Di Indonesia, produksi, impor, dan distribusi pangan harus mematuhi standar ketat yang mencakup kriteria keamanan, kualitas, dan gizi pangan. Peraturan ini mencakup penetapan ambang batas maksimum pencemaran logam berat., perusahaan makanan besar biasanya menggunakan sistem pendeteksian logam yang baik. Sebaliknya, industri makanan skala kecil dan menengah cenderung menghindari penggunaan sistem deteksi logam canggih karena biayanya yang besar. Tujuan penelitian ini agar terciptanya alat deteksi logam pada makanan yang dapat deterapkan oleh industri menengah kebawah. Pada alat ini menggunaan metode sistem koil seimbang. Bukaan tempat produk bergerak dikelilingi oleh tiga kumparan. Pada inti deteksi terdapat kumparan pemancar yang memancarkan sinyal yang menghasilkan medan elektromagnetik,.sehingga koil antar sisi penerima dapat menerima sinyal elektromagnetik yang dapat berubah ketika adanya gangguan logam yang melewatiya, gangguan tersebut dapat diketahui dengan megukur tegangan keluaran pada pemerima sehingga metode ini cocok untuk peterapkan pada deteksi logam makanan. Logam yang sangat kecil merupakan tantangan bagi sensor untuk dibuat dengan sensitifitas yang sangat tinggi , sehingga keberadaan logam didalam makanan dapat dideteksi dengan baik. Berdasarkan hasil dari pengujian alat ini logam berjenis besi (Fe), Alumunium (Al), Timbal (Pb), dan Stainless (Ss) dengan ukuran masing-masing 0,1 gr, 0,2 gr, 0,3 gr, 0,4 gr, dan 0,5 gr dapat dideteksi dengan pembacaan beda tegangan pada millvolt. Sistem komunikasi antara sistem pedeteksi dan penyortir bekerja sangat baik sesuai dengan cara kerja alat.