Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

MITOS KECANTIKAN DALAM CERPEN-CERPEN DWI RATIH RAMADHANY Royyan Julian
POETIKA Vol 4, No 1 (2016): Issue 1
Publisher : Literary Studies, Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/poetika.v4i1.13315

Abstract

This study highlights the myth of beauty in short stories written by Dwi Ratih Ramadhany, which are “Janda Sungai Gayam” and “Perempuan Bisu dan Cermin Ratu”. The perspective utilized in this study is the myth of beauty by Naomi Wolf. The results are: (1) both the short stories illustrate standards of beauty identified by long black hair, long neck, sensual lips, body fragrant, white-toned-smooth-skin, and slim body; (2) in both short stories, the quality of beauty refers to behaviors that could arouse an excitement rather than merely consider physical appearance;(3) regarding beauty not as an intrinsic quality, it is affected by external factors, for instance cosmetic and supernatural powers. Myth of beauty in both short stories stands on the runway of men’s interest and taste, and women’s motive toachieve resources provided by men, which are called loyalty, recognition, praise and charm.Kajian ini mengangkat isu mitos kecantikan dalam cerpen-cerpen Dwi Ratih Ramadhany, yakni "Janda Sungai Gayam” dan “Perempuan Bisu dan Cermin Ratu”. Perspektif yang digunakan adalah mitos kecantikan Naomi Wolf. Hasilnya antara lain: (1) kedua cerpen tersebut menggambarkan bahwa cantik memiliki standar baku rambut hitam panjang, leher jenjang, bibir merekah, tubuh wangi, kulit kencang-putih-mulus, dan langsing; (2) dalam cerpen-cerpen tersebut, sesungguhnya kualitas cantik lebih merujuk pada perilaku yang dapat membangkitkan gairah daripada penampakan fisik; (3) karena cantik bukan merupakan kualitas instrinsik, ia dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, yaitu kosmetik dan kekuatan supranatural. Mitos kecantikan dalam kedua cerpen tersebut berdiri di atas landasan kepentingan dan selera laki-laki, serta motif perempuan untuk mendapatkan sumber daya yang disediakan oleh laki-laki, yaitu kesetiaan, pengakuan, pujian, dan keterpesonaan.
NARASI PERJANJIAN LAMA DALAM PUISI-PUISI ALKITABIAH MARIO F. LAWI Royyan Julian
Jurnal Komposisi Vol 1, No 2 (2016): Jurnal Komposisi
Publisher : Universitas Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1529.799 KB) | DOI: 10.53712/jk.v1i2.119

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengungkap narasi Perjanjian Lama dalam puisi-puisi alkitabiah Mario F. Lawi (MFL). Dari hasil pengungkapan tersebut akan diketahui narasi baru yang ditampilkan oleh puisi-puisi alkitabiah MFL. Secara khusus, metode yang digunakan untuk memaknai ungkapan metaforis dalam puisi-puisi tersebut adalah teori metafora Paul Ricoeur. Data penelitian ini dibatasi pada puisi-puisi yang ditransformasikan dari teks Perjanjian Lama, antara lain, “Ararat”, “Rafael”, “Samuel”, “Yusuf”, “Nuh”, “Ruang Tunggu, 1”, dan “Musa”. Hasil pembahasan antara lain sebagai berikut. Pertama, benang merah yang menghubungkan semua narasi dalam puisi-puisi tersebut adalah penyelamatan Tuhan atas seluruh ciptaan-Nya. Kedua, narasi Pernjanjian Lama dalam Alkitab tidak selalu ditransformasikan dalam bentuk metafora, tetapi juga berbentuk ungkapan nonmetaforis dan denominasi. Ketiga, perluasan makna terhadap metafora dalam puisi tersebut menghasilkan penafsiran yang menggambarkan fragmen-fragmen narasi Perjanjian Lama dalam Alkitab yang memiliki acuan secara langsung dalam teks Alkitab dan juga tidak mengacu secara langsung. Fragmen-fragmen yang tidak mengacu secara langsung tersebut menjadi fragmen baru yang tidak dijumpai dalam teks Alkitab. Keempat, ungkapan nonmetaforis dan denominasi juga menciptakan fragmen-fragmen baru. Kelima, sejumlah metafora, ungkapan nonmetaforis, dan denominasi dalam puisi-puisi tersebut merepresentasikan pembacaan ulang penyairnya terhadap narasi Perjanjian Lama dalam Alkitab. Pembacaan ulang tersebut menciptakan ambiguitas, kontradiksi, dan makna yang lebih subtil.
Edukasi Kesehatan Lingkungan Dan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Komunitas Di Kelurahan Bugih Fetty Nuritasari; Ema Surahmi; Royyan Julian; Kasanova, Ria
Joong-Ki : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 1: November 2025
Publisher : CV. Ulil Albab Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/joongki.v5i1.11749

Abstract

Household waste management is a major challenge for cities in Indonesia, including Bugih Subdistrict, which has experienced an increase in waste generation in line with population growth and lifestyle changes. This issue is not merely a matter of cleanliness, but is directly related to environmental health and the quality of life of the community. This study aims to describe and evaluate the implementation of a community service programme in the form of education, facilitation, and assistance in community-based waste management in Bugih Village. A participatory approach was used, involving village officials, neighbourhood associations, family welfare organisations, youth organisations, and residents as the main actors. The intervention focused on improving environmental literacy, household waste sorting practices, small-scale composting, and the use of eco-bricks as educational tools. The results showed a significant increase in awareness and waste sorting practices, as measured through pre- and post-surveys and field observations. Active community participation proved to be a key factor in the success of the programme, reinforced by facilitation in the form of providing clearly labelled sorting areas and technical demonstration sessions. The existence of local waste banks also served as an economic incentive and ensured the integration of sorted waste into the recycling chain. The programme evaluation confirmed that the combination of education, facilitation, and behavioural nudges had a positive impact, although challenges such as limited facilities and behavioural consistency still need to be addressed. Conceptually, these findings reinforce the literature on the effectiveness of community-based approaches to waste management and provide practical recommendations for replication in other urban areas. The programme in Bugih Subdistrict contributes to the achievement of the national zero waste–zero emission 2050 agenda, while strengthening local capacity to create a healthier and more sustainable environment.