanya 7 orang yang bekerja melebihi NAB kebisingan yang telah ditetapkan. Hasil pemeriksaan dengan audiometri mendapatkan 3 orang (15%) yang menderita tuli dan 17 orang (85%) normal. Analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara gangguan pendengaran dan intensitas bising (p=0,008). Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara bising dan fungsi pendengaran pada teknisi mesin kapal di pelabuhan Bitung.Kata kunci: bising, teknisi mesin kapal, fungsi pendengaran