Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Studi Perancangan Jaringan Komunikasi Serat Optik Dwdm L Band dengan Penguat Optikal Edfa Sri Danaryani; Syamsul El Yumin; Iwan Krisnadi
Setrum : Sistem Kendali-Tenaga-elektronika-telekomunikasi-komputer Vol 4, No 2 (2015): Edisi Desember 2015
Publisher : Fakultas Teknik Elektro - Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (658.527 KB) | DOI: 10.36055/setrum.v4i2.453

Abstract

Perkembangan teknologi telekomunikasi juga disertai dengan teknik transmisi yang dapat membawa bandwidth yang besar, seperti SONET / SDH yang memiliki bit rate hingga 40 Gb / s. Serat optik adalah media yang paling tepat digunakan untuk transmisi, yang untuk komunikasi jarak jauh jenis single mode step index adalah yang paling sesuai. Maju multiplexing WDM (Wavelength Division Multiplexing) memungkinkan SONET, ATM dan saluran lainnya dapat menyebarkan dalam serat optik tunggal. Bandwidth tumbuh membuat WDM berkembang menjadi DWDM .. Berbagai masukan membuat perangkat yang dipilih untuk menjadi beragam, yang pada gilirannya dapat masuk ke dalam DWDM dengan kapasitas 10 Gbps. Kapasitas DWDM harus dipilih, misalnya dengan menggunakan 4 nilai panjang gelombang sesuai dengan grid ITU-T 1568.77nm, 1569.59nm, 1571,23 nm n 1.572,05 nm. Hasilnya dapat meminimalkan efek dari FWM mana harmonik yang dihasilkan tidak termasuk dalam panjang gelombang fundamental. Penggunaan EDFA dalam transmisi serat optik di DWDM shut sedang mempertimbangkan OSNR. Perhitungan OSNR tergantung pada jumlah panjang gelombang, bit rate, dispersi serat dan jumlah amplifier yang digunakan. Secara umum, semakin amplifier digunakan OSNR akan lebih kecil. bandwidth yang besar juga menurun OSNR. Jadi OSNR lebih kecil menunjukkan suara lebih dominan dibandingkan dengan sinyal.
Analisa Kinerja Revenue Assurance pada Layanan 3G Menggunakan Metode Balanced Scorecard Agus Saeful Amal; Iwan Krisnadi
InComTech : Jurnal Telekomunikasi dan Komputer Vol 4, No 1 (2013)
Publisher : Department of Electrical Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/incomtech.v4i1.1123

Abstract

Dari berbagai studi yang dilakukan para penyedia jasa telekomunikasimenunjukkan bahwa kehilangan pendapatan yang diakibatkan olehkebocoran tidak lebih dari 3% dari total revenue yang didapatkan.Sementara, sebagian pakar industri dan hasil survey terhadap operatortelekomunikasi menunjukkan kemungkinan kehilangan tersebut berkisarantara 1% sampai 30% dari potensi pendapatan akibat kebocorandengan rata-rata kebocoran 3%. Pada tesis ini akan dicari berapa besarkebocoran revenue yang mungkin terjadi di PT. XYZ. Data diambil darirekaman pelanggan (CDR) yang khusus menggunakan layanan 3G, sertadata keluhan pelanggan. Pengukuran kinerja dilakukan denganpendekatan metode Balanced Scorecard (BSC). Dari hasil scoringdengan Balanced Scorecard diperoleh nilai total 94,96%, dimana nilaitersebut masuk sebagai kategori istimewa/excellent. Hasil yang samadidapatkan oleh hampir semua perpektif BSC, yaitu keuangan, prosesbisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan. Hanya perpektifpelanggan yang belum mencapai target KPI, walaupun masih masuksebagai kategori baik, yaitu 78,89%.
Meningkatkan Produktivitas Produksi dengan Optimalisasi Sistem Infrastruktur TI Menggunakan Metoda IT Balanced Scorecard Imaniar Rusydiawan; Iwan Krisnadi
InComTech : Jurnal Telekomunikasi dan Komputer Vol 2, No 1 (2011)
Publisher : Department of Electrical Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/incomtech.v2i1.1105

Abstract

Industri manufaktur pada saat ini dituntut untuk mempunyai asset-asset dan proses-proses yang efektif dan efesien untuk dapat meningkatkan produktivitas secara terus-menerus agar dapat memenangkan persaingan. Perkembangan infrastruktur teknologi informasi yang semakin pesat membuat PT. Indonesia Epson Industry dalam mencapai tujuan perusahaan dan melancarkan strategi bisnisnya menggunakan infrastruktur teknologi informasi pada proses produksi, penyelarasan antara tujuan bisnis perusahaan dan tujuan produksi dengan menggunakan infrastruktur teknologi informasi dipetakan, sehingga peningkatan produktivitas produksi dapat tercapai dengan optimalisasi infrastruktur teknologi informasi, pengukuran dengan metode IT Balanced Scorecard dilakukan untuk mengukur kinerja infrastruktur teknologi informasi yang sudah ada, dengan begitu bisa didapatkan skala prioritas untuk mengoptimalisasikan infrastruktur teknologi informasi yang sekarang.
Regulatory Impact Analysis Terhadap Rancangan Undang-Undang Konvergensi Teknologi Informasi dan Komunikasi Wawan Ridwan; Iwan Krisnadi
InComTech : Jurnal Telekomunikasi dan Komputer Vol 2, No 1 (2011)
Publisher : Department of Electrical Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/incomtech.v2i1.1101

Abstract

Era konvergensi dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi(TIK), telah mengubah tatanan industri dan memerlukan perubahan kebijakan/regulasi. Perubahan tersebut, dibutuhkan agar dapat menampung kemajuan teknologi dan inovasi untuk pengembangan industri kedepannya. Solusi regulasi tersebut telah mulai dibangun dalam Rancangan Undang-Undang(RUU) TIK Indonesia. Yang menarik dari regulasi konvergensi TIK ini adalah pengaturan terhadap penyelenggaraan TIK, diantaranya; agar mengurangi kesenjangan digital(digital divide), perubahan struktur industri TIK dll. Hal ini, dikarenakan sistem pengaturan memiliki peranan penting untuk sistem lainnya dalam era konvergensi dalam bidang TIK
Feasibility Analysis of Implementation 3G Macro Additional Sector JABO Area using Techno-Economic Approach Iwan Krisnadi; Intan Kumalasari Tanjung
InComTech : Jurnal Telekomunikasi dan Komputer Vol 7, No 3 (2016)
Publisher : Department of Electrical Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/incomtech.v7i3.1173

Abstract

The increasing number of operators, making competition in the telecommunications industry are becoming increasingly stringent. These circumstances spurred operators to compete in achieving the best quality of services. Macro Additional 3G Sector (LTC) Project is one effort of the operator in maintaining the quality of data services. The general philosophy of the design of telecommunications networks are getting the best performance with minimal implementation costs. In this work will be analyzed with the techno-economic approach for the feasibility of the implementation of 3G Macro Additional Sector Project by operator telecommunication in Jakarta. Analysis model used is based on the principle of techno-economic by throughput and number of user approach with bottom-up models, to determine the design of 3G Macro Additional Sector Project, and then measure the feasibility of the costs incurred for the implementation of 3G Macro Additional the Sector Project.
Analisis Risiko Proyek Sistim Disaster Recovery Center dengan Sistim Kerjasama Build Operate Transfer Fitri Haryanti; Iwan Krisnadi; Minarnita Verawati Bakara
InComTech : Jurnal Telekomunikasi dan Komputer Vol 6, No 1 (2015)
Publisher : Department of Electrical Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/incomtech.v6i1.1147

Abstract

Penelitian ini melakukan Risk Assessment untuk mengetahui dan mengelola potensi risiko-risiko pada proyek sistem Disaster Recovery Center (DRC) dengan menggunakan sistem kerjasama bisnis Build Operate Transfer (BOT) yang dipandang dapat membantu dari segi sumber dana pembiayaan proyek dari pihak rekanan swasta. Pada penelitian ini kategori risiko yang akan dianalisis dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu risiko pada masa konstruksi (Build level), masa Operasional (Operate level), dan masa Transfer (Transfer level). Masing-masing kategori Risiko tersebut diidentifikasi potensi-potensi Risiko yang mungkin terjadi. Hasil dari pengolahan data kuesioner menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) serta metode Probability Impact Matrix dari 28 (dua puluh delapan) variabel risiko yang teridentifikasi di awal diperoleh 15 (lima belas) variabel risiko diantaranya yang termasuk dalam klasifikasi High Risk dan 13 (tiga belas) variabel risiko termasuk dalam klasifikasi Medium Risk. Dari hasil analisis alokasi risiko terdapat 4 (empat) variabel risiko yang termasuk dalam perbedaan alokasi, risiko-risiko ini memiliki peluang yang besar menimbulkan perselisihan serta tuntutan antara pihak-pihak yang terkait dalam kontrak konsesi.Berdasarkan hasil analisis risiko tersebut dirumuskan strategi yang dapat dilakukan untuk mencegah/menghilangkan, membagi/mentransfer, atau mengurangi kerugian /dampak yang terjadi.
Analisa Perbandingan Tools Ekstaktor Whatsapp Database Crypt12 Menggunakan Metoda Logical Extraction Zulkarnaen Akbar; Iwan Krisnadi
InComTech : Jurnal Telekomunikasi dan Komputer Vol 8, No 1 (2018)
Publisher : Department of Electrical Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/incomtech.v8i1.2144

Abstract

Dengan lebih dari 1000 juta pengguna aktif berdasarkan survey 2017 perkembangan ini semakin meningkat setiap tahunnya. Perlu diketahui bahwa WhatsApp mempunyai suatu tabel database yang tersimpan secara rasahsia didalam sistem sistem Android yang selalu update secara realtime. Database ini selau dicadangkan secara otomatis melalui fitur autobackup yang tersimpan berbeda dengan database utama. Database hasil backup ini mempunyai format file .crypt12. File crypt12 ini tidak dapat diakses secara sembarang karena telah dienkripsi oleh apliksi ini.Beberapa penelitian telah banyak membahas tentang WhatsApp forensics diperangkat android dengan menggunakan beberapa medode salah satunya adalah metode “logical Extraction” .Dalam melakukan uji coba forensics muncul permasalahan ketika akan dilakukan uji forensics pengguna aplikasi telah menghapus percakapan yang telah dilakukan ini bertujuan untuk menghilangkan jajak dari pengguna WhatsApp. Didalam kasus ini sebenarnya kita dapat melihat percakapan yang telah dihapus dengan melihat data crypt12 dari WhatsApp dengan cara mendeskripsikan data base tersebut. Ada beberapa tools untuk mendeskripsikan file crypt12. Pada penelitian ini akan membandingkan tools untuk mendeskripsikan file data base WhatsApp. Hasil penelitian menghasilkan dalam menganalisa uji forensics tidak lah cukup hanya mengandalkan tools yang dibandingkan akan tetapi harus melihat database hasil deskripsi. File crypt12 (database backup) dan file asli dalam system pada dasarnya mempunyai isi yang sama, akan tetapi terjadi perbadaan dikarenakan dalam proses backup tidak lah update karena WhatsApp hanya akan membackup setian 24 jam sekali.
Efisiensi Biaya dan Optimasi Data Rate pada Jaringan System Banking Online Andi Rosano; Bambang Setiawan; Iwan Krisnadi
InComTech : Jurnal Telekomunikasi dan Komputer Vol 2, No 2 (2011)
Publisher : Department of Electrical Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/incomtech.v2i2.1107

Abstract

Operasional dan pelayanan kepada nasabah suatu bank dengan system online sangat tergantung kepada kinerja dari jaringan komunikasi data, baik komunikasi data antara kantor pusat dengan kantor cabang maupun pelayanan langsung kepada nasabah melalui terminal atau channel transaksi.Biaya suatu bank untuk mengoperasikan jaringan komunikasi data merupakan salah satu biaya operasional bank yang terbesar. Usaha melakukan efisiensi biaya dan optimasi pemakaian data rate jaringan system banking online harus dilakukan guna menurunkan biaya operasional sekaligus peningkatan kinerja jaringan. Untuk itu digunakan kerangka kerja terukur berdasarkan e-TOM (Enhanced Telecom Operation Map).Untuk mendapatkan nilai-nilai Key Performance Indicators (KPI) dilakukan pengukuran terhadap besarnya data rate yang diperlukan oleh banking system, jumlah seluruh paket data yang ditransmisikan, besarnya data yang mampu ditransmisikan, dan banyaknya data yang tak dikehendaki pada segmen jaringan.Berdasarkan Key Performance Indicators (KPI) tersebut dilakukan perubahan setting data rate dan pengaturan alokasi port data komunikasi pada segmen jaringan hingga didapatkan nilai KPI terbaik.
Strategi LPS-RTV Dalam Era Siaran Digital Yang Menjadi Salah Satu Penyelenggara Multipleksing Di Wilayah Jabodetabek Muslim Muslim; Iwan Krisnadi
InComTech : Jurnal Telekomunikasi dan Komputer Vol 7, No 1 (2016)
Publisher : Department of Electrical Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/incomtech.v7i1.1161

Abstract

Dengan perkembangan Teknologi konvergensi, serta mengacu padaperaturan Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia Nomor36/PER/M. KOMINFO/11/2012. tentang Persyaratan Teknis Alat danPerangkat Pemancar Televisi Siaran Digital Berbasis Standar DigitalVideo Broadcasting Terrestrial – Second Generation DVB-T2. Yangmana standar generasi kedua ini memiliki keunggulan dari generasisebelumnya diantaranya ada penghematan 50% daya dan tambahankapasitas data ratenya mencapai 40 Mbit/s. Dengan menggunakanCOFDM – Modulasi 64QAM untuk penerimaan tidak bergerak dan256QAM untuk HDTV. Digital Video Broadcasting generasi kedua(DVB-T2) ini sebagai standar yang resmi digunakan di Indonesia.Dengan menggunakan Analisa SWOT kinerja di suatu instansi dapat dilihat apakah Strategi perusahaan tersebut masih sesuai untuk dijalankanoleh manajemen perusahaan itu untuk mencapai tujuan yang diharapkankedepannya.
Pemilihan Opsi Regulasi Layanan Pita Frekuensi Radio 2,3 GHz Untuk Keperluan Layanan Pita Lebar Nirkabel Dengan Metode Regulatory Impact Analysis Zainullah Manan; Iwan Krisnadi
InComTech : Jurnal Telekomunikasi dan Komputer Vol 2, No 1 (2011)
Publisher : Department of Electrical Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/incomtech.v2i1.1103

Abstract

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memilih opsi yang tepat bagi regulasi layanan pita frekuensi radio 2,3 GHz khususnya pita frekuensi radio 2360 – 2390 MHz untuk keperluan layanan pita lebar nirkabel (BWA) yang terdapat pada Kepdirjen 94/DIRJEN/2008, 95/DIRJEN/2008 dan 96/DIRJEN/ 2008 dengan metode analisa dampak regulasi (Regulatory Impact Analysis-RIA). Metodelogi penelitian ini, dilakukan dengan penelitian kualitatif , disertai studi literatur/pustaka, internet dan kuesioner sebagai pelengkap. Analisa menggunakan metode Regulatory Impact Analysis (RIA) dengan 10 pertanyaan RIA yang telah di ajukan ke Regulator Ditjen Pos dan Telekomunikasi sesuai dengan standard OECD. Hasil penelitian berupa 3 (tiga) opsi yaitu : Opsi 1 (Konsisten/Status Quo).Opsi ini pada intinya adalah tetap pada kebijakan yang tercantum dalam dokumen seleksi dan regulasi terkait lainnya, Opsi 2 (Merespon Aspirasi Industri/Membolehkan 802.16e). Opsi ini pada intinya adalah memperbolehkan pemenang seleksi untuk memilih teknologi BWA yang akan digunakan, namun tetap dibawah standar IEEE 802.16 sehingga pilihannya adalah standar IEEE 802.16d atau 802.16e. Opsi 3 (Hybrid/Pembagian Wilayah). Opsi ini pada intinya adalah hybrid atau “jalan tengah” dari Opsi 1 dan Opsi 2. Opsi ini membagi satu zona layanan yang menjadi wilayah penyelenggaraan suatu pemenang seleksi menjadi 2 bagian, wilayah yang akan menggunakan teknologi 802.16d dan wilayah yang akan menggunakan teknologi 802.16e. Dari ketiga opsi yang diajukan, dipilih opsi 2 (Merespon Aspirasi Industri/Membolehkan 802.16e). Opsi ini pada intinya adalah memperbolehkan pemenang seleksi untuk memilih teknologi BWA yang akan digunakan, namun tetap dibawah standar IEEE 802.16 sehingga pilihannya adalah standar IEEE 802.16d atau IEEE 802.16e.