Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Adsorpsi zat organik nitrobenzene dari larutan dengan menggunakan bubuk daun intaran Wijaya, Yentaria Juli; Rinita, R; Soetaredjo, Felycia Edi; Ismadji, Suryadi
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 7, No 3 (2008)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2008.7.3.5

Abstract

Nitrobenzene is one of organic compound that usually contained in industrial wastewater, which is toxic. Nitrobenzene can be found in the chemical and pesticides industry. Nitrobenzene, which also known as nitrobenzol, is dangerous organic chemical for organism because can cause death. Organic waste in aqueous solution are usually removed by adsorption. In the adsorption process, adsorbent that usually used are carbon active and organic adsorbent. Neem leaf one of organic adsorbent that effective used in the adsorption process because it has a low cost dan easy to get. In this adsorption process, neem leaf used as a adsorbent. Neem leaf powder characterization with Boehm’s titration and proxymate analysis, which contain moisture content, water content, carbon, and volatile matter. Isoterm adsorption process of  nitrobenzene is appropriated with Freundlich equation and Langmuir equation. And the result of kinetic adsorption is appropriated with pseudo first order and pseudo second order. From the experimenal result, it can be seen that adsorption of nitrobenzene by neem leaf powder is using Langmuir equation in isoterm adsorption and follow pseudo first order in kinetic adsorption.Keywords : Adsorption, neem leaf powder, nitrobenzeneAbstrakNitrobenzene merupakan salah satu zat organik yang biasanya terkandung dalam limbah industri dimana Nitrobenzene sangat sulit diolah sebelum dibuang karena sifatnya yang sangat kompleks. Limbah yang mengandung nitrobenzene ini dapat ditemukan pada industri pestisida, sabun, dan farmasi. Nitrobenzene yang juga disebut nitrobenzol, merupakan bahan kimia organik yang berbahaya bagi mahluk hidup karena dapat menyebabkan kematian. Adsorpsi adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi limbah nitrobenzene ini. Dalam proses adsorpsi, bahan penyerap yang umum digunakan adalah karbon aktif dan bahan penyerap organik. Daun intaran merupakan salah satu dari bahan penyerap organik yang efektif digunakan dalam proses adsorpsi karena biayanya yang murah dan mudah didapat. Pada penelitian ini, daun intaran digunakan untuk menyerap zat organik nitrobenzene. Karakterisasi bubuk daun intaran sendiri dilakukan dengan titrasi Boehm dan analisa proximat yang meliputi kandungan abu, air, karbon, dan volatile matter. Proses isoterm adsorpsi nitrobenzene ini disesuaikan dengan persamaan Freundlich dan persamaan Langmuir, sedangkan hasil kinetika adsorpsi disesuaikan dengan menggunakan pseudo first order dan pseudo second order. Dari hasil percobaan, didapatkan hasil bahwa proses adsorpsi nitrobenzene dengan menggunakan bubuk daun intaran ini mengikuti persamaan Langmuir pada isoterm adsorpsinya dan mengikuti persamaan pseudo first order pada kinetika adsorpsinya.Kata Kunci : Adsorpsi, bubuk daun intaran, nitrobenzene
Pseudoternary Phase Diagram and Antibacterial Activity of Microemulsion-Based Citronella Oil Gunarto, Chintya; Go, Alchris Woo; Angkawijaya, Artik Elisa; Lie, Jenni; Soetaredjo, Felycia Edi; Ismadji, Suryadi; Puspitasari, Nathania; Putro, Jindrayani Nyoo; Risdian, Chandra
Indonesian Journal of Chemistry Vol 24, No 3 (2024)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/ijc.93250

Abstract

Citronella oil (CTO) is extracted from citronella leaves by maceration or steam distillation process, which has antibacterial and insect-repellent activities. However, the use of CTO is limited and requires modification in other formulations, such as microemulsion (ME), to increase its bioactivities. ME consists of oil, water, surfactant and/or cosurfactant and is commonly applied in food and beverages, cosmetics, and carrier for drug delivery applications. CTO was used as the oil phase for ME with nonionic surfactant and ethanol as a cosurfactant for lowering interfacial tension between oil and water phase. Subsequent observations regarding stability and antibacterial tests were carried out on ME formulations with surfactant/cosurfactant mixture of 2 due to its largest ME area. A hydrodynamic diameter analysis was also carried out to see the stability of the ME within a period of 50 d. ME with 10% CTO, 30% surfactant mixture, and 60% water showed the best formulation observed from the consistent hydrodynamic diameter measurement. In addition, ME with different formulations could inhibit the growth of Escherichia coli and Staphylococcus aureus by more than 90%. From this research, CTO-based ME potentially improve and develop drug carrier applications, especially via topical route.
Optimum and Green Fabrication of MIL-100(Fe) for Crystal Violet Dye Removal from Aqueous Solution Wijaya, Christian Julius; Soetaredjo, Felycia Edi; Yuliana, Maria; Santoso, Shella Permatasari; Hartono, Sandy Budi; Irawaty, Wenny; Lie, Jenni; Putro, Jindrayani Nyoo; Gunarto, Chintya; Puspitasari, Nathania; Ismadji, Suryadi; Gunawan, Setiyo
Indonesian Journal of Chemistry Vol 24, No 5 (2024)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/ijc.93323

Abstract

MIL-100(Fe) was prepared and subsequently used to remove crystal violet dye from aqueous solutions simulating dye-containing wastewater in the environment. In the future, it is aimed that MIL-100(Fe) can be used in managing dye-containing wastewater in the environment and reducing the negative impacts it can cause. Here, MIL-100(Fe) fabrication needs to be optimized to obtain optimum process conditions, which are environmentally friendly and can produce MIL-100(Fe) with the best characteristics. This study focused on optimizing the fabrication of MIL-100(Fe), which is a type of MOF with good chemical stability, thermal stability, and flexible structure. In this study, the room-temperature fabrication of MIL-100(Fe) was established using a ligand-to-metal molar ratio of 0.95 and an acetic acid concentration of 5.1 vol% for 6.2 h. The optimum MIL-100(Fe) was tested for crystal violet removal and provided an optimum removal capacity of 182.66 ± 3.81 mg/g. Statistical approaches are used to investigate the independent parameters and their interactions contributing to MIL-100(Fe) formation.
Ekstraksi Pektin Dari Berbagai Macam Kulit Jeruk Irene Perina; . Satiruiani; Felycia Edi Soetaredjo; Herman Hindarso
Widya Teknik Vol. 6 No. 1 (2007)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/wt.v6i1.1227

Abstract

Tanaman jeruk merupakan tanaman asli Indonesia dan hampir seluruh wilayah Indonesia dapat ditanami jeruk. Buah jeruk dapat dikonsumsi dalam bentuk buah segar ataupun hasil olahan. Limbah dari buah jeruk yang berupa kulit jeruk selain dapat dibuat manisan, juga dapat diekstrak pektinnya. Jeruk mempunyai kandungan pektin yang cukup tinggi, sekitar 30%. Pektin juga terdapat pada buah–buah lainnya seperti pisang, apel dan papaya. Pektin merupakan bahan aditif yang memiliki aplikasi luas pada industri makanan karena kemampuannya membentuk gel seperti untuk membuat jelly, se lai, desert dan sebagai penghalus tekstur. Selain itu, pektin juga dapat digunakan dalam bidang bakery fillings, yaitu pada penyiapan buah. Dalam bidang produksi susu, digunakan pada pengasaman susu dan minuman berprotein serta yogurt. Pektin dapat juga digunakan dalam bidang produk kesehatan dan farmasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan pelarut dan zat terlarut yang diperlukan untuk mendapatkan yield pektin dengan jumlah yang maksimum. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa yield pektin meningkat seiring dengan kenaik an kecepatan pengadukan dan besarnya perbandingan berat kulit jeruk:volume pelarut. Semua kulit jeruk termasuk kedalam golongan high metoksil pektin. Kadar metoksil dan kekuatan pembentukan gel Jeruk manis> Jeruk Lokam> Jeruk Shantang> Jeruk Nipis. Kadar abu pektin dari berbagai macam kulit jeruk memenuhi standar mutu kering pektin.
Pemanfaatan Umbi Gadung Sebagai Bahan Baku Perekat Linda Rusli; Chindy Amelia; Felycia Edi Soetaredjo; Nani Indraswati
Widya Teknik Vol. 6 No. 1 (2007)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/wt.v6i1.1228

Abstract

Dalam industri perekat, polimer sintetik banyak digunakan sebagai bahan dasar perekat. Walaupun karakteristik perekat dari polimer sintetik dalam berbagai hal lebih unggul daripada pati, tetapi masih banyak pertimbangan untuk tetap menggunakan bahan perekat yang berbahan dasar pati. Pati sebagai produk alami mudah diperbaharui, dapat didegradasi, tidak beracun dan ramah lingkungan. Oleh sebab itu, dalam beberapa kasus pati dapat menggantikan bahan perekat sintetik, misalnya pada kemasan produk makanan. Tujuan penelitian adalah mempelajari pengaruh jumlah air, NaOH dan ZnCl2 terhadap viskositas perekat dan jenis substrat terhadap daya rekat dari produk perekat. Pembuatan perekat dilakukan dengan memanaskan campuran pati, ZnCl2 dan air kemudian ditambahkan NaOH dan formaldehid dan diaduk. Selanjutnya dilakukan uji perekat yang meliputi viskositas, tack dan kekuatan tarik pada substrat kertas-kertas, kertas-karton, dan kertas-gelas. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa: 1) Semakin banyak jumlah air, maka viskositas perekat semakin encer; 2) Pengaruh jumlah NaOH dan ZnCl2 terhadap viskositas tidak menunjukkan pola yang konsisten; 3) Tack untuk substrat kertas-kertas lebih besar dibandingkan kertas-karton dan kertas-gelas. Tack untuk substrat kertas-karton dan kertas-gelas hampir sama nilainya; 4) Kekuatan tarik perekat untuk substrat kertas-kertas > kertas karton > kertas-gelas.
Pengaruh Suhu Pemasakan dan Laju Penambahan Air Terhadap Distribusi Waktu Tinggal Permen Jelly Dalam Single Screw Extruder Youngky Siswanto; Evy Suryaningsih; Nani Indraswati; Felycia Edi Soetaredjo
Widya Teknik Vol. 6 No. 1 (2007)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/wt.v6i1.1230

Abstract

Dari berbagai jenis permen yang beredar di pasaran saat ini terdapat produk jenis permen yang khas dan menarik, yaitu jenis permen jelly. Permen jelly mempunyai tekstur yang unik yaitu kenyal dan bisa dibentuk menjadi berbagai model yang disukai oleh konsumen. Proses pembuatan permen jelly yang banyak diterapkan selama ini adalah proses batch. Namun, proses batch ini mempunyai banyak kelemahan sehingga digunakan proses yang lebih efisien yaitu proses kontinyu dengan cara ekstrusi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh suhu dan penambahan air terhadap distribusi waktu tinggal permen jelly dalam single screw extruder serta menghitung waktu tinggal rata-rata permen jelly di dalam ekstruder. Pada penelitian digunakan tracer untuk mengukur distribusi waktu tinggal permen jelly dalam ekstruder yang berkaitan dengan tingkat pencampuran dan kualitas produk. Penelitian dilakukan dengan variasi laju alir air dan variasi set suhu pemasakan. Variasi laju alir air yang digunakan adalah 1,38; 1,57; 2,22; dan 3,32 ml/s. Variasi set suhu pemasakan yang digunakan yaitu 50;80;80;50oC (set A), 60;100;100;70oC (set B), 60;110;110;70oC (set C) dan 70;120;120;80oC (set D). Dari hasil penelitian dengan variasi suhu pemasakan dan penambahan laju alir air yang semakin besar menyebabkan distribusi waktu tinggal permen jelly semakin menyebar serta waktu tinggal rata-rata permen jelly dalam alat semakin besar.
Pengaruh Suhu dan Waktu Pemanasan terhadap Kandungan Vitamin A dan C Pada Proses Pembuatan Pasta Tomat Kang Tuan Hok; Wiwit Setyo; Wenny Irawaty; Felycia Edi Soetaredjo
Widya Teknik Vol. 6 No. 2 (2007)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/wt.v6i2.1237

Abstract

Buah tomat (Lycopersicum esculentum Mill) termasuk sayuran buah yang banyak disukai karena rasanya enak dan segar. Kualitas tomat dapat ditinjau dari rasa manis, asam, kekenyalan, dan jumlah air buah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari hubungan suhu dan waktu pemanasan terhadap kadar vitamin A dan C dan untuk mengetahui suhu pemanasan yang optimum serta mempelajari kinetika degradasi termal pada pembuatan pasta tomat. Metode penelitian ini sebagai berikut mula-mula tomat yang sudah diblender dipanaskan dengan suhu tertentu, tiap selang waktu tertentu sampel diambil untuk dianalisis kadar vitamin C, A dan kadar padatan terlarut. Selain itu juga dianalisis konsentrasi vitamin C dalam tomat. Analisis ini dilakukan dengan beberapa metode antara lain titrasi iodometri, dan analisis dengan spektrofotometer. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa: 1. semakin lama waktu pemanasan kadar padatan terlarut dalam pasta tomat semakin besar sehingga dan nilai kadar tersebut sesuai dengan SNI 01-3546-2004 yaitu minimum 24%. Untuk pengaruh suhu pemanasan yang semakin tinggi maka penurunan kadar vitamin C semakin besar, dan juga penurunan kadar vitamin A semakin besar akibat terdegradasi oleh panas; 2. reaksi degradasi termal vitamin C dalam pasta tomat mengikuti reaksi orde satu, sehingga diperoleh nilai ko dan E untuk reaksi tersebut adalah ko=0,6126 menit -1dan E=3.292,08 cal/mol.
Ekstraksi Minyak Atsiri dari Tanaman Sereh dengan Menggunakan Pelarut Metanol, Aseton, dan N-Heksana Fransiska Ariyani; Laurentia Eka Setiawan; Felycia Edi Soetaredjo
Widya Teknik Vol. 7 No. 2 (2008)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/wt.v7i2.1267

Abstract

Sereh (Cymbopogon winterianus) adalah salah satu tanaman rempah, biasa digunakan sebagai bumbu masakan, dan obat-obatan. Minyak sereh secara umum digunakan untuk pengusir nyamuk, akan tetapi dewasa ini minyak sereh juga dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan, misalnya: dapat meregangkan otot yang kaku, dan sebagai penambah nafsu makan. Minyak atsiri dari sereh dapat dihasilkan dengan berbagai metode misalnya ekstraksi. Keuntungan dari metode ini adalah tidak membutuhkan suhu yang tinggi, sehingga minyak tidak akan mudah rusak. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jenis pelarut, dan waktu ekstraksi terhadap yield minyak atsiri yang dihasilkan, mengetahui senyawa-senyawa/komponen kimia yang terdapat dalam minyak sereh, dan selain itu juga untuk mengetahui kadar air, kadar abu yang terdapat dalam tanaman sereh. Mula-mula sereh dikecilkan ukurannya menjadi sekitar ¼ x ¼ x ¼ cm, ditimbang sebanyak 40 gram, sereh kemudian diekstrak selama beberapa jam (2, 4, 6 ,8 ,10 jam) menggunakan jenis pelarut yang berbeda (n-heksana, metanol, dan aseton) sebanyak 400 mL. Untuk proses pemurnian, pelarut dipisahkan dari minyak atsiri menggunakan rotary evaporator. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa metanol menghasilkan yield minyak atsiri lebih besar (6,73%) dibandingkan dengan aseton (3,15%) dan n-heksana (0,44%), dan mengekstrak lebih banyak komponen kimia seperti senyawa neral, geranial, β-myrcene, sitronellal, dan limonene.
Pengaruh Waktu Simpan Terhadap Kualitas Soyghurt Dengan Penambahan Susu Bubuk Henny Purwati; Hodiana Istiawaty; . Aylianawati; Felycia Edi Soetaredjo
Widya Teknik Vol. 7 No. 2 (2008)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/wt.v7i2.1268

Abstract

Di Indonesia, pemanfaatan kedelai masih sangat terbatas, yaitu sebagai makanan tradisional seperti: tempe, tahu, dan susu kedelai. Padahal, kedelai memiliki kandungan protein cukup tinggi, dan setara dengan susu sapi. Oleh karena itu, perlu adanya pemanfaatan lain, seperti pengolahan kedelai menjadi soyghurt (yoghurt dari susu kedelai). Sekarang ini peranan minuman probiotik seperti yoghurt sangat luas. Selain untuk memperlancar sistem pencernaan, yoghurt juga berperan sebagai makanan pelengkap bernutrisi tinggi. Untuk itu perlu diteliti apakah dengan adanya substitusi susu sapi dengan susu kedelai sebagai bahan baku pembuatan yoghurt dapat mempertahankan fungsi yoghurt sebagai makanan probiotik. Dalam pembuatan soyghurt, perlu ditambahkan substrat karbon sebagai sumber nutrisi bagi Bakteri Asam Laktat (BAL) yang memfermentasi susu kedelai karena susu kedelai tidak mengandung laktosa. Adapun substrat karbon yang ditambahkan pada penelitian ini adalah susu bubuk full cream, dan susu bubuk skim. Dalam soyghurt perlu diperhatikan kestabilan sistem emulsinya, sehingga perlu ditambahkan gelatin sebagai bahan penstabil. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh waktu simpan terhadap kualitas soyghurt dengan penambahan susu bubuk krim atau skim yang ditinjau dari jumlah koloni bakteri, titratable acidity, dan pH. Pada penelitian ini juga dilakukan analisis organoleptik untuk waktu simpan mula-mula, terbaik dan maksimum. Analisis ini merupakan faktor penunjang untuk menentukan kualitas soyghurt.
Pengaruh Waktu Simpan Terhadap Kualitas Soyghurt Dengan Penambahan Gula dan Stabiliser Natalia Layadi; Prawasmita Sedyandini; . Aylianawati; Felycia Edi Soetaredjo
Widya Teknik Vol. 8 No. 1 (2009)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/wt.v8i1.1277

Abstract

Kedelai merupakan salah satu contoh kacang-kacangan yang dapat diambil sarinya. Sari kedelai atau biasa disebut dengan susu kedelai, kaya akan protein dan rendah lemak, sehingga cocok dikonsumsi oleh penderita lactose intolerance dan vegetarian. Salah satu contoh produk olahan susu dari kacang-kacangan adalah soyghurt. Soyghurt merupakan susu kedelai yang telah difermentasikan dengan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh waktu simpan dan jenis stabiliser terhadap kualitas soyghurt. Metode yang digunakan untuk pengolahan susu kedelai adalah metode fermentasi. Susu kedelai disterilkan terlebih dahulu pada suhu 70oC selama 15 menit, lalu didinginkan sampai suhu sekitar 43oC, kemudian difermentasi dengan Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus selama 14 jam, dan kemudian disimpan dalam lemari es sampai 288 jam. Setiap selang waktu 24 jam, terhadap soyghurt tersebut dilakukan uji kualitas. Dari penelitian disimpulkan bahwa usia bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus adalah 18 jam, dengan waktu fermentasi soyghurt selama 14 jam. Soyghurt dengan penambahan gelatin diperoleh bahwa waktu simpan terbaik 7 hari, sedangkan soyghurt dengan penambahan CMC diperoleh bahwa waktu simpan terbaik 9 hari. Dengan semakin bertambahnya waktu penyimpanan, maka jumlah koloni bakteri akan semakin banyak, harga pH akan semakin rendah, titratable acidity (TA) akan semakin tinggi.