Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

THE THREE-YEAR SURVIVAL RATE OF CERVICAL CANCER PATIENTS AT REFERRAL HOSPITAL IN SOUTHERN SUMATRA, INDONESIA Zubaidah Zubaidah; Rico Januar Sitorus; Rostika Flora; Kraichat Tantrakarnapa
Jurnal Berkala Epidemiologi Vol. 10 No. 2 (2022): Jurnal Berkala Epidemiologi (Periodic Epidemiology Journal)
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jbe.V10I22022.121-129

Abstract

Background: Cervical cancer is the second most common cancer and the third leading cause of death in Indonesia. Purpose: This study aims to identify the 3-year survival rate of cervical cancer patients and its prognostic factors in a referral hospital in Southern Sumatra, Indonesia. Methods: Cohort retrospective study using secondary data from medical records of cervical cancer patients from January 2014 until December 2016. Data of each patient was evaluated for 36 months since the patients were firstly diagnosed with cervical cancer. Kaplan Meier curve was used to determine the survival rate and identify the proportional hazard assumption. The Cox regression model was utilized to determine the survival rate and Hazard Ratio (HR). Results: There were 274 of 799 cervical cancer patients who met the inclusion criteria. The 3-year survival rate for cervical cancer patients at survival rate was around 65%, and prognostic factors related to the survival of cervical cancer patients with p-value <0.05, i.e. age (HR=0.51; 95%CI=0.29-0.90), metastasis (HR=2.43; 95%CI=1.28-4.61), and completeness of therapy (HR=7.23; 95%CI=3.82-13.71. The complication was a confounding factor with metastasis and survival rate. Conclusion: The 3-year survival rate for cervical cancer patients at Mohammad Hoesin Hospital Palembang (RSMH) was 65%. The prognostic factors for the survival rate were age, metastasis, and completeness therapy. It was essential for cervical cancer patients to adhere to the therapy program recommended by doctors to increase the survival rate.
Hubungan Durasi Penggunaan Visual Display Terminal (VDT) dengan Kejadian Computer Vision Syndrome (CVS) pada Pegawai Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Palembang: Analysis of the Relationship between Duration of Visual Display Terminal use and the Incidence of Computer Vision Syndrome (CVS) on Employees of the Palembang City Communication and Information Office Mona Sherti Agusti; Yuanita Windusari; Novrikasari Novrikasari; Rico Januar Sitorus; Pitri Noviadi; M. Hatta Dahlan
Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI) Vol. 4 No. 4: NOVEMBER 2021 - Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (874.754 KB) | DOI: 10.56338/mppki.v4i4.1952

Abstract

Computer Vision Syndrome merupakan sekelompok penyakit mata dan masalah yang berkaitan dengan penglihatan. Pegawai Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Palembang menggunakan Visual Display Terminal (komputer, laptop, smartphone, kamera dan handycam) sebagai alat untuk menyelesaikan pekerjaannya, namun tidak semua pegawai menggunakan antiglare screen pada alat kerjanya. Penelitian bertujuan untuk menganalisis hubungan penggunaan antiglare screen dengan kejadian Computer Vision Syndrome pada pegawai Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional study. Analisis multivariat digunakan untuk melihat hubungan penggunaan antiglare screen dengan kejadian Computer Vision Syndrome. Responden dalam penelitian ini sebanyak 82 orang. Sebanyak 59 pegawai (72,0%) mengalami kejadian CVS. Variabel durasi penggunaan VDT (0,001), pemeriksaan refraksi mata (0,011), kesesuaian Computer Workstation Ergonomic (0,006) dan posisi layar smartphone (0,014) memiliki hubungan dengan kejadian CVS sedangkan variabel penggunaan antiglare screen (0,139), pencahayaan dalam ruangan (0,401), posisi monitor komputer/laptop (0,207) dan posisi layar kamera/handycam (0,124) tidak memiliki hubungan dengan kejadian CVS. Pegawai disarankan untuk menggunakan antiglare screen pada layar VDT, memakai kacamata untuk hasil pemeriksaan ametropia (tidak normal) dan menggunakan Software EyeCare- Protect Your Vision pada pada komputer/laptop atau smartphone agar mengetahui waktu beristirahat ketika bekerja untuk mencegah kejadian Computer Vision Syndrome.
OPTIMALISASI PENGETAHUAN REMAJA TERKAIT ANEMIA DAN KONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH PADA MASA PANDEMI COVID-19 (OPTIMIZATION OF ADOLESCENT KNOWLEDGE RELATED TO ANEMIA AND BLOOD ADDITIONAL TABLET CONSUMPTION DURING THE COVID-19 PANDEMIC) Nurmalia Ermi; Rico Januar Sitorus; Najmah Najmah; Feranita Utama
Jurnal Berdaya Mandiri Vol. 4 No. 1 (2022): Jurnal Berdaya Mandiri (JBM: EDISI KERJASAMA STIE EKUITAS BANDUNG)
Publisher : Universitas PGRI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.173 KB) | DOI: 10.31316/jbm.v4i1.1788

Abstract

Salah satu masalah yang dihadapi remaja Indonesia adalah masalah gizi mikronutrien, yakni sekitar 12% remaja laki-laki dan 23% remaja perempuan mengalami anemia, yang sebagian besar diakibatkan kekurangan zat besi (anemia defisiensi zat besi). Menurut survey daring yang diadakan UNICEF terhadap lebih ari 6.000 anak muda Indonesia, hampir 90% remaja perempuan berhenti mengkonsumsi tablet tambah darah (TTD). Banyak optional program yang dicanangkan pemerintah terkait pemberian TTD. Dalam menjalankan program tersebut, dibutuhkan pemahaman yang baik oleh remaja terkait anemia, TTD dan dampak yang ditimbulkan jika remaja mengalami anemia. Maka dilakukan penyuluhan dan pemberian edukasi bagi remaja agar dapat meningkat pengetahuan remaja mengenai anemia dan pentingnya konsumsi TTD terkhusus bagi remaja putri. Tahap yang dilakukan yaitu pretest, penyuluhan (pembeian edukasi) dan posttest. Terdapat perbedaan pengetahuan yang signifikan sebelum dan setelah dilakukan edukasi kepada remaja mengenai anemia sebagai upaya pencegahan terutama di masa pandemi ini.One of the problems faced by Indonesian youth is the problem of micronutrient nutrition, which is about 12% of boys and 23% of girls experiencing anemia, which is mostly caused by iron deficiency (iron deficiency anemia). According to an online survey conducted by UNICEF of more than 6,000 young Indonesians, almost 90% of teenage girls stopped taking blood-supplementing tablets (TTD). There are many optional programs launched by the government regarding the provision of TTD. In carrying out the program, it is necessary to have a good understanding by adolescents regarding anemia, TTD and the impact if adolescents experience anemia. Therefore, counseling and providing education for adolescents are carried out in order to increase adolescent knowledge about anemia and the importance of consuming iron tablets, especially for young women. The stages carried out are pre-test, counseling (providing education) and post-test. There is a significant difference in knowledge before and after educating adolescents about anemia as a prevention effort, especially during this pandemic.
TRACING OF COVID-19 TRANSMISSION BASED ON CLOSE CONTACT POPULATION: CASES IN SOUTH SUMATRA: Penelusuran penularan COVID-19 dari Populasi Kontak Erat: Kasus di Sumatera Selatan Rico Januar Sitorus; Hariadi Wibisono; Hibsah Ridwan; Nyoman Yudi Antara; Merry Natalia Panjaitan; Reymart V. Sangalang
Jurnal Berkala Epidemiologi Vol. 11 No. 1 (2023): Jurnal Berkala Epidemiologi (Periodic Epidemiology Journal)
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jbe.V11I12023.9-16

Abstract

Background: COVID-19 causes a high death toll, illness, and economic losses. Transmission of the virus occurs from human to human and has spread to more than 200 countries. The purpose of this research is to determine the relationship between close contact and the COVID-19 incident in South Sumatra, Indonesia. Methods: This research used an observational analysis with a cross-sectional design. The population in this study was all COVID-19 patients and those who had close contact with COVID-19 patients in South Sumatra. The data were analyzed using univariate, bivariate, and multivariate tests. The bivariate analysis uses the chi-square test, while the multivariate analysis uses the logistic regression test. Results: The results show that close contact was related to the incidence of COVID-19 with a P value of 0.00 and an odds ratio adjusted (ORAdj) of 3.59 (95% CI: 2.93–4.39) after the variables of record of visiting local transmission areas, record of visiting health facilities, record of contact with suspected cases, and record of contact with confirmed cases were controlled. Conclusion: The transmission of close contact within families such as households was very high. A transmission could occur between a husband and wife and people who lived in the same house and shared plates while eating. To prevent a broader transmission, people who had close contact with COVID-19 needed to be quarantined. We could carry out public health interventions globally to fight against the pandemic based on these results.
Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan, Kebiasaan Mandi dan Sumber Air Dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas 4 Ulu Kecamatan Seberang Ulu I Palembang Italia; HMT. Kamaludin; Rico Januar Sitorus
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Vol. 3 No. 3 (2016): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universi
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/jkk.v3i3.69

Abstract

Meningkatnya kejadian diare diduga karena adanya ketimpangan kebiasaan higienis pribadi atau Prilaku Hidup Bersih dan Sehat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan mandi dan sumber air dengan kejadian diare pada anak balita di Wilayah kerja Puskesmas 4 Ulu Kecamatan Seberang Ulu I Palembang. Metode penelitian dalam bentuk kuantitatif yang bersifat observasional dengan metode pendekatan kasus kontrol, jumlah sampel sebanyak 120 orang dimana terdiri dari 60 kelompok kasus dan 60 kelompok kontrol diambil dengan cara aksidental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antar kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan mandi, sumber air, dan pendidikan ibu dengan kejadian diare dengan nilai p value< 0,05. Analisis multivariat menunjukkan variabel dominan yang memberikan pengaruh secara signifikan terhadap kejadian diare adalah kebiasaan mencuci tangan, sumber air dan pendidikan ibu. Perlunya pendidikan kesehatan mengenai pada ibu mengenai kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun, dan penggunaan air bersih yang memenuhi syarat dalam kebutuhan sehar-hari, sehingga dapat menurunkan kejadian diare.