Suwarja Suwarja
Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Manado

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT MALARIA DI KELURAHAN GIRIAN INDAH KECAMATAN GIRIAN KOTA BITUNG Suwarja Suwarja; Jasman Jasman; Merry Wulan Mailangkay
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 2 No 1 (2012): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
Publisher : POLTEKKES KEMENKES MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47718/jkl.v2i1.539

Abstract

Malaria merupakan salah satu penyakit menular dan menjadi masalah kesehatan masyarakat secara global . Di Indonesia masih ada sekitar 80% dari daerah endemis malaria. Puskesmas Girian Weru Kecamatan Girian terdapat 112 kasus positif malaria dari 188 kasus yang ditemukan pada 2011, tertinggi kasus di antara semua kecamatan di Kota Bitung. Transmisi tinggi malaria disebabkan oleh adanya pantai , daerah berawa dan air payau dan perkebunan dan hutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kerja, tempat perkembangbiakkan vektor dan kebiasaan keluar rumah pada malam hari dengan kejadian malaria di Kecamatan Girian Indah di Kota Bitung. Jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional study. Jumlah sampel 275 orang yang ditentukan Simple Random Sampling . Pengamatan dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji Chi square . Berdasarkan hasil uji statistik di Kelurahan Girian Indah jenis pekerjaan tidak ada hubungan dengan kejadian malaria diperoleh nilai p = 0,468 lebih besar dari nilai α = 0,05, keberadaan perkembangbiakan vektor menunjukkan ada korelasi yang signifikan dengan kejadian malaria diperoleh nilai p = 0,004 lebih kecil dari nilai α = 0,05 dan kebiasaan keluar rumah pada malam hari tidak menunjukkan adanya hubungan dengan kejadian malaria diperoleh nilai p = 0,275 atau di atas nilai α = 0,05 .
FAKTOR RISIKO KONDISI PERUMAHAN DENGAN KEJADIAN TB PARU DI PUSKESMAS LIKUPANG KABUPATEN MINAHASA UTARA Tarmizi Tarmizi; Suwarja Suwarja; Yozua T. Kawartu
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 2 No 2 (2013): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
Publisher : POLTEKKES KEMENKES MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.842 KB) | DOI: 10.47718/jkl.v2i2.550

Abstract

Penyakit Tubrkulosis menjadi masalah dunia, berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2007, diperkirakan terdapat 8,8 juta penderita kasus baru ditahun 2005 dimana 7,4 juta penderitanya berada di Asia dan Afrika dengan angka kematiannya 1,6 juta pasien. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko kondisi perumahan dengan kejadian TB Paru. Jenis penelitian ini menggunakan studi obsevasional analitik dengan rancangan Case Control study. Populasi dalam penelitian ini adalah semua rumah yang berada di wilayah kerja Puskesmas Likupang dan Sampel dalam penelitian ini terbagi 2 kelompok yaitu : sampel kasus yaitu rumah orang yang menderita penyakit TB Paru berjumlah 30 dan sampel kontrol yaitu rumah orang yang tidak menderita penyakit TB Paru berjumlah 90 di wilayah kerja Puskesmas Likupang. Pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner dan pengukuran pada ventilasi rumah, kelembaban ruangan dan pencahayaan ruangan dan observasi langsung pada konstruksi rumah. Analisis di lakukan dengan menguji hipotesis nol (Ho), dengan perhitungan OR (Odds Ratio), analisis menggunakan uji Chi-square . Luas ventilasi merupakan faktor prediktif terhadap kejadian TB Paru di wilayah Puskesmas Likupang berdasarkan analisis risiko kondisi rumah yang menghasilkan nilai Odds Ratio (OR) = 0,895 dimana OR < 1. Kelembaban ruangan yang tidak memenuhi syarat merupakan faktor risiko terhadap kejadian TB Paru di wilayah Puskesmas Likupang, dan berisiko sebesar 4 kali lebih besar dibandingkan dengan rumah yang memiliki kelembaban yang memenuhi syarat, berdasarkan nilai Odds Ratio (OR) = 4.312. Pencahayaan Ruangan merupakan faktor prediktif terhadap kejadian TB Paru di wilayah Puskesmas Likupang berdasarkan analisis risiko kondisi rumah yang menghasilkan nilai Odds Ratio (OR) = 0,805. Konstruksi rumah yang tidak memenuhi syarat merupakan faktor risiko terhadap kejadian TB Paru dan berisiko sebesar 3,8 kali lebih besar dibanding rumah yang memiliki konstruksi rumah yang memenuhi syarat, berdasarkan nilai Odds Ratio (OR) = 3.857 Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa luas ventilasi dan pencahayaan tidak menjadi faktor risiko dan kelembaban dan konstruksi rumah yang tidak memenuhi syarat merupakan faktor risiko terhadap kejadian Tb paru. Disarankan kepada masyarakat yang tinggal di wilayah Puskesmas Likupang untuk memperbaiki kondisi ruangan rumah untuk menghindari kelembaban terutama rumah-rumah yang masih berlantaikan tanah yang belum disemen dan rumah panggung yang letaknya di pinggir pantai.
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TOBELO KAB. HALMAHERA UTARA Adrensi J. Maabuat; Suwarja Suwarja; Steven Jacub Soenjono
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 2 No 2 (2013): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
Publisher : POLTEKKES KEMENKES MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47718/jkl.v2i2.551

Abstract

Penyakit malaria sebagai penyakit endemis di daerah Provinsi Maluku Utara sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Berdasarkan laporan Surveilans Terpadu Penyakit, jumlah kasus baru malaria berdasarkan laporan puskesmas pada tahun 2000 sebanyak 13.602 sementara pada tahun 2001 sebanyak 8028 kasus. Pada tahun 2003 sesuai dengan data PCD (Passive Case Detection) yang dikumpulkan angka incidensi malaria sebesar 81,34% dengan jumlah kasus sebanyak 72.000 orang. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian Malaria di wilayah kerja Puskesmas Tobelo Kabupaten Halmahera Utara. Penelitian ini termasuk dalam penelitian observasional dengan rancangan cross sectional studi, populasi dalam penelitian ini adalah penderita malaria klinis dan malaria positif yang tersebar di 19 desa di Wilayah Puskemas Tobelo yang diambil dari laporan triwulan sebesar 175 populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi sebesar 175 yang diambil secara purposive sampling, analisis data dengan menggunakan uji Chi-square. Hasil analisis data dimana kebiasaan diluar rumah pada malam hari berhubungan dengan kejadian malaria dengan nilai p= 0,029 dan kebiasaan di luar rumah merupakan faktor risiko terhadap kejadian malaria dan berisiko sebesar 4,766. Penggunaan kelambu saat beristirahat tidur berhubungan dengan kejadian malaria, memperoleh nilai p= 0, 028 dan tidak menggunakan kelambu merupakan faktor risiko terhadap kejadian penyakit malaria dan berisiko sebesar 5,605 kali. Penggunaan obat anti nyamuk tidak berhubungan dengan kejadian malaria, yang memperoleh nilai p > 0,05, dan penggunaan obat nyamuk tidak menjadi faktor risiko terhadap kejadian malaria. Breeding place berhubungan dengan kejadian penyakit malaria, yang memperoleh nilai p= 0,004, breeding place merupakan faktor risiko terhadap kejadian penyakit malaria dan berisiko sebesar 7,582 kali. Bagi masyarakat agar memperhatikan tempat-tempat penampungan air sebagai tempat unutk nyamuk berkembang biak/bertelur dari nyamuk Anopheles (Breeding Places)
FAKTOR RISIKO KONDISI PERUMAHAN DENGAN KEJADIAN TB PARU DI PUSKESMAS LIKUPANG KABUPATEN MINAHASA UTARA Tarmizi Tarmizi; Suwarja Suwarja; Yozua Toar Kawartu
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 3 No 1 (2013): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
Publisher : POLTEKKES KEMENKES MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47718/jkl.v3i1.557

Abstract

Penyakit Tubrkulosis menjadi masalah dunia, berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2007, diperkirakan terdapat 8,8 juta penderita kasus baru ditahun 2005 dimana 7,4 juta penderitanya berada di Asia dan Afrika dengan angka kematiannya 1,6 juta pasien. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko kondisi perumahan dengan kejadian TB Paru. Jenis penelitian ini menggunakan studi obsevasional analitik dengan rancangan Case Control study. Populasi dalam penelitian ini adalah semua rumah yang berada di wilayah kerja Puskesmas Likupang dan Sampel dalam penelitian ini terbagi 2 kelompok yaitu : sampel kasus berjumlah 30 dan sampel berjumlah 90. Pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner dan pengukuran pada ventilasi rumah, kelembaban ruangan dan pencahayaan ruangan dan observasi langsung pada konstruksi rumah. Analisis menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas ventilasi merupakan faktor prediktif terhadap kejadian TB Paru berdasarkan analisis risiko kondisi rumah yang menghasilkan nilai Odds Ratio (OR) = 0,895 dimana OR < 1. Kelembaban ruangan yang tidak memenuhi syarat merupakan faktor risiko terhadap kejadian TB Paru dan berisiko sebesar 4 kali lebih besar dibandingkan dengan rumah yang memiliki kelembaban yang memenuhi syarat, berdasarkan nilai Odds Ratio (OR) = 4.312. Pencahayaan Ruangan merupakan faktor prediktif terhadap kejadian TB Paru berdasarkan analisis risiko kondisi rumah yang menghasilkan nilai Odds Ratio (OR) = 0,805. Konstruksi rumah yang tidak memenuhi syarat merupakan faktor risiko terhadap kejadian TB Paru dan berisiko sebesar 3,8 kali lebih besar dibanding rumah yang memiliki konstruksi rumah yang memenuhi syarat, berdasarkan nilai OR = 3.857
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT DBD DI DESA KOLONGAN TETEMPANGAN KECAMATAN KALAWAT KABUPATEN MINAHASA UTARA Christien L. Chandra; Suwarja Suwarja; Jasman Jasman
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 3 No 1 (2013): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
Publisher : POLTEKKES KEMENKES MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.175 KB) | DOI: 10.47718/jkl.v3i1.561

Abstract

DBD merupakan penyakit endemis di Provinsi Sulawesi Utara, dari tahun 2006 sampai tahun 2007 mengalami peningkatan kasus yakni dari jumlah 1.309 kasus dengan kematian 19 penderita meningkat menjadi 1.889 kasus dengan 24 kematian, namun di tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 1.198 kasus dengan jumlah kematian 13 orang (CFR, 1.1 %) pada tahun 2012 kasus meningkat menjadi 1. 272 kasus. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan penerimaan informasi dan tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu rumah tangga dalam pencegahan penyakit DBD di Desa Kolongan Tetempangan. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan Cross sectional study, pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner. Sampel dalam penelitian ini yaitu ibu rumah tangga yang berjumlah 93 orang, yang variabel penelitian yaitu tingkat pendidikan dan pengetahuan serta penerimaan informasi tentang DBD. Hasil analisis secara bivariat dengan menggunakan uji Chi square didapatkan hasil yaitu ada hubungan yang bermakna antara penerimaan informasi tentang penyakit DBD dengan tingkat pengetahuan ibu rumah tangga dalam pencegahan penyakit DBD, dengan nilai p= 0,021 (< α 0,05), ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan pengetahuan tentang pencegahan penyakit DBD dengan nilai p= 0,044 (<α 0,05).
TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA ORGANOFOSFAT PADA PETANI PENYEMPROT SAYUR DI DESA LIBERIA TIMUR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR TAHUN 2013 Ika Rahmawati; Suwarja Suwarja; Steven Jacub Soenjono
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 3 No 2 (2014): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
Publisher : POLTEKKES KEMENKES MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47718/jkl.v3i2.566

Abstract

A class of organophosphate pesticides used by farmers to disinfect because they have the power Exterminate strong and fast and have properties that easily decompose in nature. Nevertheless pesticide compounds organophosphate poisoning in humans can cause both acute and chronic. Class of organophosphate pesticides is inhibiting the enzyme activity kolinestrase in the body. This study aims to determine the level of pesticide poisoning organophosphate class of farmers vegetable spray. This study is descriptive done by using proportional random sampling (15 respondents). The data collection is done by observation and direct interviews and measurements of blood kolinestrase respondents using Cholinestrase Test Kit. The results showed that 8 (53.3%) did not experience poisoning (normal category), 7 (46.7%) mild poisoning, and no farmers poisoned moderate and evere categories. Parmers who suffered mild poisoning are advised to take a break from all the work relating to pesticides for two weeks.
MODIFIKASI PERANGKAP TIKUS DENGAN MENGGUNAKAN BAMBU Erfan S. Madi; Suwarja Suwarja; Jasman Jasman
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 3 No 2 (2014): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
Publisher : POLTEKKES KEMENKES MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47718/jkl.v3i2.568

Abstract

Hasil perkembangan ilmu dan teknologi, dewasa ini ada beberapa metode yang lazim diterapkan untuk mengendalikan vektor dan binatang pengganggu. Pengendalian tikus secara mekanik dapat dilakukan secara langsung dengan cara membunuh pukulan, diburu anjing, menggunakan perangkap, dan pembongkaran sarang-sarang tikus, cara ini disebut juga gropyokan, dan juga menggunakan uji coba perangkap tikus dengan menggunakan bambu. Tujuan penelitian ini yaitu melakukan uji coba perangkap tikus dengan menggunakan bambu untuk membinasakan hama hama tikus. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen semu (quasi experimen) yaitu memasang perangkap terbuat dari bambu diberi umpan tampa racun yang disukai tikus, lokasi dalam penelitian yaitu di daerah kampus kesehatan lingkungan. Variabel yang diteliti pada penelitian ini yaitu uji coba perangkap tikus dengan menggunakan bambu. Hasil tangkapan tikus dengan menggunakan perangkap terbuat dari bambu sebanyak 7 (tujuh) ekor tikus yang terdiri dari 5 (lima) ekor tikus yang tertangkap dengan menggunakan umpan kelapa bakar, 2 (dua) ekor tikus yang tertangkap dengan menggunakan umpan ikan asin bakar. Kesimpulan : Uji coba perangkap tikus dengan menggunakan bambu dapat digunakan sebagai perangkap tikus. Saran perlu dilakukan upaya pengendalian tikus dengan menggunakan perangkap yang dimodifikasi dengan menggunakan bambu (perangkap jepit), agar dimodifikasi kembali dalam penelitian selanjutnya agar dapat memperoleh hasil yang maksimal lebih dari 1 (satu) ekor tikus dalam perangkap tersebut.
KEBERADAAN TIKUS, PINJAL, DAN SPESIESNYA DI RSUD NOONGAN KABUPATEN MINAHASA Debora A. Tamahaeng; Suwarja Suwarja; Steven J. Soenjono
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 6 No 1 (2016): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
Publisher : POLTEKKES KEMENKES MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (86.787 KB) | DOI: 10.47718/jkl.v6i1.603

Abstract

Tikus dan mencit merupakan hewan mengerat yang dapat menimbulkan penyakit. Beberapa penyakit penting yang dapat ditularkan ke manusia antara lain, pes, salmonelosis, leptospirosis, murin typhus. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya adalah upaya untuk mengurangi populasi serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya sehingga keberadaannya tidak menjadi vektor penularan penyakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan tikus, pinjal dan spesiesnya di RSUD Noongan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif di mana penulis ingin mengetahui keberadaan tikus, pinjal, dan spesiesnya yang tertangkap. Lokasi penelitian ini di 7 tempat yaitu Ruangan interna, ruangan bedah ruangan instalasi gizi gudang, Tempat pembuangan sampah (TPS), got/selokan, gang-gang/lorong-lorong yang sering di lewati, dengan menggunakan 18 perangkap. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kepadatan tikus di RSUD Noongan yaitu 1,22, Indeks pinjal Xenopshylla cheopis 0,09. dengan spesies tikus Rattus norvegicus 20 ekor (90%) dan rattus-rattus 2 ekor (10%) dari 22 ekor tikus yang tertangkap selama 2 hari pemasangan perangkap. Untuk itu penulis menyarankan kepada pihak rumah sakit khususnya tenaga sanitasi untuk lebih memperhatikan kebersihan rumah sakit, guna mencegah tikus untuk mencari makan.
FORMULASI DAN APLIKASI PESTISIDA TERHADAP KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA INSIL INDUK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Jefinsa Ahmad; Suwarja Suwarja; Jasman Jasman
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 6 No 2 (2016): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
Publisher : POLTEKKES KEMENKES MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47718/jkl.v6i2.610

Abstract

Upaya peningkatan produksi pertanian penggunaan pestisida dianggap cara paling aman dan baik. Pestisida mampu menekan kehilangan hasil tanaman akibat serangan hama dan penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keracunan, pengaruh formulasi dan aplikasi pestisida terhadap keracunan pestisida pada petani di Desa Insil Induk Kabupaten Bolaang Mongondow. Penelitian ini menggunakan studi observasional dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 34 orang yang ditentukan secara proporsional random sampling. Analisis data menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan 19 responden (56%) terdapat pada kategori normal dan 15 responden (44%) keracunan ringan. Tidak ditemui keracunan sedang dan keracunan berat. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada pengaruh formulasi pestisida terhadap keracunan pestisida pada petani (p = 0,492), tidak ada pengaruh aplikasi pestisida terhadap keracunan pestisida pada petani (p = 0,484). Kesimpulan tidak ada pengaruh formulasi dan Aplikasi pestisida terhadap keracunan pestisida pada petani. Saran, petani harus mewaspadai adanya keracunan pestisida pada saat musim penggunaan pestisida dan terus mengikuti berbagai penyuluhan tentang penangan pestisida serta menggunakan alat pelindung diri untuk pencegahan.
PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN JAMBAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA BETELEN KECAMATAN TOMBATU KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Vivi Mokosandib; Poltje D. Rumajar; Suwarja Suwarja
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 7 No 2 (2017): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
Publisher : POLTEKKES KEMENKES MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.789 KB) | DOI: 10.47718/jkl.v7i2.621

Abstract

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Tenggara sampai pada bulan Juni 2014, terdapat 708 kasus diare, kasus terbanyak terdapapat pada usia > 5 tahun sebanyak 430 kasus; kasus tertinggi terdapat di wilayah kerja Puskesmas Tombatu sebanyak 115 kasus, dan Desa dengan kasus diare terbanyak yaitu Desa Betelen sebanyak 73 kasus diare yang diderita oleh balita. Jenis penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan rancangan cross sectional study. Besar sampel dalam penelitian ini tidak dilakukan, karena seluruh populasi yaitu 73 orang balita dijadikan sebagai sampel, dan menjadi responden dalam penelitian ini yaitu orang tua balita atau penghuni rumah yang dapat berkomunikasi dan bersedia untuk diwawancarai. Hasil pengolahan dan analisis data secara bivariat dengan menggunakan uji chi square mendapatkan hasil yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara penyediaan sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita, yang memperoleh nilai p = 0,002 dan terdapat hubungan yang bermakna antara penyediaan jamban keluarga dengan kejadian diare pada balita, yang memperoleh nilai p = 0,003. Kesimpulan yaitu ada hubungan yang bermakna antara penyediaan air bersih dan penyediaan jamban keluarga dengan kejadian diare di Desa Betelen Kecamatan Tombatu. Saran Bagi masyarakat yang tidak mempunyai sarana air bersih dan jamban keluarga agar membuat atau membangun sarana air bersih dan jamban keluarga dan Perlunya peranan dan dukungan petugas kesehatan dalam usaha pencegahan penyakit diare yang di tularkan lewat lingkungan, petugas selalu melakukan pengamatan dan pengawasan untuk menjaga penyebaran penyakit berbasis lingkungan seperti penyakit diare.