Nani Indraswati
Unknown Affiliation

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

EKSTRAKSI SENYAWA FENOLIK DAUN SIRIH UNTUK ANTIOKSIDAN DAN ANTIBAKTERI DENGAN BANTUAN ULTRASONIKASI Amelia Rahardio; Felicia Salim; Nani Indraswati; Aning Ayucitra
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol. 11 No. 6 (2013)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/

Abstract

Daun sirih mengandung senyawa fenolik yang dapat digunakan sebagai bahan antioksidan dan antibakteri. Dalam penelitian ini daun sirih diekstraksi untuk mendapatkan senyawa fenoliknya dengan bantuan ultrasonikasi (ultrasound-assisted extraction/UAE). Tujuan penelitian ini adalah menentukan perolehan dan kandungan fenolik total (TPC) ekstrak daun sirih pada proses ekstraksi dengan bantuan ultrasonikasi untuk berbagai variasi konsentrasi etanol dan perbandingan padatan/pelarut. Kapasitas antioksidan (IC50) serta aktivitas antibakteri pada ekstrak daun sirih untuk ekstrak dengan perolehan fenolik terbesar juga dipelajari. Daun sirih terlebih dahulu dicuci, dikeringkan, dan dikecilkan ukurannya hingga menjadi serbuk, lalu diekstraksi dengan bantuan ultrasonikasi. Setelah ekstraksi, dilakukan analisis perolehan dan TPC pada filtrat. TPC dinyatakan dalam mg ekuivalen asam galat (GAE)/mL ekstrak. Filtrat dengan nilai TPC tertinggi untuk setiap konsentrasi etanol dievaporasi dan dikeringkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi etanol dan perbandingan padatan/pelarut, maka perolehan fenolik yang dihasilkan juga semakin besar. Pelarut etanol 96% dan perbandingan padatan/pelarut 1/20 menghasilkan perolehan fenolik terbesar (263,3 mg GAE/g daun sirih) dengan kualitas ekstrak terbaik yaitu TPC sebesar 219,2 mg GAE/g ekstrak, IC50 sebesar 0,51 mg ekstrak/mL etanol, dan memiliki daya hambat bakteri terbesar. Kata kunci: daun sirih, ekstraksi, ultrasonikasi, antioksidan, antibakteri Abstract ULTRASOUND-ASSISTED EXTRACTION OF PHENOLIC COMPUNDS FROM BETEL LEAF AS ANTIOXIDANT AND ANTIBACTERIAL. Betel leaf contains phenolic compounds that may be used as antioxidant and antibacterial. In this study, betel leaves were extracted to obtain its phenolic compounds by using ultrasound assisted extraction method. The purpose of this study was to determine the effect of ethanol concentration as solvent and solid to liquid solvent ratio to the yield and Total Phenolic Content (TPC) of extracts. Antioxidant (IC50) and antibacterial activity of extracts were also studied using DPPH and disk diffusion method, respectively. After extraction, the filtrate was analysed its yield and TPC. TPC was expressed as mg Gallic Acid Equivalent/mL extract (mg GAE/mL extract). Filtrates with the highest TPC for every ethanol concentration were dried to obtain extract powder. In this study, the greater concentration of ethanol and solid to liquid ratio, the yield of phenolic produced was even greater. Ethanol concentration of 96% and solid to liquid ratio of 1:20 produced the largest phenolic yield (263.3 mg GAE/g of betel leaves) and the best quality of extract had TPC of 219.2 mg GAE/g extract and IC50 value of 0.51 mg extract/mL ethanol, and showed the highest antibacterial activity. Keywords: betel leaves, extraction, ultrasound assisted extraction, antioxidant, antibacterial
Pemanfaatan Umbi Gadung Sebagai Bahan Baku Perekat Linda Rusli; Chindy Amelia; Felycia Edi Soetaredjo; Nani Indraswati
Widya Teknik Vol. 6 No. 1 (2007)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/wt.v6i1.1228

Abstract

Dalam industri perekat, polimer sintetik banyak digunakan sebagai bahan dasar perekat. Walaupun karakteristik perekat dari polimer sintetik dalam berbagai hal lebih unggul daripada pati, tetapi masih banyak pertimbangan untuk tetap menggunakan bahan perekat yang berbahan dasar pati. Pati sebagai produk alami mudah diperbaharui, dapat didegradasi, tidak beracun dan ramah lingkungan. Oleh sebab itu, dalam beberapa kasus pati dapat menggantikan bahan perekat sintetik, misalnya pada kemasan produk makanan. Tujuan penelitian adalah mempelajari pengaruh jumlah air, NaOH dan ZnCl2 terhadap viskositas perekat dan jenis substrat terhadap daya rekat dari produk perekat. Pembuatan perekat dilakukan dengan memanaskan campuran pati, ZnCl2 dan air kemudian ditambahkan NaOH dan formaldehid dan diaduk. Selanjutnya dilakukan uji perekat yang meliputi viskositas, tack dan kekuatan tarik pada substrat kertas-kertas, kertas-karton, dan kertas-gelas. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa: 1) Semakin banyak jumlah air, maka viskositas perekat semakin encer; 2) Pengaruh jumlah NaOH dan ZnCl2 terhadap viskositas tidak menunjukkan pola yang konsisten; 3) Tack untuk substrat kertas-kertas lebih besar dibandingkan kertas-karton dan kertas-gelas. Tack untuk substrat kertas-karton dan kertas-gelas hampir sama nilainya; 4) Kekuatan tarik perekat untuk substrat kertas-kertas > kertas karton > kertas-gelas.
Pengaruh Suhu Pemasakan dan Laju Penambahan Air Terhadap Distribusi Waktu Tinggal Permen Jelly Dalam Single Screw Extruder Youngky Siswanto; Evy Suryaningsih; Nani Indraswati; Felycia Edi Soetaredjo
Widya Teknik Vol. 6 No. 1 (2007)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/wt.v6i1.1230

Abstract

Dari berbagai jenis permen yang beredar di pasaran saat ini terdapat produk jenis permen yang khas dan menarik, yaitu jenis permen jelly. Permen jelly mempunyai tekstur yang unik yaitu kenyal dan bisa dibentuk menjadi berbagai model yang disukai oleh konsumen. Proses pembuatan permen jelly yang banyak diterapkan selama ini adalah proses batch. Namun, proses batch ini mempunyai banyak kelemahan sehingga digunakan proses yang lebih efisien yaitu proses kontinyu dengan cara ekstrusi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh suhu dan penambahan air terhadap distribusi waktu tinggal permen jelly dalam single screw extruder serta menghitung waktu tinggal rata-rata permen jelly di dalam ekstruder. Pada penelitian digunakan tracer untuk mengukur distribusi waktu tinggal permen jelly dalam ekstruder yang berkaitan dengan tingkat pencampuran dan kualitas produk. Penelitian dilakukan dengan variasi laju alir air dan variasi set suhu pemasakan. Variasi laju alir air yang digunakan adalah 1,38; 1,57; 2,22; dan 3,32 ml/s. Variasi set suhu pemasakan yang digunakan yaitu 50;80;80;50oC (set A), 60;100;100;70oC (set B), 60;110;110;70oC (set C) dan 70;120;120;80oC (set D). Dari hasil penelitian dengan variasi suhu pemasakan dan penambahan laju alir air yang semakin besar menyebabkan distribusi waktu tinggal permen jelly semakin menyebar serta waktu tinggal rata-rata permen jelly dalam alat semakin besar.
Pengambilan Minyak Kemiri dengan Cara Pengepresan dan Dilanjutkan Ekstrasi Cake Oil Ferek Estrada; Ruben Gusmao; . Mudjijati; Nani Indraswati
Widya Teknik Vol. 6 No. 2 (2007)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/wt.v6i2.1239

Abstract

Biji kemiri memiliki kandungan minyak cukup tinggi yaitu sekitar 57–69 %. Hampir semua bagian dari pohon kemiri yakni dari akar, batang, kulit dan daunnya memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia antara lain di bidang farmasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh tekanan pengepresan dan suhu terhadap yield pengepresan dan kualitas minyak. Selain itu juga dipelajari pengaruh rasio massa cake oil/volume n-heksan terhadap yield minyak kemiri pada proses ekstraksi cake oil. Metode penelitian; kulit biji kemiri dipecahkan secara manual, selanjutnya biji kemiri dijemur sampai kering kemudian dipotong-potong sampai berukuran sekitar 1 mm. Setelah itu biji kemiri dianalisis sifat-sifat fisisnya. Biji kemiri sebanyak 200 gram dipress pada suhu berkisar 30-70C dan tekanan berkisar 2000–6000 psi. Kemudian cake oil yang memberikan yield terbesar ditimbang dan diekstraksi dengan pelarutn-heksan. Minyak hasil ekstraksi tersebut dicampur dengan minyak hasil pengepresan. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa yield minyak meningkat dengan bertambahnya tekanan, sedangkan kualitas minyak tidak dipengaruhi oleh tekanan. Yield minyak meningkat seiring dengan meningkatnya rasio antara cake oil/volume n-heksan sampai batas tertentu, kemudian menurun pada proses ekstraksi. Yield minyak terbesar dihasilkan pada pengepresan dengan tekanan 6000 psi dan suhu 30ºC serta ekstraksi cake oil dengan rasio 25 g biji kemiri/100 ml solven.
Pengaruh Pasteurisasi Terhadap Kualitas Jus Jeruk Pacitan Hellen Retno Kusuma; Tita Ingewati; Nani Indraswati; . Martina
Widya Teknik Vol. 6 No. 2 (2007)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/wt.v6i2.1241

Abstract

Jeruk Pacitan adalah salah satu hasil perkebunan asli Indonesia dan menjadi hasil unggulan daerah Pacitan. Jeruk Pacitan mempunyai rasa yang manis, kandungan air yang banyak, dan memiliki kandungan vitamin C yang tinggi sehingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat terutama anak– anak. Jeruk dapat dikonsumsi dalam bentuk jus. Pada pembuatan jus jeruk dalam kemasan terlebih dahulu dilakukan pasteurisasi sebelum dikemas untuk mematikan mikroba dan menginaktifkan enzim–enzim yang menyebabkan reaksi pencoklatan. Tujuan penelitian ini yaitu mempelajari pengaruh suhu dan waktu pemanasan pada proses pasteurisasi jus jeruk Pacitan serta menentukan kondisi terbaik agar didapatkan jus jeruk dengan jumlah mikroba sesuai SNI (
Ekstraksi Minyak Kulit Jeruk Dengan Metode Distilasi, Pengepresan dan Leaching Adityo Kurniawan; Chandra Kurniawan; Nani Indraswati; . Mudjijati
Widya Teknik Vol. 7 No. 1 (2008)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/wt.v7i1.1257

Abstract

Minyak atsiri adalah senyawa yang mudah menguap yang tidak larut dalam air. Minyak atsiri merupakan ekstrak alami dari tanaman, baik yang berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian, ataupun kulit buah. Salah satu jenis minyak atsiri yang dapat diproduksi di Indonesia adalah minyak kulit jeruk. Mengingat bahwa jeruk merupakan salah satu buah-buahan tropis andalan yang dihasilkan di Indonesia dan banyaknya industri minuman yang menggunakan buah jeruk sebagai bahan baku, maka limbah jeruk yang dihasilkan jumlahnya cukup banyak. Dalam penelitian ini dipelajari tentang produksi minyak kulit jeruk dengan berbagai macam metode untuk menghasilkan minyak kulit jeruk dengan kualitas yang baik dan yield yang paling tinggi. Tujuan dari peneliitan ini adalah mempelajari kualitas dan yield minyak kulit jeruk yang dihasilkan dari metode distilasi, pengepresan, dan leaching. Penelitian dilakukan dengan 3 metode yaitu distilasi, pengepresan, dan leaching. Untuk tahap pengepresan, variasi yang dilakukan adalah variasi tekanan yang berkisar dari 2.000 sampai 7.000 psia. Untuk tahap leaching variasi yang dilakukan adalah volume pelarut yaitu berkisar dari 200 sampai 500 mL untuk tiap 100 gram kulit jeruk. Dari hasil penelitian didapat yield minyak kulit jeruk terbesar adalah dengan metode leaching dengan volume solvent 500 mL/100 gram kulit jeruk, dan kualitas terbaik adalah dengan metode distilasi.
Bleaching Vacuum Minyak Biji Kapuk David Rio; Hengkie Dwiputra; Yohanes Sudaryanto; Nani Indraswati
Widya Teknik Vol. 8 No. 1 (2009)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/wt.v8i1.1283

Abstract

Minyak biji kapuk sebelum digunakan sebagai minyak pangan perlu dibleaching terlebih dahulu. Bleaching dilakukan dengan menggunakan campuran adsorben activated carbon (AC) dan activated bentonit (AB) dalam kondisi vacuum atau bebas udara. Hal ini dikarenakan dalam kondisi vacuum dapat diminimalisasi terbentuknya peroksida yang berasal dari reaksi antara oksigen dengan asam lemak tak jenuh. Sebelum dilakukan proses bleaching, terhadap minyak dilakukan proses degumming terlebih dahulu menggunakan asam fosfat (H3PO4) 60% sebanyak 0,2% berat minyak dan diaduk selama 30 menit pada suhu konstan 90oC. Proses bleaching dilakukan dengan memanaskan minyak hasil degumming pada suhu tertentu (50, 60, 70, 80, 90oC). Setelah itu, adsorben dengan variasi rasio massa antara activated carbon (AC) dan activated bentonite (AB) sebesar 0% AC(100% AB), 5%AC, 10%AC, 15%AC, 20%AC, dan 100% AC) dimasukkan ke dalam minyak sambil dipanaskan dan diaduk selama 30 menit. Proses bleaching dilakukan dengan kondisi vacuum. Setelah penyaringan, dilakukan analisa warna, FFA dan PV. Dari penelitian didapatkan kondisi proses terbaik, yaitu suhu dan rasio massa karbon aktif-bentonit yang menghasilkan minyak dengan kualitas terbaik, yaitu suhu 70oC dan rasio adsorben 0%AC (100%AB). Pada kondisi ini minyak memiliki grade warna Y=10, grade warna R=2,4 , kadar FFA= 8,153 % dan PV= 7 meq/kg minyak.
Ekstrasi Kafeina dari Serbuk Kopi Java Robusta dengan Pelarut Minyak Jagung Dimas Rizky Widagdyo; Velina Agustien Budiman; . Aylianawati; Nani Indraswati
Widya Teknik Vol. 12 No. 1 (2013)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/wt.v12i1.1438

Abstract

Kopi menjadi salah satu minuman yang sangat digemari oleh masyarakat baik kalangan muda maupun dewasa. Kopi Java Robusta merupakan salah satu jenis kopi lokal yang mempunyai kadar kafeina tertinggi yang memiliki dampak negatif bagi konsumen. Untuk mengurangi dampak negatif tersebut, maka dibutuhkan cara untuk mengurangi kadar kafeina yaitu dengan cara ekstraksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh waktu ekstraksi dan perbandingan massa serbuk kopi dengan pelarut minyak jagung terhadap jumlah kafeina terekstrak dan kondisi proses ekstraksi. Selain itu juga untuk membandingkan kadar kafeina pada serbuk kopi setelah ekstraksi dengan produk kopi dekafeinasi komersial. Proses ekstraksi dilakukan pada suhu 100oC dengan variasi perbandingan massa serbuk kopi dengan pelarut minyak jagung dan waktu ekstraksi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin besar perbandingan massa serbuk kopi dengan volume pelarut minyak jagung dan semakin lama waktu ekstraksi, semakin banyak kafeina yang terekstrak. Kondisi maksimum proses ekstraksi didapatkan pada perbandingan 1:15 g/mL dan waktu ekstraksi 90 menit dengan % kafeina terekstrak sebesar 41,33%.
Pembuatan Sabun dengan Lidah Buaya (Aloe Vera) sebagai Antiseptik Alami Arwinda Gusviputri; Njoo Meliana P. S.; . Aylianawati; Nani Indraswati
Widya Teknik Vol. 12 No. 1 (2013)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/wt.v12i1.1439

Abstract

Dewasa ini masyarakat semakin memperhatikan kebersihan diri dikarenakan banyak penyakit yang ditimbulkan akibat bakteri maupun kuman. Salah satu sarana untuk membersihkan diri adalah sabun. Bentuk sabun yang saat ini diminati oleh masyarakat adalah sabun kertas karena praktis dan mudah digunakan. Biasanya dalam sabun ditambahkan zat aktif seperti triclosan untuk membunuh bakteri, namun triclosan berdampak negatif bagi tubuh. Lidah buaya mengandung saponin yang berfungsi sebagai antibakteri alami. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi proses terbaik menggunakan minyak kelapa dan minyak jagung; variasi jumlah NaOH; dan variasi jumlah lidah buaya yang menghasilkan sabun dengan daya antiseptik terbaik untuk kemudian dibuat menjadi sabun kertas. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pada uji lempeng total, tangan yang telah diolesi dengan lidah buaya memiliki bakteri lebih sedikit dibandingkan dengan tangan yang tidak diolesi dengan lidah buaya. Hal ini membuktikan bahwa lidah buaya memiliki kemampuan antiseptik untuk menggantikan triclosan. Tetapi sabun dengan lidah buaya memiliki kemampuan lebih baik dalam membunuh bakteri. Sabun dengan hasil terbaik ditentukan dengan membandingkan sabun hasil penelitian dengan sabun komersial. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sabun dari minyak kelapa dengan jumlah NaOH 8 gram dan lidah buaya 20 mL merupakan sabun yang memiliki karakteristik sabun yang sesuai dengan standar dan memiliki jumlah bakteri paling sedikit.