Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search
Journal : Jurnal Teknik PWK

Pengaruh Perubahan Nilai Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Terhadap Peningkatan Debit Air Limpasan (Run Off) Pada Kawasan Perumahan Di Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang Putri Mutiara Bena; Parfi Khadiyanta
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 9, No 1 (2020): Februari 2020
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (845.576 KB)

Abstract

Meteseh included in one of the flood-prone areas in the city of Semarang. One of the causes of flooding in Meteseh is the high discharge of runoff water that goes to the river so that the river cannot accommodate the amount of water it should have and floods occur. Besides, the high flow of runoff water can also be influenced by changes in the value of the basic building coefficient (KDB). KDB is a percentage comparison of the area of a house with the floor area of the building that stands on it. KDB rules are set to limit so that the lots are not completely covered by pavement. It is intended that the lot can provide open space that can function as a greening and catchment area. But in reality, there are still many people who have not obeyed this regulation. Therefore, this study aims to look at the effect of changing KDB values on the increase in runoff water in residential areas in Meteseh, Tembalang District. This research uses quantitative methods, where data collection techniques are carried out by field observation methods and the distribution of questionnaires to 100 samples using multistage random sampling techniques in developer housing and ordinary housing. The results of this study note that the KDB change of 274 m2 in housing developers can increase runoff water flow by 7% (388.62 m3/yr) and KDB change of 340 m2 in ordinary housing can increase runoff water flow by 6% (482, 23 m3/yr).
Kajian Kualitas dan Tingkat Pelayanan Jalur Pedestrian di Koridor Jalan Khatib Sulaiman Kota Padang Humaira Miftahur Rahmi; Parfi Khadiyanta
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 7, No 4 (2018): November 2018
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (910.479 KB)

Abstract

Condition of pedestrian way at Jalan Khatib Sulaiman is generally not good and many problems, that is suffered a lot of damage, the occurrence of the transfer function, and narrowing space pedestrian path. Based on the formulation of the problem then the question of this research is How is the Quality and Level of Service of Pedestrian in Khatib Sulaiman Street Corridor Padang City? The purpose of this research is to know the quality and pedestrian level of service on Khatib Sulaiman Street corridor. Pedestrian ways quality analysis was conducted using PEQI approach, while level of service analysis used Level Of Service (LOS) analysis with High Capacity Manual (HCM 2000) method. The method used in this research is quantitative method with descriptive analysis and evaluative analysis. Based on the analysis known that the personal characteristics of pedestrians are 18-50 years old with the type of student. The activity that dominates on the pedestrian track is important activity. Types of land use around the pedestrian lanes are residential areas, trade & services, offices, schools/campuses, and the mosque of Kota Padang as a tourist attraction and landmark. Based on the land use, the pattern of pedestrian movement is dominantly moving from the settlement area to the commercial area. The results of pedestrian path quality analysis showed the quality of the intersections are in category III (basic category) and the quality of the path in category IV (bad category). The result of level of service analysis shows that is service level based on current or based on entrance space at service level D (bad service level). The results of quality analysis and pedestrian level of service can be used as a basic reference for the government as a provider of pedestrian ways.
Analisis Perubahan Lahan Pertanian Menjadi Kawasan Terbangun Di Kecamatan Mijen, Kota Semarang Muharso Ihsanto; Parfi Khadiyanta
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 9, No 2 (2020): Mei 2020
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1028.738 KB)

Abstract

Along with the development of an urban area the higher the population growth and intensity of infrastructure development that can cause complex problems, namely the increasing need for land in urban areas. Transfer of land functions becomes a way out to meet the needs of urban communities for land, with specific changes, namely agricultural land to non-agricultural uses. One of the agricultural land that is experiencing a change of function is the agricultural land in Mijen Subdistrict where in 2009 the area of 1,004 Ha of agricultural land has decreased to 815 Ha in 2019. The purpose of this study is to determine the factor of changing agricultural land into a built area. . The results of the analysis of land use change shows that there is a change in agricultural land to a built area in several villages in Mijen District and the factors that influence these changes are economic factors and regulatory factors.
Tingkat Efektivitas Sistem Peringatan Dini Banjir di Sepanjang Sungai Ciliwung (Studi Kasus: Kebon Baru, Kampung Melayu, Bukit Duri, dan Bidara Cina Kevin Thrustinadi Wibowo Wuri; Parfi Khadiyanta
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 7, No 4 (2018): November 2018
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (666.776 KB)

Abstract

The Ciliwung River is one of the rivers that routinely causing flood in its area, which has an impact on property and life losses. But in order to reduce the impact caused, the government cooperated with several other parties to take precautionary and preparedness measures, one of which was the existence of an early warning system. The effectiveness of the flood early warning system in the Ciliwung River was assessed using four variables, namely knowledge about flood risk, monitoring and flood early warning services, dissemination and communication of flood early warning systems, and the ability to respond. The assessment of the effectiveness of the early warning system was carried out in four villages, Kebon Baru, Kampung Melayu, Bidara Cina, and Bukit Duri, which represented an early warning system on the Ciliwung River. Scoring results found that the flood early warning system in the Ciliwung River was effective because the average scoring of each question was 2 and 3 which indicated that the existing early warning went well with the support of the government, the community, other parties and the support of equipment and good technology.
KECUKUPAN VEGETASI DI JALAN MT.HARYONO KOTA SEMARANG BERDASARKAN OPINI PENGGUNA JALAN Anif Rahman; Parfi Khadiyanto
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 1 (2013): Februari 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1231.842 KB)

Abstract

Berbagai perubahan kondisi lingkungan dapat berpengaruh buruk terhadap manusia. Berbagai bentuk perusakan lingkungan, seperti pencemaran udara merupakan hal yang sangat sering kita temui. Seperti kepadatan kendaraan saat ini, kepadatan kendaraan bermotor makin hari kian meningkat, jika tidak diimbangi dengan penghijauan yang mendukung, maka hal ini akan menimbulkan rasa tidak nyaman bagi lingkungan sekitar. Ruang terbuka pada dasarnya menjadi sebuah kebutuhan penting bagi suatu kota maupun wilayah. Upaya penyediaannya dapat dilakukan oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Ruang terbuka tersebut dapat berupa Ruang Terbuka Hijau (RTH) maupun Ruang Terbuka Non-Hijau. Sebagaimana yang diatur dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, perencanaan tata ruang wilayah kota harus memuat rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luas minimalnya sebesar 30% dari luas wilayah kota. Jalan MT.Haryono merupakan salah satu jalan utama di pusat Kota Semarang namun pada jalan ini tidak diimbangi dengan pemerataan jalur hijau jalan. Tujuan dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecukupan vegetasi jalur hijau yang terdapat di jalan MT.Haryono berdasarkan opini atau persepsi pengguna jalan. Hal ini dapat ditinjau dari kenyamanan pengguna jalan yang beraktifitas di sepanjang koridor jalan tersebut. Wialyah studi penelitian ini  terdapat di koridor Jalan MT.HaryonoSecara garis besar, vegetasi yang ada di Jl MT Haryono sudah sesuai dengan Pedoman RTH Perkotaan. Hal ini dapat dilihat dari ketinggian yang sama dan seragam, daun padat, tajuk cukup rindang dan kompak, batang tegak kuat, tidak mudah patah, batang dan sistem percabangannya kuat, dan jenis tanamannya merupakan tanaman golongan evergreen.Berdasarkan opini pengguna jalan  menunjukkan bahwa pengguna jalan menilai positif terhadap kondisi dan keberadaan vegetasi di Jalan MT Haryono.Secara keseluruhan, pengunjung juga menilai bahwa kondisi vegetasi di Jalan MT Haryono teratur dan nyaman karena sebanyak 37% responden mengatakan teratur dan nyaman, sebanyak 27% mengatakan tidak nyaman tapi teratur, sebanyak 22% mengatakan nyaman tapi tidak teratur, dan sisanya sebanyak 14% mengatakan tidak nyaman dan tidak teratur.
PENGARUH PRIVATISASI RUANG TERBUKA PUBLIK TAMAN TABANAS GOMBEL SEMARANG TERHADAP TINGKAT KENYAMANAN PENGUNJUNG Eka Adhitya Hari Putra; Parfi Khadiyanto
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 3 (2014): Agustus 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (489.922 KB)

Abstract

Ruang terbuka publik yang bebas dan netral merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat perkotaan. Keterbatasan pihak pengelola ruang terbuka publik (pemerintah) dalam penyediaan dan pemeliharaan ruang terbuka publik adalah salah satu permasalahan klasik perkotaan. Kerjasama dengan pihak swasta dalam penyediaan dan pemeliharaan ruang terbuka publik (privatisasi) merupakan salah satu jalan keluar. Namun, keterlibatan pihak swasta dalam penyediaan dan pengelolaan ruang terbuka publik  menimbulkan masalah terkait isu profit-oriented. Taman Tabanas yang berada di kawasan perbukitan Gombel Kecamatan Banyumanik Kota Semarang merupakan salah satu ruang terbuka publik yang mengalami privatisasi. Disekitar kawasan taman berdiri restoran, café dan tempat karaoke sehingga fungsi taman Tabanas sebagai ruang terbuka publik terpengaruh dengan kepentingan privat yang bersifat komersial, terutama kenyamanan pengunjung di ruang terbuka publik. Maka penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif deskriptif untuk mengetahui apa pengaruh privatisasi ruang terbuka publik Taman Tabanas Gombel terhadap kenyamanan pengunjung. Privatisasi dapat memberi pengaruh positif (peningkatan fasilitas & pengelolaan) juga dapat memberi pengaruh negatif (pembatasan akses & kesenjangan sosial). Pada kasus Taman Tabanas, privatisasi cenderung memberi pengaruh negatif terhadap ruang terbuka publik, seperti pembatasan akses dan kesenjangan sosial. Hasil temuan mengindikasikan bahwa pengunjung yang berada di luar restoran/café dan tempat karaoke merasa “cukup” nyaman dan sebagian merasa tidak nyaman, artinya tidak ada yang merasa nyaman. Dari beberapa indikator yang digunakan untuk menilai kenyamanan pengunjung, sebagian besar dinilai buruk oleh pengunjung. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa privatisasi di Taman Tabanas berpengaruh negatif terhadap tingkat kenyaman pengunjung di luar restoran/café dan tempat karaoke.
Evaluasi Program Penataan Koridor Kalireyeng di Kelurahan Kebondalem Kecamatan Kendal Kabupaten Kendal Silvia Nerisa Fortuna; Parfi Khadiyanta
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 8, No 4 (2019): November 2019
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (839.852 KB)

Abstract

The rise of residential development that does not comply with the designation of land also occurred in Kebondalem precisely in the right trompo border irrigation or known by the public as Kalireyeng. People use river border area as a place to stay. The lack of public understanding about sanitation and waste contributed to the degradation neighborhoods and appear dirty and unhealthy. In 2008, Kebondalem become one of the pilot project locations of Neighborhood Development. BKM with the community has been carrying out development planning process in a participatory neighborhoods. Kalireyeng Corridor Planning Program is expected to resolve the settlement issue as complex as previously described. However, there were indications that the implementation of the program has not been optimal. This study aims to evaluate the level achievement of program. The evaluation criteria are effective, relevant, and responsiveness. The analytical method used in this research is quantitative descriptive analysis and scoring. The data used in this analysis comes from the study of documents, observation, and questionnaires. After the analysis, it is known that the level of achievement of program is effective (a score of 30.9 to 36.4) with a score of 36,  relevant (score of 30.9 to 36.4 ) with a score of 32, responsiveness (a score of 39.7 to 46.8) with a score of 42. Thus, the level of achievement of the program included in the category managed by 79.8%.
KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI TEPI SUNGAI KELURAHAN PELITA, KECAMATAN SAMARINDA ILIR Noviana Rahmawaty Sari; Parfi Khadiyanto
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 4 (2014): November 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (232.43 KB)

Abstract

Tepian sungai sangat akomodatif bagi manusia untuk bermukim dan melakukan usaha-usaha bagi kehidupannya. Tingginya intensitas pemanfaatan kawasan tepi sungai menimbulkan permasalahan-permasalahan yang sangat pelik. Kondisi ini memicu adanya kawasan permukiman salah satu tepi sungai di Kelurahan Pelita di perkotaan dalam dimensi ruang dan waktu menjadi kawasan yang padat, kumuh dan liar disertai dengan kondi rumah tidak layak huni. Tidak hanya itu saja, kodisi sungai menjadi kotor dan menyebabkan lingkungan sekitar terkena luapan air sungai saat hujan. Jika di liahat dengan komprehensif, maka permasalahan permukiman tepi sungai akan berkisar pada masalah kualitas lingkungan permukiman. Permukiman ini tumbuh oleh tradisi yang di susun secara organis (alami). Kawasan dari kota tersebut dibangun dalam suatu proses tanpa memperhatikan perancangan secara keseluruhan. Untuk mengatasinya, perlu adanya evaluasi agar terciptanya kawasan lingkungan permukiman yang tertata. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kondisi fisik dan non fisik sepanjang sungai di Kelurahan Pelita . Tahap pertama yang di lakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengetahui permasalahan yang sebenarnya terjadi di kawasan studi, serta sebagai landasan dasar untuk mengetahui tujuan dan sasaran dalam penelitian ini yaitu mengidentifikasi kondisi fisik dan non fisik kualitas ingkungan permukiman tepi sungai. Kemudiaan melakukan analisis untuk mengevaluasi kondisi fisik dan non fisik kawasan studi. Pada akhir akan diketahui kualitas lingkunan permukiman. Dengan menggunakan metode analisis kuisoner dan observasi dengan teknik analisis kuantitatif deskriptif. Identifikasi kualitas lingkungan permukiman tepi sungai di Kelurahan Pelita menunjukan bahwa kualitas permukiman tepi sungai adalah sedang baik secara fisik maupun non fisik. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya penduduk yang datang, sehingga menimbulkan permukiman baru dan tumbuh di Tepian Sungai dan munculnya budaya baru, perlu adanya evaluasi untuk pemerintah sebagai upaya penataan lingkungan permukiman di Kelurahan Pelita Samarinda
HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN DENGAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT PERUMNAS TLOGOSARI KOTA SEMARANG Desi Permatasari; Parfi Khadiyanto
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 4 (2014): November 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota merupakan ruang yang dinamis, pertambahan jumlah penduduk yang kian meningkat sudah tidak dapat dipungkiri. Kota Semarang terdapat perumahan besar yakni Perumnas Tlogosai di Kecamatan pedurungan yang kini daerah sekitarnya sudah berkembang pesat dan menjadi kawasan yang padat penduduk dan bangunan. Perkembangan kawasan tersebut menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan. Siahaan (2004) menyatakan jika lingkungan yang baik maka manusia dapat mencapai hidupnya yang baik dan sebaliknya. Oleh karena itu selain mencari tahu kualitas lingkungan yang ada di Perumnas Tlogosari, penelitian juga mencari tahu mengenai kualitas hidup masyarakatnya. Penelitian ini juga mencari tahu hubungan antara kualitas lingkungan dengan kualitas hidup menggunakan skoring hasil kuisioner masyarakat dan analisis tabulasi silang. Kualitas lingkungan diketahui dengan kondisi bangunan, sarana dan prasarana, lokasi dan aksesibilitas serta kenyamanan. Sedangkan Kualitas hidup masyarakat tersebut diketahui dengan kesehatan, ekonomi, pendidikan, dan kontak sosial.  Hasil dari penelitian ini menunjukan skor kualitas lingkungan dan kualitas hidup yang memiliki angka sama yakni 2,85 (mendekati baik) yang menunjukan adanya hubungan antara kualitas lingkungan dan kualitas hidup.Hal ini diuji pula dengan analisi tabulasi silang yang menunjukan chi square 0.005 yang berarti terdapat hubungan antar kedua variabel tersebut. Nilai kuaitas lingkungan tertinggi ada pada karakteristik wilayah dengan tipe rumah kecil dan lokasi akses yang mudah dan dekat dengan fasilitas. Sedangkan kualitas hidup yang baik terdapat pada kawasan rumah bedar yang berdekatan dengan perkampungan. Selain itu terdapat pula beberapa variabel yang saling mempengaruhi
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG KEGIATAN PARIWISATA DI DESA WISATA BEJIHARJO, GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA. Farizi Ramadhan; Parfi Khadiyanto
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 4 (2014): November 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (486.744 KB)

Abstract

Pariwisata menjadi salah satu kegiatan yang dapat menstimulasi pengembangan perekonomian suatu negara.Indonesia yang kaya akan keindahan alam dan budayanya menjadi sangat potensial pada pengembangan pariwisata, saat ini model pengembangan pariwisata berbasis masyarakat banyak diimplementasikan dalam bentuk pengembangan desa wisata. Konsep pengembangan desa wisata menjadi sangat implementatif terhadap pengembangan pariwisata diindonesia karena kayanya kearifan lokal dan alamnya. Desa wisata Beijiharjo, Kecamatan Karangmojo yang terletak di Kebupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu hasil pengembangan pariwisata berbasis partisipasi masyarkat. Kegiatan pengembangan pariwisata yang berjalan sejak tahun 2010 ini telah menerima banyak penghargaan dari pemerintah provinsi atau pusat, juga dari dunia internasional. Kegiatan partisipasi masyarkat yang berjalan baik telah meningkatkan perekonomian Desa Bejiharjo baik secara wilayah ataupun masyarkat.. Partisipasi masyarakat desa Bejiharjo dalam mendukung kegiatan menjadi sangat menarik karena sudah berhasil membuat pertumbuhan perekonomian bagi desa Bejiharjo, oleh karena itu itu timbul pertanyaan “bagaimana bentuk dan tingkat partisipasi masyarkat dalam mendukung pengembangan pariwisata di Desa Bejiharjo?”, pertanyaan inilah yang akan dicoba dijawab dalam penelitian ini. Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif dalam prosesnya. Penelitian ini bermaksud mengidentifikasi dan menganalisis pola pengelolaan pariwisata oleh masyarkat dan  bagaimanabentuk dan tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung kegiatan pariwisata di Kawasan Desa Wisata Bejiharjo.Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa kegiatan pengembangan pariwisata di Desa Bejiharjo sudah melibatkan masyarkat sejak awal inisiasi pengembangan pariwisata adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat membuat kegiatan pengembangan pariwisata dapat berjalan maksimal, sedangkan untuk tingkat partiispasi masyarkat di Desa Bejiharjo disimpulkan bahwa tingkat partisipasi masyarkat di Desa Bejiharjo adalah tingkat kemitraa, dimana posisi masyarakat dan pemerintah dalam kewenangan adalah setara, dan bentuk partisipasi masyarakat di Desa Bejiharjo sebagian besar berbentuk partisipasi dalam tahap implementasi dengan menjadi tourguide, pengelola pariwisata dan anggota Pokdarwis.