Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PKM PEMBELAJARAAN BAHASA TOULOUR BAGI PEMUDA DESA TIMOMOR KECAMATAN KAKAS BARAT Selviane E Mumu; Theresye Wantania
ABDIMAS: JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol 14, No 1 (2021): ABDIMAS: JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Publisher : LPPM UNIMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (444.234 KB) | DOI: 10.36412/abdimas.v14i1.3091

Abstract

Bahasa  Toulour  merupakan  salah  satu  bahasa  Daerah  yang  ada  di  Sulawesi  Utara  digunakan  sebagai alat  komunikasi  sehari-hari. Bahasa  Toulour  adalah  bahasa yang  dipakai  oleh  penduduk  asli yang  mendiami  seputaran  daerah  yang  mengelilingi  danau  Tondano  yang  merupakan salah satu  dari  sekian  banyak  bahasa  daerah  di  Indonesia. Bahasa Tondano atau bahasa Toulour, sebagai bahasa sub-etnis Toulour yang mendiami daerah sekeliling Danau Tondano sampai di pantai Timur Minahasa (Tondano pante). Bahasa Tondano terdiri atas tiga dialek yaitu dialek induk Tondano, dialek Kakas dan dialek Remboken. Dialek yang terbesar dalam daerah dan jumlah penutur terdapat di bagian Utara yaitu kota Tondano dan Eris-Kombi. Dialek Kakas di kecamatan Kakas dan dialek Remboken di kecamatan Remboken. Juga terdapat penutur bahasa ini di daerah kolonisasi (transmigrasi lokal Minahasa) di kecamatan Tompaso Baru dan Modoinding. Di Tompaso Baru, dengan dialek induk Tondano dituturkan pada kampung Pinaesaan, Kinalawiran, Kinaweruan, Liningaan, Bojonegoro, dialek Kakas di kampung Temboan dan Polimaaan dan dialek Remboken di kampung Kinamang. Di Kecamatan Modoinding terdapat penutur dialek Kakas di kampung Wulurmaatus Palolon, Makaaruyan, Pinasungkulan, Lineleyan dan penutur dialek Remboken di kampung Sinisir dan Kakenturan serta penutur dialek induk Tondano di kampung Mokobang. Bahasa  Toulour  menurut  pemakainya  yaitu  bahasa  umum,  bahasa  yang  dipakai dalam  percakapan  sehari-hari, kemudian  bahasa  sasaraha  yang  disebut  bahasa   Samaran,  biasanya  digunakan  pada  acara-acara  adat  untuk  menolak  malapetaka  dan  terakhir  bahasa  sastra.  (Bawole, dkk. 1971). Pemakaian  bahasa  Toulour  mulai  mengalami  masalah karena  pembauran  antar  penduduk  asli  dengan  para  pendatang  dari  luar  Minahasa  sehingga  pemakaian  bahasa  Toulour  semakin  menurun  atau  berkurang  digunakan  apalagi  dikalangan  generasi  muda. Menyikapi  berbagai  permasalahan yang  ada  di  desa, maka  UNIMA  sebagai  lembaga  pendidikan  yang  selalu  responsif  terhadap  berbagai  permasalahan  dan  kebutuhan  yang  ada  di tengah-tengah  masyarakat,  melalui  Lembaga  Pengabdian  kepada Masyarakat  bersama  tim  dosen  yang  ada  di  Fakultas  Bahasa  dan  Seni  (FBS),  hendak  melaksanakan  suatu  kegiatan  pengabdian  kepada  masyarakat  kepada  pemuda dan pemudi  di desa  Timomor  khususnya  pelatihan  bahasa Toulour  yang hampir  punah.  Kegiatan  pelatihan  bahasa  Toulour  adalah  wujud  upaya  UNIMA  untuk  merintas  pembelajaran  bahasa  Toulour  bagi  pemuda  dan  pemudi,  dengan  harapan  bahwa  melalui  pelatihan  ini  akan  dihasilkan  buku  khusus  bahasa  Toulour untuk  menghindari  kepunahan  bahasa.
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM) PEMBELAJARAAN BAHASA TOULOUR BAGI PEMUDA DESA TIMOMOR KECAMATAN KAKAS BARAT Selviane E. Mumu; Theresye Wantania
ABDIMAS: JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol 13, No 1 (2020): APRIL (2020) ABDIMAS: JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Publisher : LPPM UNIMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.17 KB) | DOI: 10.36412/abdimas.v13i1.2151

Abstract

Bahasa Toulour merupakan salah satu bahasa Daerah yang ada di Sulawesi Utara digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari. Bahasa Toulour adalah bahasa yang dipakai oleh penduduk asli yang mendiami seputaran daerah yang mengelilingi danau Tondano yang merupakan salah satu dari sekian banyak bahasa daerah di Indonesia. Bahasa Tondano atau bahasa Toulour, sebagai bahasa sub-etnis Toulour yang mendiami daerah sekeliling Danau Tondano sampai di pantai Timur Minahasa (Tondano pante). Bahasa Tondano terdiri atas tiga dialek yaitu dialek induk Tondano, dialek Kakas dan dialek Remboken. Dialek yang terbesar dalam daerah dan jumlah penutur terdapat di bagian Utara yaitu kota Tondano dan Eris-Kombi. Dialek Kakas di kecamatan Kakas dan dialek Remboken di kecamatan Remboken. Juga terdapat penutur bahasa ini di daerah kolonisasi (transmigrasi lokal Minahasa) di kecamatan Tompaso Baru dan Modoinding. Di Tompaso Baru, dengan dialek induk Tondano dituturkan pada kampung Pinaesaan, Kinalawiran, Kinaweruan, Liningaan, Bojonegoro, dialek Kakas di kampung Temboan dan Polimaaan dan dialek Remboken di kampung Kinamang. Di Kecamatan Modoinding terdapat penutur dialek Kakas di kampung Wulurmaatus Palolon, Makaaruyan, Pinasungkulan, Lineleyan dan penutur dialek Remboken di kampung Sinisir dan Kakenturan serta penutur dialek induk Tondano di kampung Mokobang. Bahasa Toulour menurut pemakainya yaitu bahasa umum, bahasa yang dipakai dalam percakapan sehari-hari, kemudian bahasa sasaraha yang disebut bahasa Samaran, biasanya digunakan pada acara-acara adat untuk menolak malapetaka dan terakhir bahasa sastra. (Bawole, dkk. 1971). Pemakaian bahasa Toulour mulai mengalami masalah karena pembauran antar penduduk asli dengan para pendatang dari luar Minahasa sehingga pemakaian bahasa Toulour semakin menurun atau berkurang digunakan apalagi dikalangan generasi muda. Menyikapi berbagai permasalahan yang ada di desa, maka UNIMA sebagai lembaga pendidikan yang selalu responsif terhadap berbagai permasalahan dan kebutuhan yang ada di tengah-tengah masyarakat, melalui Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat bersama tim dosen yang ada di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), hendak melaksanakan suatu kegiatan pengabdian kepada masyarakat kepada pemuda dan pemudi di desa Timomor khususnya pelatihan bahasa Toulour yang hampir punah. Kegiatan pelatihan bahasa Toulour adalah wujud upaya UNIMA untuk merintas pembelajaran bahasa Toulour bagi pemuda dan pemudi, dengan harapan bahwa melalui pelatihan ini akan dihasilkan buku khusus bahasa Toulour untuk menghindari kepunahan bahasa.
PKM PEMBELAJARAAN BAHASA TOULOUR BAGI PEMUDA DESA TOTOLAN KECAMATAN KAKAS BARAT Selviane Mumu
ABDIMAS: JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol 14, No 3 (2021): ABDIMAS: JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Publisher : LPPM UNIMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.758 KB) | DOI: 10.36412/abdimas.v14i3.3273

Abstract

Bahasa  Toulour  merupakan  salah  satu  bahasa  Daerah  yang  ada  di  Sulawesi  Utara  digunakan  sebagai alat  komunikasi  sehari-hari. Bahasa  Toulour  adalah  bahasa yang  dipakai  oleh  penduduk  asli yang  mendiami  seputaran  daerah  yang  mengelilingi  danau  Tondano  yang  merupakan salah satu  dari  sekian  banyak  bahasa  daerah  di  Indonesia. Bahasa Tondano atau bahasa Toulour, sebagai bahasa sub-etnis Toulour yang mendiami daerah sekeliling Danau Tondano sampai di pantai Timur Minahasa (Tondano pante). Bahasa Tondano terdiri atas tiga dialek yaitu dialek induk Tondano, dialek Kakas dan dialek Remboken. Dialek yang terbesar dalam daerah dan jumlah penutur terdapat di bagian Utara yaitu kota Tondano dan Eris-Kombi. Dialek Kakas di kecamatan Kakas dan dialek Remboken di kecamatan Remboken. Juga terdapat penutur bahasa ini di daerah kolonisasi (transmigrasi lokal Minahasa) di kecamatan Tompaso Baru dan Modoinding. Di Tompaso Baru, dengan dialek induk Tondano dituturkan pada kampung Pinaesaan, Kinalawiran, Kinaweruan, Liningaan, Bojonegoro, dialek Kakas di kampung Temboan dan Polimaaan dan dialek Remboken di kampung Kinamang. Di Kecamatan Modoinding terdapat penutur dialek Kakas di kampung Wulurmaatus Palolon, Makaaruyan, Pinasungkulan, Lineleyan dan penutur dialek Remboken di kampung Sinisir dan Kakenturan serta penutur dialek induk Tondano di kampung Mokobang. Bahasa  Toulour  menurut  pemakainya  yaitu  bahasa  umum,  bahasa  yang  dipakai dalam  percakapan  sehari-hari, kemudian  bahasa  sasaraha  yang  disebut  bahasa   Samaran,  biasanya  digunakan  pada  acara-acara  adat  untuk  menolak  malapetaka  dan  terakhir  bahasa  sastra.  (Bawole, dkk. 1971). Pemakaian  bahasa  Toulour  mulai  mengalami  masalah karena  pembauran  antar  penduduk  asli  dengan  para  pendatang  dari  luar  Minahasa  sehingga  pemakaian  bahasa  Toulour  semakin  menurun  atau  berkurang  digunakan  apalagi  dikalangan  generasi  muda. Menyikapi  berbagai  permasalahan yang  ada  di  desa, maka  UNIMA  sebagai  lembaga  pendidikan  yang  selalu  responsif  terhadap  berbagai  permasalahan  dan  kebutuhan  yang  ada  di tengah-tengah  masyarakat,  melalui  Lembaga  Pengabdian  kepada Masyarakat  bersama  tim  dosen  yang  ada  di  Fakultas  Bahasa  dan  Seni  (FBS),  hendak  melaksanakan  suatu  kegiatan  pengabdian  kepada  masyarakat  kepada  pemuda dan pemudi  di desa  Totolan  khususnya  pelatihan  bahasa Toulour  yang hampir  punah.  Kegiatan  pelatihan  bahasa  Toulour  adalah  wujud  upaya  UNIMA  untuk  memberdayakan  pembelajaran  bahasa  Toulour  bagi  pemuda  dan  pemudi,  dengan  harapan  bahwa  melalui  pelatihan  ini  akan  dihasilkan  buku  khusus  bahasa  Toulour untuk  menghindari  kepunahan  bahasa.
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL TALKING STICK PADA SISWA KELAS VII SMP Novia Rahmawati Muhaimin; Selviane E. Mumu; Ruth C. Paath
KOMPETENSI Vol. 2 No. 11 (2022): KOMPETENSI: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Seni
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berbicara merupakan aktivitas yang sulit karena berbicara tidak sekedar mengeluarkan kata dan bunyi-bunyi, melainkan penyusunan gagasan yang dikembangkan sesuai dengan pendengar atau penyimak. Kesulitan seseorang untuk berbicara di depan umum dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat menghambat kelancaran seseorang saat berbicara di depan umum. Kecemasan berkomunikasi yang dialami siswa berpengaruh terhadap kualitas pesan yang disampaikan. Rumusan masalah ini ialah Bagaimanakah tahapan pembelajaran berbicara di depan umum pengalaman yang mengesankan dengan menggunakan model Talking Stick pada siswa kelas VII SMP Negeri 13 Dumoga. Bagaimanakah kemampuan berbicara di depan umum pengalaman yang mengesankan dengan menggunakan model Talking Stick pada siswa kelas VII SMP Negeri 13 Dumoga. Tujuan penelitian ini ialah Mendeskripsikan tahapan pembelajaran berbicara di depan umum pengalaman yang mengesankan dengan menggunakan model Talking Stick pada siswa kelas VII SMP Negeri 13 Dumoga . Mendeskripsikan kemampuan berbicara di depan umum pengalaman yang mengesankan dengan menggunakan model Talking Stick pada siswa kelas VII SMP Negeri 13 Dumoga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Metode yang bersifat mengamati secara langsung kejadian apa yang sebenarnya terjadi di lapangan yang kemudian ditarik kesimpulan mengenai hal apa yang telah diteliti. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, teknik tes dan wawancara. Instrumen penelitian, penelitian ini menggunakan teknik tes, adapun tes yang digunakan dalam penelitian adalah tes dalam bentuk lisan(berbicara di depan umum)dimana peserta didik ditugaskan untuk berbicara mengenai pengalaman yang mengesankan sesuai dengan aspek pilihan kata, keefektifan kalimat dan kelancaran. Peneliti menggunakan dua teknik analisis data. Yang pertama untuk menganalisis data nilai siswa secara individu dengan rumus nilai akhir = perolehan skor/skor maksimum(9) x skor ideal(100). Yang kedua Untuk menganalisis nilai rata-rata kelas(nilai siswa secara keseluruhan) dengan rumus % = n/N x 100. Penelitian dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 13 Dumoga yang berjumlah 25 siswa. Hasil penelitian, menunjukkan bahwa pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan model Talking Stick telah terlaksana dengan baik dan nilai rata-rata siswa yaitu 83,24% masuk dalam kategori mampu.
KEMAMPUAN MENULIS TEKS ANEKDOT MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IX SMP KATOLIK ST. FRANSISKUS DE SALLES KOKOLEH Sonia S. Kansil; Selviane E. Mumu; Nontje J. Pangemanan
KOMPETENSI Vol. 2 No. 12 (2022): KOMPETENSI: Jurnal Bahasa dan Seni
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan menulis teks anekdot siswa kelas IX SMP Katolik St. Fransiskus De Salles Kokoleh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif kuantitatif adalah metode penelitian yang menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh. Sumber data 24 siswa yaitu kelas IX SMP Katolik St. Fransiskus De Salles Kokoleh. Pengumpulan data dilakukan dengan tes tertulis yaitu tes menulis teks anekdot. Berdasarkan hasil penelitian, kemampuan menulis teks anekdot siswa kelas IX dilihat dari 4 kategori penilaian yaitu kategori amat baik, baik, sedang, dan kurang. siswa yang memiliki tingkat kemampuan menulis teks anekdot dengan kategori amat baik sebanyak 8 siswa (33,3%), siswa yang memiliki tingkat kemampuan menulis teks anekdot dengan kategori baik sebanyak 9 siswa (37,6%), siswa yang memiliki tingkat kemampuan menulis teks anekdot dengan kategori sedang sebanyak 7 (29,16%), dan siswa yang memiliki tingkat kemampuan menulis teks anedot dengan kategori kurang sebanyak 0 siswa. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan menulis berada pada kategori baik pada interval 72-89. Jadi diketahui bahwa kemampuan menulis teks anekdot siswa kelas IX SMP Katolik St. Fransiskus De Salles Kokoleh masuk dalam kategori baik dengan nilai rata-rata 81,67.