Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

KERENTANAN SOSIAL-EKOLOGI MASYARAKAT DI LAGUNA SEGARA ANAKAN Siti Hajar Suryawati; Endriatmo Soetarto; Luky Adrianto; Agus Heri Purnomo
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Vol. 1 No. 2 (2011): Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL)
Publisher : Graduate School Bogor Agricultural University (SPs IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jpsl.1.2.62

Abstract

This research is aimed to analyze socio-ecological vulnerability of the community in Segara Anakan against the impact of changes in ecological condition. This analisis on vulnerability is linked to social ecological resilience, which in this context covers mechanism for the people to live together as a community, and to learn from changes and unpredictable schocks. The analysis is based on the social ecological system approach, with data collected through interviews with 241 respondents drawn purposively from citizens of four villages in the District of Kampung Laut in April-May 2010. The result shows that in the case of Segara Anakan Lagoon, a number of problems which are social-economical in nature has resulted in low resilience or high vulnerability. Such problems covers land use conflict, economic competition, deforestation and land convertion. These problems are triggered by changes in ecosystem characteristics, from those of maritime toward the terrestrial one, and which results in changes in the community livelihood pattern. Villagers who were more into fishery transform to agricultural and industrial communities. In line with such changes and transformation, a number of prominent factors emerged to cause high vulnerability in Segara Anakan, namely poor educational performance and lack of socio-economic infrastructure. Furthermore, the result suggests that improving the resilience in Segara Anakan should be focused on advancement of ecomic environment facilitated by infrastructures that add no further burden to  the environment. Key words: vulnerability, social-ecological system, social vulnerability, ecological vulnerability, community, lagoon, Segara Anakan lagoon
KAPASITAS ADAPTIF INSTITUSI FORMAL PENGELOLA KAWASAN PERAIRAN DALAM MENDUKUNG RESILIENSI SOSIAL EKOSISTEM TERUMBU KARANG Andrian Ramadhan; Agus Heri Purnomo; Siti Hajar Suryawati; Maulana Firdaus
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 10, No 2 (2015): Desember (2015)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1116.664 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v10i2.1257

Abstract

Perairan pada dua lokasi penelitian yaitu di Kepulauan Spermonde dan Laut Sawu dalam kondisi terancam keberlanjutannya akibat kerusakan lingkungan. Hal ini disebabkan oleh rusaknya ekosistem terumbu karang akibat pemanfaatan sumberdaya yang tidak ramah lingkungan. Pada kedua lokasi diketahui bahwa penggunaan bom ikan, potasium dan sianida masih banyak terjadi. Kapasitas adaptif menunjukkan bahwa tingkat kemampuan pengelola untuk mewujudkan tercapainya resiliensi sosial ekosistem terumbu karang yang dalam hal ini telah mengalami gangguan dan kerusakan. Atas dasar kondisi tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas adaptif pengelola kawasan perairan khususnya dalam mengatasi permasalahan tersebut. Metode yang digunakan untuk mengukur kapasitas adaptif mengikuti model yang dikembangkan oleh Gupta et al. dan Furqon. Data primer diperoleh melalui focus group discussion sementara data sekunder diperoleh dari laporan berbagai instansi dan publikasi hasil penelitian. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik content analysis yang kemudian ditabulasikan dan dipaparkan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas adaptif pengelola perairan laut sawu lebih baik jika dibandingkan dengan pengelola kawasan perairan kepulauan spermonde karena didukung oleh eksistensi Balai Konservasi Kawasan Perairan Nasional (BKKPN). Kehadiran BKKPN terbukti memiliki arti strategis dalam hal peningkatan kapasitas intelektual, kapasitas sosial dan kapasitas politik. Selain itu juga membuat ruang koordinasi pengelolaan perairan yang lebih baik sehingga mengurangi terjadinya tumpang tindih kewenangan dalam pengelolaan kawasan perairan. (Adaptive Capacity of The Water Management Authorities in Endorsing The Social Resilience of Coral Reef Ecosystem)The water condition of Spermonde Islands and Sawu Sea is threatened by environmental degradation. The main problem is the damage of coral ecosystem caused by destructive fishing activities. In both locations, utilization of fishing bomb, potassium and cyanide is commonly used by the societies. Therefore this research was conducted to assessing the adaptive capacity of authorities involved in management. Adaptive capacity used to address the ability of authorities in obtaining ecosystem resilience. Method used in this research based on a framework developed by Gupta et al. dan Furqon. Primary data was obtained through focus group discussion, while secondary was collected from various institutions and research publications. Content and descriptive analysis are used to explore the performace of institutions. Results show that the adaptive capacity of authorities in Sawu Sea is better than in Spermonde Islands. Existence of Water Conservation National Office in Kupang has a strategic value in enhancing intellectual, social and political capacityies. It becomes an institution which synchronize water area management so that overlapping authority can be reduced.
IDENTIFIKASI SISTEM INSENTIF PENGELOLAAN SUMBERDAYA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN Siti Hajar Suryawati; Endriatmo Soetarto; Luky Adrianto; Agus Heri Purnomo
Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 1, No 1 (2011): DESEMBER 2011
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jksekp.v1i1.9254

Abstract

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi degradasi lingkungan di laguna Segara Anakan Dibutuhkan upaya menahan laju degradasi laguna dan mempersiapkan masyarakat untuk merespon kondisi tersebut. Berbagai  ebijakan telah diambil untuk merespon degradasi tersebut seperti pembuatan infrastruktur dan fasilitas dari pemantapan pengelolaan sumberdaya dan program rehabilitasi lingkungan. Terdapat dua kriteria penting untuk memilih suatu implementasi kebijakan dan program, yaitu efektivitas dan efisiensi. Kajian ini mengukur pembiayaan untuk berbagai pilihan kebijakan dengan menggunakan metode survey yang dilaksanakan pada bulan April - May 2010. Kajian ini menggunakan data yang dikumpulkan dari tokoh kunci yang telah ditentukan sesuai tujuan kajian untuk menggambarkan kelompok masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya di laguna Segara Anakan. Jumlah total responden adalah 41, yang terdiri dari 25 orang nelayan, 5 orang petani, 5 orang pembudidaya tambak, 2 orang pedagang, dan 2 orang penderes. Sejumlah pertanyaan diajukan untuk mendapatkan informasi tentang jenis insentif, seperti insentif hak kepemilikan, insentif mata pencaharian, insentif pasar, dan insentif fiskal. Hasil kajian menunjukkan bahwa insentif yang tidak langsung seperti pengerukan laguna, budidaya kepiting atau upah untuk yang mau melakukan penanaman mangrove pada lahan tambaknya merepresentasikan pilihan tepat dari pandangan alternatif pengembangan mata pencaharian dari sisi keefektifan pengelolaan lingkungan. Title: Identification of Incentive System of the Resources Management in Segara Anakan Lagoon Several previous research results indicated environmental degradation at the Segara Anakan Lagoon. There is a need to slow down degradation rate of the lagoon and preparing the community to response it. Some policies were implemented to response degradation such as developing infrastructures and facilities and rehabilitation programs. There are two important criteria for setting policies, namely effectiveness and efficiency. This research is to asses costs pertinent to various policy options based on a survey method that was conducted in April- May 2010. This research used data from selected key respondents through purposive sampling to represent clusters of community dwelling at lagoon. Forty-one respondents were selected consisting of 25 fishers, 5 farmers, 5 brackish water pond operators, 2 middlemen, and 2 palm sap tappers. Research questions include information on various kinds of incentives, such as property right incentive, livelihood incentive, market incentive, and fiscal incentive. Research results showed that indirect incentives such as lagoon dredging, crab seedling or salary for those who have willingness to plant mangrove in brackish ponds represented good options from the perspective of alternative livelihood development as well as the effectiveness of environmental management.
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN TERUMBU KARANG COREMAP DI WILAYAH CORAL TRIANGLE DI INDONESIA TIMUR Siti Hajar Suryawati; Agus Heri Purnomo
Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 2, No 2 (2012): DESEMBER 2012
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jksekp.v2i2.9279

Abstract

Tulisan ini mengusulkan sejumlah rekomendasi untuk perbaikan pengelolaan sumber daya terumbu karang di wilayah Coral Triangle Indonesia, yang didasarkan atas hasil penelitian pada Tahun 2011, di lokasi-lokasi Coral Reef Rehabilitation and Management Program  COREMAP). COREMAP adalah program pengelolaan sumber daya terumbu karang yang merupakan wahana utama Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mengimplementasikan kebijakan  pengelolaan terumbu karang. Kebijakan tersebut dilatar-belakangi oleh degradasi yang terjadi pada sumber daya terumbu karang dan besarnyapotensi serta pentingnya fungsi dari aset alam tersebut. Metode yang diacu untuk penyusunan rekomendasi ini adalah analisis Sistem Sosial Ekologis (SES) dan analisis resiliensi yang mencakup perilaku positif dan negatif dalam pengelolaan sumber daya terumbu karang, dilanjutkan dengan analisis Multi Criteria Decision Making (MCDM) terhadap perilaku-perilaku pengelolaan negatif. Data dalam penelitian ini mencakup aspek sistem sosial-ekologi, kerentanan dan resiliensi, yang diperoleh dari 1.244 responden masyarakat yang dipilih secara purposive dan 182 responden tokoh yang diperoleh dengan teknik snowball serta data sekunder yang diperoleh dari kepustakaan dan dokumentasi terkait. Hasil penelitian ini secara umum merekomendasikan 4 (empat) perbaikan terhadap kebijakan pengelolaan yang ada. Keempat rekomendasi tersebut adalah: 1) Peningkatan efektivitas Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) atau Taman Wisata Air Laut (TWAL) melalui penguatan kerjasama masyarakat-pemerintah dalam upaya-upaya menciptakan mata pencaharian alternatif, terutama di sektor non konvensional seperti pariwisata; 2) Memfokuskan pada intensifikasi pembentukan lembaga keuangan yang mendukung permodalan usaha dan perbaikan teknologi; 3) Perbaikan sistem koordinasi pihak terkait dalam pengawasan terhadap sumber daya; dan 4) Perbaikan desain program sosialisasi penggunaan alat tangkap ramah lingkungan. Title: STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN TERUMBU KARANG COREMAP DI WILAYAH CORAL TRIANGLE DI INDONESIA TIMUR This paper proposes recommendations to improve management for the resource management in the Indonesian’s part of Coral Triangle Area, based on a research carried out in the COREMAP locations in 2011. COREMAP is a program introduced by the Ministry of Marine Affairs and Fisheries to implement its policies on coral reef management and conservation. The policies concern the ongoing alarming degradation of the resource and the disappearing physical existence as well as functions of such natural capital. The research methods were Social Ecological System (SES) analysis and resilience analysis covering both negative and positive management practices, followed by a Multi Criteria Decision Making (MCDM) analysis of the negative management practices to come up with prioritized strategy recommendations. Data used consisted of social-ecological system, vulnerability and resilience aspects, collected from 1.244 respondents representing ordinary citizens selected purposively and 182 key persons which were determined following the snowball sampling technique, and secondary drawn upon the documented files of relevant institutions. In general, the recommendation proposed through this paper are as follows: 1) Increasing the effectiveness Regional Marine Conservation Area and Marine Tourism Park by strengthening community-government cooperation aimed at creating alternative livelihood , particularly the nonconventional sectors, more specifically tourism, 2) Focusing on the intensification of the establishment of financial institutions to facilitate better access for business capital provision and technological improvements; 3) improvement of coordination system among local influential institutions in controlling the resource; and 4) improved design of outreach programs on the use of environmentally friendly fishing gear.
KESIAPAN DAN STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN MINAPOLITAN BERBASIS PERIKANAN BUDIDAYA Hikmah Hikmah; Agus Heri Purnomo
Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 2, No 1 (2012): JUNI 2012
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jksekp.v2i1.9261

Abstract

Tulisan ini mengkaji strategi kebijakan dalam pengembangan kawasan minapolitan berbasis perikanan budidaya. Secara spesifik kajian ini bertujuan untuk (1) memetakan indeks kesiapan pelaksanaan minapolitan yang dilihat dari aspek–aspek generik (sosial ekonomi yang meliputi aspek masyarakat dan bisnis, aspek sumberdaya dan tata ruang, aspek kelembangaan, aspek kebijakan dan governance dan aspek Infrastruktur, aspek teknologi dan aspek pemasaran di kawasan minapolitan budidaya), (2) memetakan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pelaksanaan minapolitan, serta (3) merumuskan strategi kebijakan pengembangan minapolitan berbasis perikanan budidaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan mail survey dan survei. Metode analisis yang digunakan adalah menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dengan alat analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan tiga kategori indeks kesiapan pelaksanaan minapolitan yaitu pemula, maju dan mandiri. Berdasarkan tiga kategori tersebut di identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pengembangan minapolitan perikanan budidaya. Rumusan strategi kebijakan pengembangan kawasan minapolitan memperhitungkan unsur-unsur kekuatan, kelemahan, kekuatan dan ancaman pada masing-masing aspek. Title: Readinees and Policy of Strategy Minapolitan Development Culture-Based Fisheries This paper analyzed the strategy of regional development policy in minapolitan based aquaculture. Specifically, this study aimed to (1) mapping the readiness index of implementation minapolitan which seen from the generic aspects (including socioeconomic aspects of society and business, resources and spatial aspects, institutional aspects, aspects of the policy and governance and infrastructure aspects, aspects of technology and marketing aspects of aquaculture in the region minapolitan), (2) mapping the strengths, weaknesses, opportunities and threats in minapolitan implementation, and (3) formulate policy strategies based minapolitan aquaculture development. This study using a mail survey and the survey approach. The analytical method used was qualitative descriptive analysis method with a SWOT analysis. The resultsshowed three categories of implementation readiness index minapolitan the beginner, advanced and independent. Based on these three categories in the identification of strengths, weaknesses, opportunitiesand threats minapolitan aquaculture development. The formulation of development strategies minapolitan policy taking into account the elements such as strengths, weaknesses, strengths and threats at eachaspects.