Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BATIK DI KABUPATEN KLATEN, QUO VADIS? Prihadi Nugroho; Wido Prananing Tyas; Maya Damayanti
TATALOKA Vol 20, No 2 (2018): Volume 20 Number 2, May 2018
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (424.288 KB) | DOI: 10.14710/tataloka.20.2.160-180

Abstract

Sejak tahun 2008, Pemerintah Kabupaten Klaten secara resmi mempromosikan industri batik lokal melalui Surat Edaran Bupati Klaten No. 025/575/08 tentang Uji Coba Penggunaan Pakaian Dinas Lurik/Batik Khas Daerah. Kebijakan ini ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Kepala BAPPEDA Kabupaten Klaten No. 050/08/09/2012 tentang Pembentukan 11 Klaster di Kabupaten Klaten, termasuk klaster batik. Selanjutnya, Bupati Klaten mengeluarkan Surat Keputusan No. 065/1154/2013 tentang Pakaian Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Klaten yang mewajibkan PNS Daerah mengenakan pakaian batik dua kali seminggu. Secara formal, ketiga kebijakan ini menjadi payung hukum untuk memajukan pengembangan industri batik Klaten. Pada kenyataannya, industri batik Klaten hingga kini belum memiliki arah pengembangan yang jelas dan terukur, dan relasi di antara pemangku kepentingan terkait kurang terkoordinasi harmonis. Kelembagaan vertikal yang ada didominasi kepentingan pemerintah daerah yang berorientasi proyek jangka pendek. Sementara itu, kelembagaan horizontal pada tataran akar rumput belum berhasil memadukan usaha batik dari hulu ke hilir secara bersama-sama. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi kesenjangan antara kebijakan dan kebutuhan aktual pengembangan industri batik lokal. Metode penelitian campuran dengan strategi sekuensial eksplanasi digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis tren perkembangan industri batik lokal dan karakteristik kelembagaan yang terbentuk. Luaran penelitian menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah daerah cenderung mengejar brand image batik Klaten sebagai produk unggulan dan media kampanye pariwisata daerah. Sebaliknya, pengusaha dan pengrajin batik lokal masih berkutat dengan masalah inefisiensi dan keberlanjutan produksi di dalam iklim persaingan yang tidak kondusif dan kerjasama antarindustri yang rendah. Peran aktor eksternal nonpemerintah diperlukan untuk menjembatani konflik kepentingan yang terjadi seraya meminimalkan intervensi pemerintah daerah yang berlebihan.
PENGARUH AKTIVITAS INDUSTRI TERHADAP PENINGKATAN EKONOMI PENDUDUK DAN PERKEMBANGAN PERDAGANGAN JASA DI KOTA BATAM Boni Kasih Napitupulu; Prihadi Nugroho
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 5, No 1 (2016): Januari 2016
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (972.959 KB)

Abstract

Indonesia as one of the developing country has some of coastal areas which utilized to develop the industrial activities based on manufacturing industry with labor intensive or even capital intensive.The development of industry activities in Batam are rely on domestic investment and foreign investment. One of the targeted region of industrial development is Batam City. With full support of industrial development from government on Economic Exclusive Zone, now industrial sector become the influence sector and leading sector in Gross Domestic Product of Batam City. It is also become the main focus of economic development. The aim of this research is to analyze and observe the influence of industrial activity to an increase in citizens’ economy based on income and the development of trade and services in Batam City. This research use quantitative approach with survey research method. The data collections are done with field surveys and questionnaires. Sampling which used in this research is purposive sampling, which targeted the sample according to the objective of research, therefore, the samples are the citizens who work in industrial sector. The study of this research shows that there are an increase in citizen’s economy and the development of trade and services as multiplier effect as the result of industrial activities in Batam City.
KETERKAITAN AKTIVITAS INDUSTRI DI KLASTER INDUSTRI BATIK BAYAT KABUPATEN KLATEN Avinda Dyah N; Prihadi Nugroho
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 5, No 1 (2016): Januari 2016
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1029.056 KB)

Abstract

The existence of business clusters can strengthen the resilience of the economy which mainly rely on existing potential. In 2006, industry and trade sector dominated by SMEs at 99% and approximately 30% of the population of SMEs in Indonesia are in Central Java. One of Klaten district, known as the dominance of small industrial activity. The flagship product of Klaten in 2013 is one industrial clusters batik. Industrial cluster is one of the small industry that has become the main economic commodities in Bayat, Klaten. Batik has been a source employement for the majority of people in Bayat, Klaten. Batik as local economic development able to create an ascsociation with related business like entrepreneur/batik craftsmen, supplier of raw materials, and buyer. The linkage will certainly have an impact on the business dependence. The dependence of batik craftsmen on suppliers of raw materials and the buyer mat ant any time be a time bomb for enterpreneurs/craftsmen batik. Moreover, in its development obstacles in the cluster development such as marketing and promotion. The lack of an extensive marketing campaign and resulted in many employers/batik craftsmen who rely showroom and cooperative. The weakness of mutual trust between employers/batik craftsmen in the sharing information is also an obstacle in the development of clusters. Lack of government’s role related to the flow production such as capital, marketing, and information sharing is one of the constraints in the batik industry cluster development. Constraints such activity causes the linkage of economic activity, social activity, horizontal, and vertical disturbed. This is certainly going to disrupt the continuity of batik industry cluster in Klaten. Results from this research that form of activity linkages Cluster Batik Bayat can be divided into three categories, namely new batik industry, heritage batik industry, and government-owned industries. Form of horizontal and vertikal linkages occur at variable raw material procurement, information sharing, market demand, and marketing. The highest form of horizontal linkages contained in the government-owned industries and vertical linkages form the dependence of business which at times can be reduced by buyer and suppliers of raw materials.
RECONCILING INDUSTRIAL CLUSTERS AND URBAN SYSTEMS THROUGH REGIONAL NETWORK GOVERNANCE: A CASE OF CENTRAL JAVA PROVINCE Prihadi Nugroho
Journal of Indonesian Economy and Business (JIEB) Vol 25, No 1 (2010): January
Publisher : Faculty of Economics and Business, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1540.251 KB) | DOI: 10.22146/jieb.6303

Abstract

The location distribution of industrial clusters is often associated with their proximity to production factors geographically and economically. Many studies show how industrial clusters can maximise inter-firm social and economic benefits through a process of collective efficiency and flexible specialisation. Particularly this condition can be achieved with a support of well-articulated urban systems where the integration of public service provisions can be established to reduce total transactional costs. In fact, most regions in Indonesia fail to present appropriate urban systems for ensuring the delivery of resources across regions. Moreover, the practices of decentralised developments since the past few years have been neglecting the importance of strengthened urban system following the tendency of governments to look after local developments. As a result, the industrial clustering approach which is implemented by some local governments only creates institutional obstacles and additional costs due to the lack of intergovernmental cooperation. Regarding this issue a regional network governance should be encouraged to provide coordination milieu between governments in developing industrial clusters altogether. This attempts may be useful to cutting off the regional differences of transactional costs that the respective clusters must cope with.Keywords: industrial clusters, urban systems, regional network governance
SOSIALISASI PENATAAN RUANG SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA DI RW XVII KELURAHAN SRONDOL WETAN, KECAMATAN BANYUMANIK KOTA SEMARANG Wiwandari Handayani; Prihadi Nugroho; Samsul Ma’rif; Agung Sugiri; Fadjar Hari Mardiansjah; Reny Yesiana; Bintang Septiarani
Jurnal Pasopati : Pengabdian Masyarakat dan Inovasi Pengembangan Teknologi Vol 1, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Semarang merupakan salah satu kota yang memiliki tingkat risiko banjir tinggi. Tingginya perubahan penggunaan lahan dari waktu ke waktu menimbulkan semakin meningkatnya risiko bencana banjir di Kota Semarang pada masa mendatang. Berkurangnya tutupan lahan akan mengakibatkan semakin sedikitnya infiltrasi air ke dalam tanah dan mengakibatkan kekeringan panjang di musim kemarau. Sebaliknya, berkurangnya tutupan lahan juga akan berdampak pada semakin besarnya limpasan air hujan ke permukaan yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya bencana banjir besar di musim penghujan.Salah satu wilayah yang terdapak banjir di Kota Semarang adalah wilayah RW XVII Kelurahan Srondol Wetan. Wilayah RW XVII Srondol Wetan terdampak banjir akibat dari luapan sungai yang berada di wilayah tersebut yang terjadi di musim penghujan. Kondisi drainase yang buruk dan kurangnya resapan air menjadi salah satu penyebab meluapnya sungai di wilayah tersebut. Untuk melakukan mitigasi melalui kegiatan pembangunan fisik dan perbaikan di wilayah tersebut, diperlukan proses dan waktu yang cukup lama, namun dalam musim hujan ini kejadian banjir sudah terjadi setidaknya dua kali selama awal tahun 2019.Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak serta kerugian pasca banjir, diperlukan mitigasi dengan melakukan penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana oleh masyarakat melalui sosialisai penataan ruang sehingga masyarakat dapat mengantisipasi kerugian serta kerusakan yang ditimbulkan apabila terjadi bencana di wilayahnya.Tujuan pengabdian ini adalah untuk memberikan sosialisasi/ penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya tata ruang serta pengurangan risiko bencana banjir di wilayahnya. Target dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah tersosialisasinya pengurangan risiko banjir bagi masyarakat, memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya manajemen kebencanaan, mengurangi risiko dari kejadian banjir dimasa datang.Kata Kunci: Sosialisasi, Penataan Ruang, Banjir
KELITBANGAN DALAM PEMBANGUNAN BIDANG EKONOMI KOTA SEMARANG Prihadi Nugroho; Samsul Ma’rif; Novita Rohmana Putri
Jurnal Riptek Vol 15, No 2 (2021)
Publisher : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.001 KB) | DOI: 10.35475/riptek.v15i2.133

Abstract

Misi pembangunan bidang ekonomi Kota Semarang menyebutkan bahwa pembangunan ekonomi dilakukan berdasarkan riset dan inovasi. Hal ini selaras dengan paradigma pembangunan ekonomi yang saat ini telah berorientasi pada knowledge- based economy yaitu pengetahuan dan budaya inovasi menjadi motor penggerak perekonomian. Dalam pencapaian misi pembangunan bidang ekonomi, Kota Semarang menghadapi berbagai permasalahan di antaranya berupa penurunan laju pertumbuhan ekonomi (LPE) dari 6,89% pada tahun 2019 menjadi minus 1,61% pada tahun 2020 dan pencapaian indeks daya saing daerah (IDSD) yang tidak signifikan. Selain itu, akibat pandemi Covid-19, perekonomian daerah mengalami perlambatan akibat terganggunya aktivitas-aktivitas ekonomi sejumlah sektor usaha. Kesenjangan (gap) antara hasil kinerja pada aspek ekonomi dan apa yang telah direncanakan sebelumnya oleh pemerintah lewat berbagai standar capaian yang ditetapkan menyebabkan munculnya permasalahan dalam mencapai misi pembangunan bidang ekonomi. Kegiatan kelitbangan dibutuhkan untuk mendukung pencapaian indikator-indikator kinerja pembangunan ekonomi Kota Semarang ini. Oleh karena itu, diperlukan kajian strategis kelitbangan yang diharapkan dapat menjadi jembatan antara penelitian menuju kebijakan (bridging research to policy) serta menjadi upaya implementasi kebijakan berbasisi bukti evidence based policy dalam pemerintahan Kota Semarang. Secara spesifik, kajian ini disusun dengan tujuan untuk menyusun arahan kegiatan kelitbangan di bidang ekonomi yang mendorong pencapaian visi dan misi RPJMD Kota Semarang 2021-2026. Kajian ini menggunakan metode penelitian campuran (mixed method) yaitu menggabungkan antara metode kuantitatif dan kualitatif. Kajian menghasilkan 49 usulan tema kelitbangan dengan jenis kegiatan berupa penelitian, pengembangan, dan evaluasi kebijakan. Kajian ini memiliki temuan bahwa dalam penyusunan usulan judul tema kelitbangan perlu memerhatikan indikator kinerja dan prioritas program yang mendukung tiap sasaran rencana pembangunan. Hal ini berkaitan dengan upaya agar tema kelitbangan yang diusulkan tepat sasaran dalam pencapaian indikator kinerja dalam misi bidang ekonomi.