Antonius Janu Haryono
Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Bayang sebagai Eksplorasi Konflik Batin dalam Visualisasi Puisi pada Karya Seni Video “Kinan” Antonius Janu Haryono; Sazkia Noor Anggraini
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 4, No 1 (2021)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2040.262 KB) | DOI: 10.24821/sense.v4i1.5855

Abstract

Tari  merupakan  gerak  ritmis  untuk  mengekspresikan  ungkapan  perasaan  dan  pikiran melalui  tubuh  penari.  Kinanti  Sekar  Rahina  adalah  seorang  penari  yang  mengalami pertentangan  batin  dalam  menentukan  eksistensi  dirinya  sebagai  penari  tradisional  dan pertemuannya dengan tarian modern. Karya “Kinan” yang diambil dari namanya merupakan bentuk  visualisasi  dari  karya  puisi  yang  dibuatnya.  Karya  ini  menggunakan  media  seni video  untuk  memvisualisasikan  konflik  batin  seorang  penari,  lewat  eksplorasi  bayang. Bayang  menjadi  simbol  dari  keinginan  Kinan  menjadi  seorang  penari  balet  sedangkan dirinya sendiri menjadi objek dari realitas sebagai perempuan Jawa yang harus melestarikan tarian  Jawa.  Visualisasi  konflik  tersebut  pada  awalnya  diperlihatkan  dengan  adu  tarian antara sang penari dengan bayangnya, namun kemudian konflik diselesaikan dengan sebuah tari kreasi paduan tradisional dan modern yang divisualisasikan dengan sinkronisasi antara penari dan bayangnya. Pengambilan gambar dilakukan dua kali untuk membuat visual efek bayangan yang seolah-olah hidup. Proses memadukan bayang dan objek dilakukan dengan teknik  cropping  dengan  dua  buah  gambar  yang  ukuran  dan  latarnya  sama.  Pengubahan sudut  sumber  cahaya  digunakan  untuk  mendapatkan  gambar  bayangan  yang  lebih  jauh sehingga memudahkan cropping.Kata Kunci: Bayangan, Konflik Batin, Visualisasi Puisi 
PENYUTRADARAAN DENGAN GAYA OBSERVASIONAL PADA DOKUMENTER BIOGRAFI “TEGUH ING PANGURIPAN” DI SLEMAN Nindia Aprilia; Oktafiani Herlina; Antonius Janu Haryono
Jurnal Ilmu Komunikasi AKRAB Vol. 8 No. 1 (2023): DESEMBER
Publisher : AKADEMI KOMUNIKASI RADYA BINATAMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT The documentary work entitled Teguh Ing Panguripan is a documentary program that tells the profile of Teguh Rahardjo. Here he is deaf and speech impaired, but in his life he can still live normally both at work and interacting with other people. The life he lives certainly has various obstacles and problems, but his family and the people around him are able to help him in his life. The title of this work has a meaning that reflects the character, namely "Teguh" which is taken from the character's first name and "Ing panguripan" has a meaning in the life that Mas Teguh is living. Observational style documentaries are films that refuse to intervene in objects and events. They try to be neutral and not judge the subject or event. To create an observational documentary, it takes a lot of time and research so that you can understand the daily lives of the characters. Therefore, the author does not intervene excessively in the subject. In making this documentary, the director focuses on the subject's daily life and the communication process carried out. In making this documentary work, the director uses an observational directing style with the aim of being able to show the lives of the characters and produce natural work, because in this documentary style it is not artificial and corresponds to reality. This Integrated Practicum work is packaged in a duration of 24 minutes including bumper, clapper and credit title. This work has a message for the audience, namely about deaf and speech impaired people who are still fighting for their dream of being able to build a house and also live a normal life with the people around them. It is hoped that this work will provide lessons for writers if they also create similar works in the future. The author pays more attention to the plot of the story and the subject, because if you look at the directing style used and the subject, it is fundamentally unpredictable and has to be studied for a long time. Keywords: Documentary, Director, Observational, Teguh Rahardjo, Teguh Ing Panguripan.
Pengaruh Konflik Multiple terhadap Character Arc “Beth” pada Serial The Queen's Gambit Laurensia Karin Chrisfenianti; Retno Mustikawati; Antonius Janu Haryono
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 6, No 2 (2023)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sense.v6i2.11217

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh konflik multiple terhadap Character Arc, dengan menggunakan penelitian kualitatif. Data yang diperoleh untuk penelitian ini menggunakan teknik non-participant observation atau observasi yang dilakukan secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati.  Data ini diperoleh melalui teknik dokumentasi melalui layanan streaming Netflix yang menjadi akses dalam menonton serial The Queen’s Gambit dan buku yang berhubungan dengan Character Arc dan struktur naratif sebagai studi pustaka. Character Arc merupakan transformasi perjalanan sebuah karakter dalam cerita. Tranformasi karakter dipengaruhi oleh naratif dan konflik yang dihadapinya. Pada penelitian ini berfokus pada transformasi pada tokoh utama. Hasil penelitian ini dapat menunjukan karakterisasi Beth melalui konflik ceritanya membentuk perubahan karakter yang cukup signifikan secara dimensi psikologis, sosiologis dan fisiologis. Multiple Conflict yang dialami Beth berhasil membuat pengaruh baik dan buruk dalam dirinya. Menurut teori K.M Weiland, karakter Beth dapat di deskripsikan memiliki transformasi menuju Positive Change Arc dan Negative Change Arc  dalam setiap episodenya karena karakter ini mencari tingkat pemenuhan dan penyangkalan pribadi untuk kebebasan yang diinginkan. Hal ini menghasilkan pengaruh Multiple Conflict itu berhasil membangun periodik naik dan turun pada karakter Beth.Kata Kunci : Character Arc, Tokoh utama, Multiple Conflict, serial The Queen’s Gambit    
AKRB PENULISAN NASKAH DENGAN TEKNIK KRONOLOGIS DALAM PRODUKSI FEATURE “NUSANTARA: THE CULTURE OF KAMPUNG HINDU YOGYAKARTA” Diyah Riyani, Kartika; Nurrahmi Kusumastuti, Dwi; Janu Haryono, Antonius
Jurnal Ilmu Komunikasi AKRAB Vol. 8 No. 2 (2024): APRIL
Publisher : AKADEMI KOMUNIKASI RADYA BINATAMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Karya Praktikum Terpadu ini merupakan sebuah feature yang dibuat dengan tujuan memberikan tayangan informatif, edukatif, dan menghibur dengan sajian visual yang menarik dan variatif. Feature berjudul “The Culture Of Kampung Hindu Yogyakarta” ini, menceritakan tentang adanya perkampungan di Gunung Kidul yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu. Feature ini juga akan membahas mengenai rangkaian upacara menjelang Nyepi, seperti Merti Gunung, Wanakerti, Melasti, Pangrupukan, hingga Nyepi itu sendiri. Tujuan pembuatan program feature “The Culture Of Kampung Hindu Yogyakarta” ini, agar penonton menjadi lebih mengetahui tentang adanya Kampung Hindu di Gunung Kidul dan dapat mengetahui berbagai prosesi perayaan menjelang Nyepi. Penulis juga ingin menonjolkan toleransi antar umat beragama yang terjalin di Kampung Hindu Yogyakarta. Dalam pembuatan feature ini, penulis berperan sebagai penulis naskah yang menerapkan teknik kronologis yaitu teknik yang disajikan sesuai urutan kejadian/waktu. Rangkaian upacara yang terjadi lebih dulu disampaikan lebih awal. Upacara yang terjadi paling akhir, paling akhir pula disajikan. Penulis menggunakan feature jenis musiman sebab feature ini menayangkan aktivitas rutin berdasarkan budaya atau gaya hidup suatu masyarakat. Karya feature ini dikemas dengan durasi kurang lebih 24 menit yang terdiri dari 3 segmen. Di mana segmen 1 berdurasi 10 menit, yang berisi seputar sejarah masuknya agama Hindu di Ngawen hingga perbedaan umat Hindu di Bali dan di Jawa. Segmen 2 berdurasi 7 menit, yang berisi mengenai rangkaian upacara seperti Merti Gunung, Wanakerti, dan Melasti. Sementara itu, segmen 3 berdurasi 7 menit, yang berisi mengenai upacara terakhir menjelang Nyepi seperti Tawur Kesanga, Pangrupukkan, dan Nyepi.
OPTIMALISASI MISE EN SCENE SEBAGAI PENGUAT KARAKTER DALAM PENYUTRADARAAN FILM FIKSI “MALAM KELAM” fadeyanto prabowo; Antonius Janu; Mahesa Evan Mahendra
Jurnal Ilmu Komunikasi AKRAB Vol. 8 No. 2 (2024): APRIL
Publisher : AKADEMI KOMUNIKASI RADYA BINATAMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kesehatan mental merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai kesejahteraan secara keseluruhan. Sekitar 450 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental dan perilaku. Satu dari empat orang mengalami setidaknya satu gangguan mental dalam hidup mereka. Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi gangguan mental berat di Indonesia mencapai 1,7%, dengan angka tertinggi tercatat di Yogyakarta, Aceh, dan Sulawesi Selatan. Gangguan mental emosional yang ditandai dengan gejala depresi dan kecemasan sekitar 6%. Di Indonesia, masih ada stigma dan diskriminasi terhadap individu dengan gangguan mental, yang kadang-kadang mengakibatkan perlakuan tidak tepat seperti pemasungan. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang komprehensif bagi individu, keluarga, dan masyarakat melalui pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang terpadu dan berkelanjutan. Tujuan dari film pendek ini adalah memberikan edukasi bahwa kesehatan mental merupakan masalah nyata dan serius. Jika tidak ditangani dengan serius, kondisi kesehatan mental dapat mengancam baik diri sendiri maupun orang lain. Penulis sebagai sutradara mengoptimalkan mise en scene dengan melibatkan penggunaan elemen-elemen visual untuk menciptakan penguatan karakter tokoh dalam film. Dengan menerapkan konsep optimalisasi mise en scene sebagai penguat karakter, konsep ini efektif untuk dapat memperkuat karakter tokoh dalam film pendek yang penulis produksi.
Representasi Emosi Tokoh Utama Menggunakan Rhythmic Design dalam Penyutradaraan Film Fiksi “Komik Jagoan” Dharmawangsa, Dwitya Yoga; Suprihono, Arif Eko; Haryono, Antonius Janu
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 7, No 1 (2024)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sense.v7i1.12771

Abstract

Teknologi Kecerdasan Buatan (Ai) dalam Restorasi dan Pengembangan Koleksi Visual di Museum Ganjuran Haryono, Antonius Janu
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 8, No 1 (2025)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sense.v8i1.15156

Abstract

Museum Ganjuran merupakan museum yang berlokasi di kompleks Gereja HKTY Ganjuran, yang didirikan pada tahun 2024. Museum ini memiliki berbagai koleksi sejarah yang dominan berupa dokumentasi visual, seperti foto dan video yang memiliki nilai historis tinggi. Namun beberapa koleksi tersebut memiliki kualitas gambar yang kurang baik atau kurang jelas. Penggunaan teknologi kecerdasaan buatan (artificial intelligence) dalam restorasi dan pengembangan koleksi di Museum Ganjuran memberikan peluang untuk meningkatkan kualitas artefak visual yang bersejarah. Melalui pemanfaatan kecerdasaan buatan, seperti teknologi image enhancer menjadikan proses restorasi visual yang rusak atau kurang jelas dapat dilakukan dengan lebih presisi dan efisien dengan teknologi peningkatan detail visual, pemulihan warna asli, dan perbaikan bagian visual yang hilang. Selain itu, teknologi image to video dapat dimanfaatkan untuk mengembangankan bentuk presentasi atau pendisplayan koleksi dalam bentuk audio visual sehingga menjadi lebih menarik. Dengan menggunakan kecerdasaan buatan, Museum Ganjuran dapat melestarikan warisan sejarah dan budaya secara digital sehingga dapat meningkatkan pengalaman edukatif dan visual pengunjung. Hal ini menegaskan bahwa teknologi kecerdasan buatan memiliki potensi besar dalam mendukung konservasi dan pengembangan koleksi visual di banyak museum lainnya 
Sinema Kethoprak: Perkembangan Kesenian Kethoprak dengan Pendekatan Gaya Film Haryono, Antonius Janu
Rekam Vol 20, No 1 (2024): April 2024
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/rekam.v20i1.10960

Abstract

Perkembangan media internet memaksa banyak kesenian tradisional untuk melakukan penyesuaian agar terus dapat bertahan di tengah arus hiburan yang semakin banyak dan mudah diakses. Dalam beberapa tahun terakhir, kesenian kethoprak juga telah beradaptasi dengan menggabungkan seni pertunjukan tradisional Jawa dengan film yang disebut sinema kethoprak. Youtube merupakan salah satu platform yang banyak digunakan seniman kethoprak untuk mendistribusikan sinema kethoprak. Banyaknya ragam bentuk dan gaya sinema kethoprak yang ada pada platform Youtube memunculkan permasalahan baru tentang bagaimana mempertahankan ciri khas kesenian kethoprak dalam kemasan bentuk dan gaya film. Tujuan penelitian ini adalah memetakan ragam gaya film (film style) yang digunakan pada sinema kethoprak. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode observasi terhadap karya-karya sinema kethoprak di youtube yang masih terdapat ciri khas kesenian kethoprak serta elemen-elemen mise en scene, sinematografi, editing dan suara. Dengan pemetaan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk merancang atau mendesain gaya sinema kethoprak yang tetap mempertahan nilai-nilai seni dan budaya kethoprak.