Irmadi Nahib
Pusart Survei Sumberdaya Alam Laut, Bakosurtanal

Published : 20 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

PREDIKSI POLA SEBARAN FISHING GROUND NELAYAN DI PERAIRAN SELATAN YOGYAKARTA Nahib, Irmadi; Sutrisno, Dewayany
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 12, No 1 (2010)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1821.621 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2010.12-1.112

Abstract

Pengetahuan lokal (pranata mangsa) dijadikan acuan untuk mengetahui awal datangnya musim penangkapan dan lokasi penangkapan ikan oleh nelayan Yogyakarta. Citra penginderaan jauh dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik oseanografi. Dalam penelitian ini, citra yang digunakan adalah citra Aqua MODIS/Moderate Imaging Spectroradiometer level 3. Analisis temporal khlorofil-a dan suhu permukaan laut (SPL) dilakukan dengan metode deret waktu. Untuk melihat hubungan antara khlorofil-a dan SPL dengan hasil tangkapan dilakukan analisis secara deskriptif dan regresi linier sederhana. Tujuan penelitian adalah (1) Menganalisis hubungan pranata mangsa dengan dengan pola sebaran fishing ground dan (2) Mengkaji informasi oseanografi berdasarkan data inderaja untuk prediksi daerah fishing ground di pesisir selatan Yogyakarta. Hasil penelitianmenunjukkan rata-rata SPL tahun 2002-2009 berkisar antara 23,48 – 31,36 °C. SPL yang dominan pada wilayah penelitian adalah 28,00. - 30,00 ° C. Secara umum kisaran khlorofila di wilayah penelitian sebesar 0.26 -13.67 mg/m3. Kisaran yang dominan pada wilayah penelitian antara 0.30 - 0.40 mg/m3. Hasil analisis data produksi tangkapan dengan konsentrasi khlorofil-a dan data produksi tangkapan dengan SPL, secara langsung mempunyai hubungan yang erat.Kata Kunci : Citra Catelit Aqua Modis, Khlorofil-a, Suhu Permukaan Laut, Potensial,Daerah PenangkapanABSTRACTThe local knowledge called “pranata mangsa” were referred to indentify recent fishlocation and catchments by the Yogyakarta fisherman. Remote sensing images are used to understand the oceanographic characteristics. In this study, Image used is the image of Aqua MODIS level 3. Chlorophyll-a and Sea Surface Temperature (SST) temporal analysis was carried out with time sequence method. The relationship between Chlorophyll-a and SST with pelagic fish catch was based on descriptive analysis and simple linier regression. The aims of the study were: (1). To analyze “pranata mangsa” with fishing ground distribution patterns and (2) To examine oceanography information by using multi-time remote sensing data to support the prediction development of fishing ground area in the south coastal of Yogyakarta. Results of research shows that: Average SST years 2002 - 2006 ranged between 23,48 – 31,36° C. SST at the area of research is dominant about 28,00 -30,00 ° C. In general, the range of Chlorophyll-a in the area of 0.26 -13.67 mg/m3. Dominant Chlorophyll-a in the range of research areas is between 0,30 -,.40 mg/m3. The results showed that there is a strong correlation between the data of production captured with chlorophyll-a concentrations and data captured by SST directly.Keywords : Aqua Modis Image, Chlorophyll-a, Sea Surface Temperature, Potential,Fishing Ground
PROYEKSI KENAIKAN TINGGI MUKA LAUT DENGAN MENGGUNAKAN DATA ALTIMETER DAN MODEL IPCC-AR4 Sofian, Ibnu; Nahib, Irmadi
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 12, No 2 (2010)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (515.352 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2010.12-2.127

Abstract

Estimasi kenaikan tinggi muka laut (TML) dilakukan dengan menggunakan data altimeter dan model. Hasil analisa dengan menggunakan tren analysis menunjukkan bahwa kenaikan TML di Indonesia berkisar antara 0.2 cm/tahun sampai 1 cm/tahun, dengan kenaikan TML tertinggi terjadi di Samudera Pasifik, sebeah utara Pulau Papua. Pola arus musiman dan Indonesian Through Flow (ITF) mungkin akan terpengaruh dengan adanya kenaikan TML yang tidak seragam, dengan kenaikan TML di Samudera Pasifik lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan TML di Samudera Hindia. Sebagai akibatnya, pola arus geostrofik akan lebih mendominasi dibandingkan dengan kondisi sekarang. Sementara itu, kenaikan TML tidak hanya merubah pola arus, tetapi juga dapat mengakibatkan peningkatan bahaya erosi, perubahan garis pantai dan mereduksi daerah wetland (lahan basah) di sepanjang pantai. Pada akhirnya, ekosistem lahan basah di daerah pantai mungkin akan mengalami kerusakan jika tingkat kenaikan tinggi dan suhu muka air laut melebihi batas maksimal dari kapasitas adaptasi biota pantai.Kata Kunci : Proyeksi, Altimeter, Tinggi Muka Laut, IPCC. ABSTRACTThe sea level rise has been estimated by using the trend analysis. The analysis results show that the sea level rise within the Indonesian Seas are ranging from 0.2cm/yr to 1cm/yr, with the highest sea level rise is occurred at Pacific Ocean, the north of Papua Island. The inhomogeneous sea level rise may be influences to the seasonal surface current and ITF (Indonesian Through Flow), in which the sea level rise in the Pacific Ocean is higher than the one in the Indian Ocean. As the results, it will be projected that the geostrophic currents will be more dominant than the present condition. On the other hand, sea level rises not only change the characteristics of surface current but also heighten the risk of erosions, coastal line changes and reduction of the wetland area. Eventually, the wetland ecosystem in the coastal region is likely to be destructed if the sea level and sea surface temperature rises are higher than the maximum adaptation capacity of the coastal biota.Keywords : Projection, Altimeter, Sea Level, IPCC
PEMETAAN TERUMBU KARANG DAN NILAI EKONOMI BERDASARKAN TRAVEL COST METHOD Nahib, Irmadi; Suwarno, Yatin; Arief, Syahrul
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 14, No 1 (2012)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (794.593 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2012.14-1.132

Abstract

Studi ini bertujuan mengetahui potensi dan penyebaran terumbu karang serta menganalisis manfaat ekonomi dari wisata terumbu karang. Pemetaan dilakukan dengan analisis citra Aster tahun 2007 dan survei lapangan tahun 2011. Analisis ekonomi dilakukan dengan pendekatan biaya perjalanan (travel cost method), yaitu mengkaji biaya yang dikeluarkan oleh setiap individu untuk menikmati kawasan rekreasi. Hasil perhitungan dengan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) diketahui luas ekosistem terumbu karang di Taman Nasional Karimunjawa sebesar 6.189,69 ha, yang terdiri dari terumbu karang : 3.707,303 ha (59,89%), lamun 405,686 ha (6,55%) dan pasir 2.076,697 ha (33,55%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian ekosistem terumbu karang masih merupakan karang. Berdasarkan jumlah biaya akomodasi yang dikeluarkan selama berada di TN Karimunjawa, rata-rata biaya akomodasi yang dikeluarkan oleh wisatawan adalah sebesar Rp. 880.000/orang/kunjungan. Sedangkan berdasarkan rata-rata total biaya perjalanan adalah Rp.3.184.000/orang/kunjungan (wisatawan domestik) dan Rp. 29.720.000 /orang/kunjungan (wisatawan asing). Dari hasil perhitungan konsumen suprlus yang dinikmati oleh wisatawan adalah sebesar Rp. 550.250 dan nilai ekonomi Taman Nasional Karimunjawa sebesar Rp. 4.981.963.500.Kata Kunci : Pemetaan, Nilai Ekonomi, Terumbu Karang, WisataABSTRACTThis study aims to determine the potential and distribution of coral reefs as well as analyzing the economic benefits of coral reef trip. The coral reef mapping was carried out by analyzing an Aster satellite image year 2007 and a field survey conducted in 2011. An economic valuation using a travel costs method was performed to examine the costs incurred by each individual to enjoy the recreation area. The results of calculations using Geographical Information Systems (GIS) found the area of coral reef ecosystems in the Karimunjawa National Park (NP) accounted for 6189.69 hectares, consisted of coral reefs at 3707.303 ha (59.89%), seagrass at 405.686 ha (6.55% ) and sand at 2076.697 ha (33.55%). This number suggests that most of the ecosystem is dominated by coral reef. Meanwhile, based on the calculation of additional costs incurred while visiting the Karimunjawa NP, average accommodation costs incurred was IDR 880.000/person/visit. Moreover, the total cost average of each trip was valued for IDR 3.184 million/person/visit for domestic visitors, and IDR 29.720.000/person/traffic for overseas visitors. Besides that, the calculation of consumer surplus enjoyed by tourists was accounted for IDR 550,250. Altogether, the economic value of Karimunjawa NP was accounted for IDR 4.981.963.500.Keywords: Mapping, Economic Value, Coral Reefs, Tourism
INVENTARISASI PRODUKSI PADI DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA MODIS DI KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN Kusumawardan, Ratih; Widjojo, Suharto; Nahib, Irmadi
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 15, No 1 (2013)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1688.13 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2013.15-1.67

Abstract

ABSTRAKMemantapkan ketahanan pangan merupakan prioritas utama pembangunan, karena pangan merupakankebutuhan yang paling dasar bagi manusia. Salah satu pilar penting dalam membangun ketahanan pangan adalahketersediaan pangan. Aspek produksi menjadi salah satu aspek terpenting dalam ketersediaan pangan. Penelitian inibertujuan untuk melakukan inventarisasi produksi, pola musim tanam dan pola musim panen padi sawah denganmenggunakan Enhanced Vegetation Index (EVI) citra MODIS. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah estimasiproduksi tanaman padi sawah di Kabupaten Lebak pada tahun 2011 yaitu sebesar 489.947 ton atau 2% lebih kecildibandingkan dengan angka perhitungan produksi tanaman padi sawah dari Dinas Pertanian Kabupaten Lebak.Secara umum, Kabupaten Lebak mengalami 3 periode musim tanam dan panen dalam setahun. Musim tanam terjadipada bulan Januari, Mei dan November, sedangkan musim panen terjadi pada bulan Maret, April, Agustus danSeptember.Kata Kunci: Estimasi Produksi Padi, Penginderaan Jauh, Enhanced Vegetation Index.ABSTRACTStrengthening food security is one among top priorities of development because food is the most basic need ofhumans’ life. One of the important pillars in building food security is ensuring food availability. For this respect, foodproduction aspect is the most important aspects in ensuring food availability. This study aims to inventory foodproduction, planting and harvesting patterns of wetland rice crop by using the Enhanced Vegetation Index (EVI)derived from MODIS imagery. The results of this study shows that the estimation of rice crop production in LebakRegency in 2011 amounted to 489,947 tons or 2% less compared to paddy crop production data provide by the LebakRegency Agriculture Office. In general, there are 3 (three) periods of paddy planting and harvesting yearly in LebakRegency. The planting season in the months of January, May and November, while the harvesting season in March,April, August or September.Keywords: Rice Production Estimation, Remote Sensing, Enhanced Vegetation Index.
PEMETAAN VALUASI EKONOMI HUTAN MANGROVE BERDASARKAN GIS DAN METODE BENEFIT TRANSFER Nahib, Irmadi
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 13, No 1 (2011)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.896 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2011.13-1.104

Abstract

Masalah yang dihadapi negara berkembang seperti Indonesia dalam menilai kondisisumberdaya alam dan lingkungan adalah sedikitnya data yang tersedia dan biaya yang terbatas untuk melakukan penelitian secara komprehensif. Valuasi ekonomi adalah upaya untuk memberi nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan, baik atas dasar nilai pasar maupun nilai non pasar. Penelitian valuasi ekonomi sudah banyak dilakukan, namun belum banyak yang menyajikan nilai valuasi ekonomi dalam bentuk peta. Dengan menggunakan metode benefit transfer dapat mengkalibrasi nilai ekonomi dari suatu areal (rujukan) untuk ditransfer ke lokasi yang diinginkan. Penghitungan valuasi ekonomi berdasarkan metode benefit transfer didasarkan pada nilai valuasi ekonomi di wilayah rujukan, peta kualitas sumberdaya hutan mangrove lokasi studi, dan karakteristik sosial ekonomi masyarakat di lokasi studi, dapat dilakukan kalibrasi ulang perkiraan nilai valuasi ekonomi areal rujukan untuk ditransfer ke lokasi studi.Hasil studi menunjukkan bahwa nilai valuasi ekonomi di daerah studi berkisar antara US $ 9.278,14 sampai US $ 20.500,99 atau mencapai 67 % s/d 150 % dari nilai rujukan, dan juga peta nilai ekonomi sumberdaya hutan mangrove, yang lebih detil.Kata Kunci: Keberlanjutan, Hutan Mangrove, Metode Benefit Transfer, Sistem Informasi GeografiABSTRACTThe problems that occur in the developing countries like Indonesia for assessing the condition of natural resources and environmental is the llimited of data availability and budget for conducting comprehensive research. Economy Valuations is an attempt to give a quantitative value of goods and services generated by natural resources and environment, both on the basis of market value and non-market value. Research on economic valuation has been done, but not many who present the value of economic valuation on a map. By using the benefits transfer method to calibrate the economic value of an area (reference), the economic value then, to be transferred to the desired location. Calculations of the economic valuation based on the benefit transfer method conducted based on economic valuations in the region of reference, a map of the quality of the mangrove forest study sites, and socioeconomic characteristics of communities in the study area, re-calibration can be estimated economic valuations reference area to be transferred to the study site. The study showed that the value of economic valuation in the study area ranges from U.S. $ 9,278.14 to 20,500.99 or reaches 67 to 150% of the reference value, while the map of the economic value of mangrove forest resources shows in more detailed.Keywords: Sustainability, Mangrove Forest, Benefit Transfer Method, GeographicalInformation Systems
ARAHAN PERUNTUKAN RUANG KAWASAN PERKEBUNAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM LAHAN Nashiha, Maslahatun; Turmudi, Turmudi; Nahib, Irmadi
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 17, No 2 (2015)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1030.124 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2015.17-2.229

Abstract

Salah satu permasalahan utama di bidang ekonomi pada sektor pertanian adalah rendahnya produksi dan produktivitas tanaman perkebunan. Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Tengah yang ada telah mengakomodir arahan peruntukan kawasan perkebunan, namun belum menunjukkan distribusi lokasi dan jenis komoditas perkebunan yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan dan kesesuaian lahan dari kawasan perkebunan yang telah direncanakan, dan memberikan arahan komoditas yang sesuai berdasarkan kesesuaian lahannya. Metode yang digunakan adalah analisis overlay antarapeta kemampuan lahan dan peta kesesuaian lahan, dengan peta pola ruang, serta metode matching untuk memberikan arahan jenis komoditas perkebunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 18,54% dari total luas wilayah dengan peruntukan kawasan perkebunan merupakan lahan yang cocok untuk pertanian (kelas I dan kelas II). Sebagian besar (79,75%) merupakan wilayah yang dapat dipertimbangkan untuk berbagai pemanfaatan lainnya. Kawasan yang merupakan lahan prioritas (35,78%) lebih sedikit jika dibandingkan dengan kawasan yang merupakan lahan potensial (44,25 %). Selebihnya merupakan lahan alternatif (19,67%). Jenis komoditas yang dapat dikembangkan di semua kecamatan adalah tembakau dan jambu mete, sedangkan komoditas perkebunan kakao hanya terbatas di satu kecamatan.Kata kunci: peruntukan ruang, kesesuaian dan kemampuan lahan, sistem lahanABSTRACTOne of the main economic problems in agricultural sector is low production and productivity of plantation crops. Spatial Planning document developed by Lombok Tengah District have accommodate plantation area allocation, but have not shown the suitability of location and plantation commodity. This research aimed to analysis land capability and suitability of the plantation area shown in Spatial Planning Map, as well as providing appropriate referrals commodities based on land suitability. This research used overlay and matching method. Parameters considered are land suitability, land capability and spatial pattern. Land suitability and capability information were derived from Land System Map. Land suitability and capability information were overlaid and matched with the spatial pattern to get plantation commodity allocation. The result show 18.54% of total area allocated for plantation area is suitable for agricultural area (class 1 and 2). Most of that (79.75%) is the area which considered for other uses. Priority land plantation is less (35.75%) compared with the plantation area as a potential land (44.25%). The rest is an alternative land (19.67%). Plantation commodities types that can be developed in all districts are tobacco and cashew nut. While the commodities limited for certain district is cocoa.Keywords: spatial allocation, land suitability and capability, land system
NERACA DAN VALUASI EKONOMI HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN POHUWATO, PROVINSI GORONTALO Nahib, Irmadi; Sudarmadji, Bambang Wahyu
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 12, No 1 (2010)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1410.181 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2010.12-1.114

Abstract

Penelitian ini berdasarkan pendekatan teori ekonomi, untuk mengkuantifikasi nilaiekonomi sumber daya hutan mangrove menggunakan citra penginderaan jauh dan sistem informasi geografi untuk menganalisa dan menampilkan secara keruangan luas dan nilai ekonomi. Tujuan penelitia ini adalah untuk mengetahui tingkat kerusakan sumberdaya hutan mangrove dan nilai ekonomisnya. Untuk mengevaluasi luas hutan mangrove diturunkan dari citra Landsat dan ALOS yang mempunyai perbedaan waktu dan masing-masing citra dikelaskan. Citra landsat digunakan untuk data awal dan citra ALOS sebagai data akhir. Hasil klasifikasi kemudian dikonversi dalam format shapefile dan diolah dengan program SIG untuk menghasilkan peta neraca. Nilai ekonomi sumberdaya hutan didapatkan dari surveivaluasi ekonomi. Nilai-nilai ekonomi dihubungkan dengan peta neraca dan menjadi peta nilai ekonomi hutan mangrove. Hasil penelitian menunjukkan laju degradasi hutan mangrove sebesar 2.324 hektar selama 12 tahun, sedangkan nilai ekonomi total dari hutan mangrove di Kabupaten Pohowato yang meliputi hutan mangrove 6.864 ha dan tambak 5.139 ha sebesar Rp 141 milyar /tahun.Kata Kunci : Hutan Mangrove, Nilai Ekonomi, DegradasiABSTRACTThis research applies the economic theory for quantifying the economic value ofmangrove forest resource, using remote sensing image and geographic information system to analyze and visualize spatial values. The aims of the research were to know the level of degradation of mangrove forest resources and its economic value. To evaluate the area of mangrove forest resource, Landsat and ALOS images from different time were used and classified them respectively. Landsat image was assigned as initial date and ALOS as end date. The classification of the images was converted to shapefile and processed with GIS to make the change/balance map. The economic value of the mangrove forest resource was derived from economic valuation study or survey. The economic value then was connected with the balance map and become mangrove forest economic value balance map. Results showed level of degradation of mangrove forest resources of 2,324 hectare during 12 years, meanwhile the total economic value of the mangrove forest in Pohowato covering 6.864 ha of mangrove forest and 5,139 ha of fishpond amountsto Rp141 billion/year.Keywords : Mangrove Forest, Economic Value, Degradation
PEMANFAATAN DATA INDERAJA UNTUK PENDUGAAN DEGRADASI SUMBERDAYA TERUMBU KARANG DI KABUPATEN POHUWATO, PROVINSI GORONTALO Nahib, Irmadi
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 12, No 2 (2010)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (704.815 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2010.12-2.129

Abstract

Salah satu wilayah yang mempunyai jumlah pulau-pulau kecil dengan potensi yang cukup kaya adalah Perairan Teluk Tomini. Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo merupakan salahsatu wilayah yang termasuk dalam wilayah Perairan Teluk Tomini. Monitoring sumberdaya terumbu karang dilakukan dengan cara pemetaan neraca, yang pada dasarnya adalah memetakan kondisi awal dan akhir sehingga diketahui tingkat degradasi atau perubahannya. Pemetaan neraca ini dilakukan dengan analisa berdasarkan hasil interpretasi citra satelit menggunakan data 2 waktu (time series) yaitu Citra Landsat tahun 2000 dan Citra ALOS AVNIR 1-B tahun 2007 dengan cek lapangan tahun 2008. Berdasarkan degradasi sumberdaya terumbu karang maka prediksi nilai ekonominya dapat diproyeksikan. Nilai ekonomi yang digunakan adalah Total Economic Value (TEV). Berdasarkan analisa neraca maka dapat dilihat perubahan yang terjadi selama 8 tahun yaitu karang seluas 1.615,91 ha tidak mengalami perubahan, 396,65 ha berubah menjadi lamun, dan 185,23 ha berubah menjadi pasir. Sedangkan nilai ekonomi total dari ekosistem terumbu karang di wilayah Kabupaten Pohuwato sebesar Rp 164.217.923,33/ha/tahun.Kata kunci: Terumbu Karang, Neraca Sumberdaya Alam, Degradasi, Nilai Ekonomi ABSTRACTOne of regions that has a number of small islands with a rich enough potential is Tomini Bay. Pohuwato Regency, Gorontalo Province is one of the areas included in the Tomini Bay. Coral reef resources monitoring was held by mapping the balance sheet, which is basically to map the beginning and end of the condition to know the degradation rates or changes of the coral reef. Mapping the balance sheet based on analysis of satellite imagery interpretation results using two time data (time series), e.i. the year 2000 Landsat image and the image of ALOS AVNIR 1-B in the year 2007 with a field check in 2008. Based on the degradation of coral reef resources, the prediction of the economic value can be projected. Economic value used in this research is the Total Economic Value (TEV). Based on the analysis, the changes that occur during the 8 years are, an area of 1615.91 ha coral reef has not changed, changed to 396.65 ha seagrass, and 185.23 ha turned into sand. While the total economic value of coral reef ecosystems in the region Pohuwato District 164,217,923.33 Rp/ha/year.Keywords: Coral Reef, Natural Resources Accounting, Degradation, Economic Value
PERUBAHAN SOSIAL PADA KEHIDUPAN SUKU BAJO: Studi Kasus Di Kepulauan Wakatobi, Sulawesi Tenggara Suryanegara, Ellen; suprajaka, Suprajaka; Nahib, Irmadi
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 17, No 1 (2015)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (790.809 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2015.17-1.230

Abstract

Selama berabad-abad, suku Bajo tinggal di atas perahu dan hidup bebas di lautan luas sehingga mereka dikenal sebagai pengembara laut (sea nomads). Perkembangan zaman membuat suku Bajo yang sebelumnya hidup nomaden menjadi tinggal menetap di wilayah pesisir dan laut sekitar. Salah satu populasi terbesar suku Bajo yang telah menetap terletak di Kepulauan Wakatobi dengan jumlah penduduk suku Bajo lebih dari 10.000 jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan sosial yang terjadi pada suku Bajo yang mulanya hidup berpindah (nomaden) menjadi menetap di suatu wilayah. Dilihat pula faktor pendorong perubahan tersebut dan dampak dari perubahan sosial tersebut terhadap kehidupan masyarakat Bajo yang telah bermukim. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan analisis data menggunakan studi kasus di Kepulauan Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 dengan jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder dan primer. Hasil penelitian menunjukkan perubahan sosial pada masyarakat Bajo yang telah tinggal menetap yaitu terjadinya perubahan pola perilaku masyarakat, interaksi sosial, nilai yang dianut masyarakat, organisasi sosial dan susunan lembaga kemasyarakatan, serta perubahan lapisan sosial dalam masyarakat. Faktor yang mendorong suku Bajo untuk menetap di Kepulauan Wakatobi antara lain penurunan potensi sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup, persediaan kayu untuk perahu yang semakin langka, didorong dengan adanya program pemerintah, serta adanya pengaruh kebudayaan dari masyarakat daratan. Dampak positif yang muncul akibat perubahan sosial tersebut yaitu munculnya kesadaran pendidikan, terciptanya lapangan pekerjaan baru, meningkatnya taraf hidup, dan modernisasi sistem perikanan. Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan yaitu semakin berkurangnya eksistensi adat istiadat, reorientasi pandangan hidup, serta mulai munculnya pola hidup konsumtif.Kata kunci: perubahan sosial, suku pengembara laut, Bajo, WakatobiABSTRACTFor centuries, Bajo tribe lived freely on boats in the ocean. They were known as the sea nomads. Nowadays, Bajo tribe who previously lived a nomadic life became settled at the coastal areas. One of the largest populations of Bajo tribe in Indonesia who had been settled located in Wakatobi islands with more than 10,000 inhabitants. This study aims to describe the social changes that occurred in the Bajo tribe who originally lived a nomadic life became settled in a certain area. This study also looks for the driving factors of these changes and the impact of social changes that occurred on Bajo tribe. This study is a qualitative research with data analysis using case studies in Wakatobi, Southeast Sulawesi. The study was conducted in 2015 with the type of data collected was secondary and primary data. The result showed that there were social changes in Bajo society who have permanent residence, such as changes in society behavior patterns, social interaction, society values, social organization, social institutions, and changes in social strata of the society. Driving factors that encourage Bajo tribe to settle down in Wakatobi are because of the economic demands, decreasing wood supplies for boat, government program, and get influenced by the landlubber. The social change has also positive and negative impacts, such as the rise of awareness for formal education, the emergence of new jobs, increasing standard of living, modernization of fisheries system, reduced the customs existence, reorientation on life, and the escalation of consumptive lifestyleKeywords: social change, sea noma, Bajo, Wakatobi
ANALISIS SPASIAL SUMBER DAYA HUTAN KABUPATEN TOLI-TOLI Nahib, Irmadi
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 16, No 2 (2014)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (655.584 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2014.16-2.64

Abstract

ABSTRAKHutan merupakan sumber daya alam yang sangat penting dan bermanfaat bagi kehidupan baik secara langsung maupun tidak langsung. Hutan memiliki berbagai fungsi ekologis. Pemanfaatan sumber daya hutan yang dilakukan akan memberikan manfaat yang lebih besar. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk menganalisis dinamika sumber daya hutan adalah metode neraca sumber daya hutan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta Penutupan dan Penggunaan Lahan tahun 2000, 2006 dan 2011. Analisis dilakukan dengan pendekatan sistem informasi geografis. Penelitian ini bertujuan mengetahui deforestasi sumber daya hutan dan mengetahui perubahan stok karbon yang terjadi akibat dampak dari perubahan penutupan lahan. Hasil analisis menunjukkan bahwa laju penyusutan hutan periode 2000-2011 di Kabupaten Toli-Toli sebesar 19.016 ha atau sekitar 1.729 ha/tahun. Dampak dari perubahan penutupan hutan mengakibatkan penurunan cadangan karbon 3.405,86 Mton atau setara dengan emisi karbon sebesar 3.423,47 Mton. Kerugian ekonomi yang terjadi sebesar US$ 1.100,708 juta atau Rp. 13.208,50 milyar. Hasil analisis valuasi ekonomi konversi hutan menjadi perkebunan sawit diperoleh nilai bersih kini dengan Net Present Value (NPV) sebesar minus US$ 269,65 4 juta yang berarti investasi tidak layak.Kata Kunci: sumber daya hutan, valuasi ekonomi, stok karbon, dinamika spasialABSTRACTForest is a natural resource that is very important and beneficial for the livelihood either directly or indirectly. Forest have a variety of ecological functions. The utilization of natural resources (forests) should be done if would provide greater benefits than the condition of natural resources. One of the functions of forests is to maintain the amount of stored carbon (carbon stocks). The dynamics of forest area changes into non-forest land resulted in reduced forest functions as a provider of environmental services. One of the methods that can be used to analyze the dynamics of forest resources is of forest resources balance method. The data used in this study is the Land cover and Land Use Map (2000,2006 and 2011). The analysis was performed using geographic information system analysis. This study aims to determine the deforestation of forest resources during the period of 2000 to 2011 and determine the changes on carbon stock caused by the impact of land cover change. The results showed the rate of forest deforestation during the period of 2000-2001 at Toli-Toli of 19,016 ha or about 1,729 ha per year. The impact of the changes in the forest cover resulted in the decrease of carbon stocks by 3,405.86 Mtons, equivalent to 3,423,47 Mtons of carbon emissions. Economic losses accounted at US$ 1,100.708 million or Rp.13,208.50billion. The results of the analysis of economic valuation of forest conversion to oil palm plantations, net present value (Net Present Value, NPV) was of minus 4US$ 269.65 million which means that the investment is not feasible.Keywords: forest resources, economic valuation, carbon stock, spatial dynamic