Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PREOPERASI BEDAH MAYOR DI RUANG TERATAI Yuli Permata Sari; Ni Made Riasmini; Guslinda Guslinda
Menara Ilmu Vol 14, No 2 (2020): VOL. XIV NO. 2 OKTOBER 2020
Publisher : LPPM Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31869/mi.v14i2.2176

Abstract

Tingginya prevalensi tingkat kecemasan pada pasien preoperasi bedah mayor menyebabkan proses operasi menjadi tertunda bahkan dibatalkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pada pasien preoperasi bedah mayor di ruang teratai. Jenis penelitian adalah deskriptif analitik dengan rancangan “cross sectional study”. Sampel adalah pasien preoperasi bedah mayor di ruang teratai sebanyak 99 orang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan angket dan wawancara terpimpin. Data dianalisis dengan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara faktor internal (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, pengalaman, tipe kepribadian) dan faktor eksternal (dukungan keluarga) dengan tingkat kecemasan pasien preoperasi bedah mayor. Variabel yang paling berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien preoperasi bedah mayor adalah pengetahuan. Disarankan kepada perawat di ruang teratai melalui Rumah Sakit untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan melakukan asuhan keperawatan yang efektif dengan menerapkan aspek pengkajian perioperatif secara komprehensif sehingga dapat mendeteksi dini adanya kecemasan. Kata Kunci: Kecemasan, Operasi Bedah Mayor, Pengetahuan
Studi Fenomenologi: Mekanisme Koping Perempuan yang Belum Mempunyai Keturunan Ditinjau dari Aspek Budaya Minangkabau Rahmaniza Rahmaniza; Ni Made Riasmini; Netrida Netrida
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 22 No 3 (2019): November
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v22i3.845

Abstract

Suku Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrilineal. Berdasarkan sistem ini, ketika seorang wanita menderita kemandulan, itu berarti keluarga tidak memiliki generasi berikutnya, dan garis keturunan akan terputus. Kondisi ini membuat perempuan perlu memiliki mekanisme koping untuk menghindari masalah psikologi, termasuk depresi, kecemasan, stres, diabaikan, diskriminasi, di bawah tekanan untuk bercerai, dan juga merasa dilecehkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi mekanisme koping wanita infertilitas dalam konteks budaya Minangkabau. Studi fenomenologi ini menerapkan wawancara mendalam yang melibatkan sepuluh wanita yang dipilih melalui teknik pengambilan sampel bola salju. Melalui metode analisis dari Collaizi, menghasilkan enam tema. Tema-tema tersebut termasuk Mengalami perubahan psikologis dan perubahan sosial, mendapat respon dari orang sekitarnya, pandangan budaya Minangkabau, koping adaptif yang digunakan oleh perempuan belum mempunyai keturunan, keluarga menjadi sumber dukungan utama, dukungan sosial dari masyarakat. Temuan ini memperkuat pembenaran untuk melibatkan aspek psiko-sosial dalam pengobatan infertilitas.Abstract Phenomenology Study: Coping Mechanism of Women No Heredity Viewed by Minangkabau Culture. The Minangkabau tribe adheres to the matrilineal kinship system. Based on this system, when a woman suffers infertility, so it means the family has not the next generation, and the line of descent will cut off. This condition makes the women need to have a coping mechanism to avoid psychology problems, including depression, anxiety, stress, neglected, discrimination, under pressure to divorce, and perceive abused. The study aimed to explore the coping mechanism of infertility women in the context of Minangkabau culture. This phenomenology study applied an in-depth interview, which involved ten women who were selected through a snowball sampling technique. Collaizi’s analysis method resulted in six themes. Those themes are through psychological and social change, obtain a response from others, the views of Minangkabau culture, adaptive coping used by women no heredity, the families were main source support, community social support. The findings strengthen the justification to involve psycho-social aspects in the infertility treatment. Keywords: Coping mechanism, infertile women, Minangkabau culture