Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

KEMISKINAN DAN ADAPTASI MASYARAKAT NELAYAN PADA EKOSISTEM DAERAH ALIRAN SUNGAI LEMPUING, SUMATERA SELATAN : Suatu Pembedahan Fenomena Sosial Menggunakan Perspektif Ekologi Nasution, Zahri
Jurnal Masyarakat dan Budaya Vol 7, No 2 (2005)
Publisher : P2KK LIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (88.929 KB) | DOI: 10.14203/jmb.v7i2.227

Abstract

Fishermen society as a social system and Lempuing river basin ecosystem as an ecological system has been interacting and influencing each other. They interaction were producing a fishermen society poverty phennomena. Negative impacts on river basin ecosystem has been influencing fisheries activities. These impacts on river basin ecosystem namely loss energy and material sources were occuring. Than, prosperity of the fishermen society were decrease. In this case, selection and adaption concept of Rambo is useful to used in order to explanation that phennomena. Energy and material input from social system and other wise, any changes on social system or ecological system are discussion in this paper. At the end, the fishermen poverty, they adaptation, fish species tolerances to the Lempuing river basin ecosystem are also disscussed.
An investigation of institutional analysis on managing reservoir environment was carried out at Jatiluhur reservoir, West Java. Data were collected from several institution which relates to reservoir environment management in relation to the floating fish cage culture practises. Descriptive method was used to analyze the institutional aspects on manging reservoir environment which relates to the floating cage culture practises. The results of the research showed that the institution roles are go Zahri Nasution
Buletin Ekonomi Perikanan Vol. 6 No. 1 (2005): Buletin Ekonomi Perikanan
Publisher : Buletin Ekonomi Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

An investigation of institutional analysis on managing reservoir environment was carried out at Jatiluhur reservoir, West Java. Data were collected from several institution which relates to reservoir environment management in relation to the floating fish cage culture practises. Descriptive method was used to analyze the institutional aspects on manging reservoir environment which relates to the floating cage culture practises. The results of the research showed that the institution roles are good enough in managing reservoir environment in relation to the floating fish cage culture. Each of institution was funtioning it's tasks and authorities based on their yurisdiction respectively. The right and obligation of the institutions had been function based on their task and authority except the informatin of the water changes for fish farmers are not available yet. In addition, the fish farmers representation were not included as a member of the fisheries advise: team of Director of the POJ on Fisheries Section. All of institution have the same perception on reservoir environment management in relation to fish farmer cage culture practises.
Produksi perikanan di dunia sebesar 50% berasal dari perikanan budidaya dan kira-kira 98% diantaranya dihasilkan di Asia termasuk Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk rnelihat gambaran umum dari budidaya ikan mas dan pennasalahannya di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah survey dan menggunakan data statistik tahunan dan data primer. Budidaya ikan mas di Indonesia biasanya dilakukan di kolam, keramba dan sawah. Jenis ikan mas lokal di Indonesia adalah Sinyonya, Cumpai, Ksn Tjahjo Tri Hartono; Zahri Nasution
Buletin Ekonomi Perikanan Vol. 6 No. 2 (2006): Buletin Ekonomi Perikanan
Publisher : Buletin Ekonomi Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Produksi perikanan di dunia sebesar 50% berasal dari perikanan budidaya dan kira-kira 98% diantaranya dihasilkan di Asia termasuk Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk rnelihat gambaran umum dari budidaya ikan mas dan pennasalahannya di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah survey dan menggunakan data statistik tahunan dan data primer. Budidaya ikan mas di Indonesia biasanya dilakukan di kolam, keramba dan sawah. Jenis ikan mas lokal di Indonesia adalah Sinyonya, Cumpai, Ksnaadomss, Punten, dan MSjslsya, sedangkan ikan mas yang berasal dari hasil silangan yaitu Kuningan, Sutisna,Rsjsdanu. Kedua jenis hasil silangan ini diintroduksi di Jawa Barat dan Nusa Tenggara Barat.Masalah utama yang dialami dalam budidaya ikan mas di Indonesia adalah tingkat produksi yang masih rendah. yang disebabkan oleh input teknologi pakan. dan kualitas yang rendah sebagai akibat penurunan kualitas lingkungan. Masalah yang lain adalsh halga berfluktuasi harga yang diterima oleh pembudidaya yang rendah. keterbatasa infrastruktur pasar dan kurangnya dukungan dari lembaga keuangan.  
BISNIS LOBSTER DI SIMEULUE: KERAGAAN PERDAGANGAN DAN KEBIJAKAN INOVASI BUDIDAYA Armen Zulham; Zahri Nasution
Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 6, No 2 (2016): DESEMBER 2016
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (430.075 KB) | DOI: 10.15578/jksekp.v6i2.3068

Abstract

Lobster merupakan salah satu komoditas penopang ekonomi rumah tangga perikanan di Simeulue. Disparitas harga Lobster antara pusat produksi (Simeulue) dan pasar tujuan (Jakarta) mendorong dinamika eksploitasi populasi Lobster di Simeulue. Manfaat ekonomi dari dinamika eksploitasi Lobster yang diperoleh nelayan dan pedagang pengumpul di Simeulue masing-masing masing-masing sekitar 19% dari total nilai transaksi Rp. 914,1 Juta setiap bulan. Informasi utama bisnis Lobster diperoleh dari hasil Survey pada bulan April 2016. Survey dilakukan pada 15 pedagang pengumpul di Teupah Selatan dan 3 Pedagang Besar di Sinabang dan Teluk Dalam. Informasi tambahan diperoleh dari diskusi dengan para pemangku kepentingan sampai Bulan Oktober 2016. Hasil penelitian ini menunjukkan: penangkapan Lobster ukuran karapas < 8 Cm (< 2 Ons)  dan bertelur masih tetap ditemukan. Suplai Lobster asal Simeulue  ke pasar tujuan sekitar 2,4 Ton per Bulan dan kemampuan suplai  itu terus menurun dari Januari 2016 sampai Juli 2016. Oleh sebab itu diperlukan inovasi untuk meningkatkan pasokan Lobster tersebut. Untuk mendapatkan Lobster Pedagang Besar (antar pulau)  di Simeulue membangun Jaringan Sosial,  agar bisnis Lobster tetap berlanjut. Namun, keberlanjutan bisnis Lobster, tergatung pada  kebijakan implementasi inovasi model sosial entrepreneur dalam industri Lobster. Kebijakan tersebut pada dasarnya untuk:  mempercepat penggunaan  teknologi baru (renovasi teknologi) budidaya Lobster, menciptakan iklim usaha tentang pentingnya pemulihan stok Lobster melalui asistensi bisnis.  Model Sosial Enterpreneur akan membantu mengembangkan kluster budidaya Lobster di perairan Teluk Sibigo dan  Teluk Dalam serta pada sebagian perairan di Teupah Selatan.Abstract: Lobster Business In Simeulue: Trade Performed And  Cultivation Innovation Policy Lobster is one of the commodities that support fisheries household economy in Simeulue. The disparity of lobster prices between Simeulue and Jakarta trigger the dynamics exploitation of lobster population  in Simeulue. Economical benefit from the exploitation of Lobster potency obtained by fishermen and collecting traders in Simelue are around 19% each from monthly transaction of Rp 914,1 million, respectively. Main information of this report was obtained from survey on April 2016. Survey was onducted on 15 collecting traders in South Teupah Distric and three inter island traders in Sinabang and Teluk Dalam. Additional information was obtained from discussion with stakeholders until October 2016. This research showed that: the fishing of lobster with carapace size <8 cm and hatching eggs were still found. The supply of Simeulue lobster to target market was around 2,4 tons per month and the supply ability kept decreasing since January 2016 to July 2016. An innovation to increase the production level of lobster is needed. To get the lobster, the inter island  traders build social network in order to make his business continue. However, the continuation of lobster business depends on the implementation policy of social entrepreneur innovation model  in lobster industry. The policy was basically made for: accelerating new technology use (technology renovation) of lobster cultivation, creating a business climate about the importance of lobster stock recovery through business assistance. The social entrepreneur model will help to develop lobster cultivation cluster in Sibigo Bay and Teluk Dalam Bay as well as some coastal  waters area in South Teupah Distric.
Perkembangan Ekonomi Masyarakat Nelayan Perairan Umum “Lebak Lebung” Nasution, Zahri
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 2 No. 2 (2008): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.591 KB) | DOI: 10.22500/sodality.v2i2.5882

Abstract

Ruang bagi ilmuwan sosial lainnya, termasuk sosiolog untuk lebih jauh menjelaskan hubungan-hubungan tersebut, sehingga menumbuhkan sebuah disiplin yang dikenal sebagai sosiologi ekonomi. Upaya sosiologi ekonomi antara lain adalah menyediakan teori ekonomi dan masyarakat yang lebih kuat daripada teori ekonomi liberal atau ekonomi politik. Sosiologi ekonomi menjelaskan berbagai hal yang positif tentang ekonomi liberal dan ekonomi politik, yang berarti mengenalkan aspek-aspek tradisi yang dapat membantu dalam memahami proses diferensiasi dan integrasi. Perkembangan ekonomi masyarakat nelayan perairan umum lebak lebung menggunakan pendekatan sosiologi ekonomi. Kerangka teori yang digunakan adalah teori embeddedness-Granovetterian. Kajian dilakukan terhadap komunitas nelayan di wilayah Desa Pedamaran, yang sebahagian besar melaksanakan penangkapan ikan di perairan umum lebak lebung Sungai Lempuing, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa semula akses masyarakat nelayan terhadap sumber daya perikanan dikelola oleh pemerintah Marga berubah menjadi dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten mengakibatkan rendahnya tingkat pendapatan masyarakat nelayan, bahkan, lebih rendah jika dibandingkan dengan upah buruh harian. Akibatnya, tindakan ekonomi yang melekat (embeddedness) dalam hubungan sosial pada masyarakat pedesaan Pedamaran yang selama masa pemerintahan Marga banyak berlangsung dan membudaya menjadi hilang. Kemudian, berbarengan dengan itu perkembangan ekonomi masyarakat Desa Pedamaran berubah dari sistem ekonomi berbudaya tradisional menjadi berbudaya ke arah ekonomi kapitalis. Tindakan ekonomi merupakan tindakan individu yang tidak lagi mempertimbangkan berbagai aspek kehidupan sosial dan budaya masyarakat, kecuali hanya untuk hal-hal tertentu yang bersifat adat (kebiasaan) dan adat (kebiasaan) inipun pada prinsipnya merupakan suatu “prestise” dalam masyarakat setempat. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa perubahan akses sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung bagi masyarakat pedesaan dalam wilayah desa Pedamaran, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) menyebabkan terjadinya perkembangan ekonomi masyarakat pedesaan nelayan tersebut dari berbudaya tradisional ke arah berbudaya kapitalis. Kemudian, tindakan ekonomi masyarakat pedesaan dalam wilayah Desa Pedamaran mengakibatkan tererosinya ikatan sosial kemasyarakatan pada komunitas nelayan yang sebelumnya bersifat melekat (embeddedness) dalam tindakan ekonomi.
Bahasa sebagai Alat Komunikasi Politik dalam Rangka Mempertahankan Kekuasaan Nasution, Zahri
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 1 No. 3 (2007): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.554 KB) | DOI: 10.22500/sodality.v1i3.5897

Abstract

Salah satu sistem isyarat yang paling penting bagi manusia adalah bahasa. Bahasa merupakan kekuatan (language is power) dan sangat berperan dalam mencapai tujuan nasional maupun internasional suatu bangsa. Penggunaan bahasa secara superintensif, termasuk didalamnya penyalahgunaan (abuse) bahasa dengan berbagai aspeknya begitu menonjol dalam dunia politik di Indonesia. Dalam era globalisasi pasar dan informasi dewasa ini, sulitlah membayangkan adanya forum atau panggung komunikasi politis yang bebas dari pengaruh pasar ataupun negara. Produk pertarungan dan rekayasa politik telah menimbulkan suatu struktur kekuasan yang lebih menekankan peran eksekutif yang lebih besar dari pada lembaga legislatif atau yudikatif. Beberapa distorsi bahasa dalam komunikasi politik adalah bahasa sebagai topeng, sebagai proyek lupa, bahasa sebagai representasi, dan bahasa sebagai ideologi. Digunakannya bahasa yang terdistorsi ini antara lain agar kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa tetap dapat bertahan. Ketersediaan ruang publik akan dapat efektif untuk memunculkan wacana tandingan apabila diimbangi dengan perubahan struktural dalam masyarakat, terutama menyangkut hubungan antara elit dengan massa.