Retno Mustikawati
Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Pengaruh Konflik Multiple terhadap Character Arc “Beth” pada Serial The Queen's Gambit Laurensia Karin Chrisfenianti; Retno Mustikawati; Antonius Janu Haryono
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 6, No 2 (2023)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sense.v6i2.11217

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh konflik multiple terhadap Character Arc, dengan menggunakan penelitian kualitatif. Data yang diperoleh untuk penelitian ini menggunakan teknik non-participant observation atau observasi yang dilakukan secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati.  Data ini diperoleh melalui teknik dokumentasi melalui layanan streaming Netflix yang menjadi akses dalam menonton serial The Queen’s Gambit dan buku yang berhubungan dengan Character Arc dan struktur naratif sebagai studi pustaka. Character Arc merupakan transformasi perjalanan sebuah karakter dalam cerita. Tranformasi karakter dipengaruhi oleh naratif dan konflik yang dihadapinya. Pada penelitian ini berfokus pada transformasi pada tokoh utama. Hasil penelitian ini dapat menunjukan karakterisasi Beth melalui konflik ceritanya membentuk perubahan karakter yang cukup signifikan secara dimensi psikologis, sosiologis dan fisiologis. Multiple Conflict yang dialami Beth berhasil membuat pengaruh baik dan buruk dalam dirinya. Menurut teori K.M Weiland, karakter Beth dapat di deskripsikan memiliki transformasi menuju Positive Change Arc dan Negative Change Arc  dalam setiap episodenya karena karakter ini mencari tingkat pemenuhan dan penyangkalan pribadi untuk kebebasan yang diinginkan. Hal ini menghasilkan pengaruh Multiple Conflict itu berhasil membangun periodik naik dan turun pada karakter Beth.Kata Kunci : Character Arc, Tokoh utama, Multiple Conflict, serial The Queen’s Gambit    
Kreativitas Pertunjukan Musik dalam Perspektif Bergsonian Jatmika, Ovan Bagus; Mustikawati, Retno; Wisnumurti, Nikolas Antares Adi Pradana
Resital: Jurnal Seni Pertunjukan Vol 25, No 1 (2024): April 2024
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/resital.v25i1.12555

Abstract

Penelitian fenomenologi ini mengulas aspek kreativitas pada pertunjukan musik klasik dari perspektif Bergsonian (dan juga Deleuzian). Masalah yang coba dijawab adalah hubungan antara repetisi (praktik dengan tradisi yang berulang) dengan kreativitas (kebaruan yang diproduksi dari praktik yang berulang tersebut). Data penelitian diambil melalui wawancara dengan tiga musisi klasik (pianis Ary Sutedja, gitaris Royke Koapaha, dan dirigen Adrian Prabawa). Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik repetisi berdampak pada tiga model pengalaman:  repetisi sebagai cara membangun secure, repetisi sebagai kondisi pengalaman yang bergerak diantara dua tendensi, serta pengalaman sensasi. Dari temuan data dapat didiskusikan bahwa repetisi hanya bisa menghadirkan kebaruan sejauh melibatkan intensifikasi sehingga bisa menggeser kesadaran orang dari satu teritori pengalaman ke teritori pengalaman baru. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa musik, sejauh melibatkan praktik intensifikasi, dapat dilihat sebagai praktik pengembangan kedirian dalam arti, bisa membuat orang mengalami kesadaran baru melalui pergeseran kesadaran.
Degradasi Estetika dalam Tren Video Vertikal di Platform Digital: Studi Kasus Konten Instagram Reels dan Youtube Short Mustikawati, Retno; Sadewa, Ghalif Putra; Harist, Raihan Zaky Al
Rekam Vol 21, No 1 (2025): April 2025
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/rekam.v21i1.13423

Abstract

Popularitas video vertikal yang kian melejit sebagai perwujudan era konten digital dalam gengaman tangan (gawai) justru memiliki andil besar pada degradasi nilai-nilai estetika karya sinematografis. Kemunculan platform digital seperti Facebook, Snapchat, Instagram, Tiktok, Twitter, dan Youtube shorts memberikan kesempatan bagi siapapun untuk membuat dan mengunggah video kreatif berformat vertikal tanpa batasan. Kondisi demikian memungkinkan siapa saja menjadi kreator video vertikal dan tidak perlu memperdulikan prinsip-prinsip penciptaan karya sinematografis. Sejalan dengan itu, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan rendahnya kualitas video demi pemenuhan kebutuhan konten video vertikal di platform digital. Melalui pendekatan deskriptif kualitatif, observasi, dan dokumentasi dari konten di platform digital Instagram dan Youtube shorts, penelitian ini menghasilkan dua temuan penting. Pertama, karya video vertikal di platform digital telah kehilangan nilai estetika karena tidak mengikuti konsep-konsep sinematografi. Kedua, adanya aspek komersialisasi di platform digital membuat video vertikal menjadi kurang memperhatikan kualitas akibat kejar tayang (trenviral). Oleh karenanya, penelitian ini memberikan pemahaman tentang potensi degradasi nilai estetika pada konten video vertikal. Diperlukan upaya untuk menyatukan kerja sama yang saling menguntungkan antara gagasan dan teknologi terbaru, seperti membahas bagaimana formula penciptaan video vertikal dapat sesuai dalam memenuhi kebutuhan pelaku atau penikmat, sambil tetap memperhatikan nilai estetika. Degradation Of Aesthetic Value In Vertical Video Trends On Digital Platforms. The growing popularity of vertical videos as the embodiment of the digital content era in the palm of our hands has contributed to the degradation of the aesthetic values of cinematographic works. The emergence of digital platforms such as Facebook, Snapchat, Instagram, TikTok, Twitter, and YouTube shorts provide opportunities for anyone to create and upload creative videos in vertical format without restrictions. This condition allows anyone to become a vertical video creator and does not need to care about the principles of creating cinematographic works. In line with this, this research aims to explain the low quality of videos to fulfil the needs of vertical video content on digital platforms. Through a descriptive qualitative approach, observation, and documentation of content on the digital platforms Instagram and YouTube shorts, this research produces two important findings. First, vertical video works on digital platforms have lost their aesthetic value because they do not follow cinematographic concepts. Secondly, the commercialization aspect of digital platforms has caused vertical videos to lose their quality due to airtime (trenviral). Therefore, this research provides insight into the potential degradation of aesthetic value in vertical video content. Efforts are needed to bring together mutually beneficial cooperation between ideas and the latest technology, such as discussing how the formula for creating vertical videos can be suitable for the audience.