Natas Setiabudhi Daryono Putra
Program Studi Magister Seni Rupa, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung 40132

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Development Of Appropriate Technology Adoption For Coffee Farmers In Sukawangi Village, Sumedang Bentang Arief Budiman; Hari Purnama; Husna Nugrahapraja; Muhammad Abdur Rasyid; Natas Setiabudhi Daryono Putra; Sri Aswin Suryani; Annisa Ratna Nurillah; Ima Mulyama Zainuddin; Rindia Maharani Putri; Wervyan Shalannanda; Raden Aswin Rahadi
Jurnal Ilmu Sosial Politik dan Humaniora (Jisora) Vol 2 No 2 (2019): Jurnal Ilmu Sosial Politik dan Humaniora
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (853.354 KB) | DOI: 10.36624/jisora.v2i2.42

Abstract

In this paper, the authors propose solutions to increase the added value of coffee in the form of the process of making the process of making coffee using appropriate technology adoption. This paper uses qualitative methods of locational survey and literature study. Survey activities are conducted in the form of interviews and observations. The team conducted interviews with coffee farming communities in the area and observed the conditions of coffee farming. The literature study was conducted by synthesizing literature reviews and continued by formulating the theory and principles of appropriate technology in the context of local agriculture in Sukawangi Village, Sumedang Regency, West Java. In this paper, the authors describe the solution proposals related to the problems of coffee farmers in Sukawangi, Sumedang. Two suggestions for increasing the value added of coffee beans are by using appropriate technology adoption. With both of these solutions, it is expected that the quality of coffee plantation in Sumedang can be increased and can be marketed in both domestic and international markets. As a result, the welfare of farmers in Sumedang will increase.
Pemanfaatan Abu Kayu sebagai Bahan Aditif Glasir Suhu Tinggi Natas Setiabudhi Daryono Putra; Deni Yana
Jurnal Sosioteknologi Vol. 18 No. 3 (2019)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/sostek.itbj.2019.18.3.20

Abstract

Penambahan abu pada glasir masih jarang dilakukan oleh seniman, desainer atau kriawan keramik Indonesia. Padahal abu memberikan tekstur permukaan yang unik, berbeda dengan karakter glasir pada umumnya. Output penelitian ini adalah formula/resep glasir dan table analisis abu yang nantinya bisa digunakan oleh pihak yang berkepentingan. Pada dasarnya abu identik dengan glasir. Keduanya melapis tipis (menyerupai kaca) permukaan bodi keramik. Hanya lapisan kaca yang terbentuk dari abu tidak sepadat jika menggunakan glasir. Abu mengandung unsur-unsur seperti yang terdapat dalam glasir, seperti kapur, zink, mangan, kuarsa, cooper dan iron. Secara praktik abu tidak dapat digunakan sebagai unsur tunggal, harus diberi unsur lain agar titik leburnya menjadi lebih rendah. Dalam penelitian ini, abu diperoleh dengan cara membakar kayu menggunakan tungku bata merah sederhana (rocket stove). Cara tersebut bisa memperoleh abu yang bersih tidak terkontaminasi oleh unsur-unsur lain.  Efek yang diperoleh dari abu pada glasir tergantung dari kandungan unsur-unsur yang terdapat dalam tanah. Abu yang berasal dari tanaman yang hidup di lingkungan tropis diasumsikan berbeda dengan iklim yang mengenal 4 musim. Hal ini membutuhkan penelitian lebih dalam lagi untuk menjawab fenomena tersebut. Diharapkan penelitian ini juga dapat digunakan oleh kalangan perajin IKM yang ada di Indonesia. Sentra keramik Plered Purwakarta merupakan pilot project untuk penelitian ini. Sebagaimana diketahui sentra keramik ini dikenal sebagai sentra gerabah pembuat guci/pot yang memiliki suhu bakaran rendah. Diharapkan jika memberikan nilai ekonomis lebih, perajin satu ini (mitra IKM) dapat menularkan ke yang lainnya sehingga menciptakan diversifikasi produk di sentra keramik Plered.Kata kunci: Abu, Kayu, Glasir, Keramik
Dualisme Modular Natas Setiabudhi Daryono Putra; Asmudjo Jono Irianto
Journal of Visual Art and Design Vol. 9 No. 2 (2017): Journal of Visual Art and Design
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/j.vad.2017.9.2.3

Abstract

Abstrak. Dualisme merupakan konsep filsafat yang menyatakan bahwa segala sesuatu memiliki dua hal yang berlawanan atau prinsip. Hidup dan mati, laki dan perempuan, siang dan malam, jiwa dan raga, sehat dan sakit, kaya dan miskin, baik dan buruk, halal dan haram, pro dan kontra, aktif dan pasif, statis dan dinamis, tampan dan buruk rupa, besar dan kecil, panjang dan pendek, manis dan pahit, mahal dan murah, kuat dan lemah, dan seterusnya. Dalam konteks karya ini merupakan representasi dari manusia yang pada dasarnya memiliki 2 kepribadian, baik dan buruk. Keduanya diterjemahkan ke dalam konsep modular dalam menyusun sebuah konfigurasi karya.Pesan yang ingin penulis sampaikan adalah seseorang tidak bisa dinilai dari "baju atau seragam" yang ia pakai. Selain itu keseimbangan dalam baik dan buruk yang direpresentasikan dengan modul positif dan negatif menjadi ambigu dalam kaitan dengan pahala dan dosa dalam Islam. Karya ini meminjam gambar Rubin's vase/goblet (vas/piala Rubin) karya seorang psikolog gestalt Edgar Rubin asal Denmark yang ditransformasi menjadi sebuah karya keramik 3 dimensional [1]. Vas/piala Rubin ini secara perseptual memiliki 2 makna, yaitu gambar vas/piala dan siluet wajah dari samping yang saling berhadapan (pengaruh antarobjek dan latar secara bergiliran). Proses kreasi berasal dari pengalaman empirik personal yang dihubungkan dengan teori-teori pendukung. Perpaduan keduanya menghasilkan karya seni yang merupakan representasi dari realitas. Dalam penciptaan karya seni rupa sebenarnya tidak ada metode baku seperti halnya dalam riset pada umumnya. Proses kreasi kadang berdasarkan intuisi, pengalaman personal yang dominan dan mengandung narasi yang sangat subjektif. Kesemuanya itu dikaitkan dengan disiplin ilmu lainnya (sosial, ekonomi, budaya dan politik) untuk menghasilkan sebuah representasi.Kata kunci: ambigu; dualisme; gestalt; keramik; modular; vas/piala Rubin.Modular DualismAbstract. Dualism is the concept that everything has two opposite sides or principles. Life and death, male and female, day and night, body and soul, health and sickness, rich and poor, good and evil, halal and haram, pro and con, active and passive, static and dynamic, good and bad looking, big and small, long and short, bitter and sweet, expensive and cheap, strong and weak, and so on. In the context of art, dualism is the representation of human beings as basically having two personalities, good and evil. Both were translated into a modular concept for creating a work configuration. The message that the artist wanted to deliver is that an individual cannot be judged from the 'clothes or uniform' s/he wears. In addition, a balance between good and evil represented by positive and negative modules is ambiguous in relation to the concept of reward and punishment in Islam. This final project draws upon the famous vase/goblet picture by Danish gestalt psychologist Edgar Rubin, which was transformed into a three-dimensional ceramic artwork [1]. Rubin's vase/goblet perceptually contains two meanings, namely the image of a vase/goblet and a facial silhouette facing each other (alternatingly appearing as object or background). The creative process comes from personal-empirical experience linked to the supporting theory. The combination of both resulted in an artwork that represents reality. Generally, in the creation of visual artworks there is no formal method as in scientific research. The creative process is sometimes based on intuition, a dominant personal experience and contains a very subjective narration. All of these are related to other disciplines (social, economical, cultural and political), in order to create a representation.Keywords: ambiguity; ceramic; dualism; gestalt; modular; Rubin's vase/goblet.