Arif Eko Suprihono
Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Sinematografi Wayang: Persoalan Transmedia Seni Pertunjukan Tradisional dalam Program Tayangan Televisi Arif Eko Suprihono
Rekam : Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi Vol 15, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/rekam.v15i2.3355

Abstract

ABSTRAKMerujuk pada proses penelitian delapan tahun terakhir, dan melihat hasil kerja Penelitian Hibah Bersaing, Penelitian Produk Terapan, terungkap kompleksitas pengelolaan kegiatan seni pertunjukan tradisional di masyarakat. Berkait erat dengan budaya industri televisi, terbentang peluang sekaligus ancaman serius bagi eksistensi seni tradisi. Hasil  kerja penelitian dalam rencana makro, disarankan urgensi tindakan konstruktif dan sistematis kepada para pekerja seni untuk mengantisipasi benturan kepentingan industri pertelevisian Indonesia dengan pengelolaan seni pertunjukan tradisional. Persoalan cinematography seni  tradisional  membahas proses dialektika kreatif mengarah pada pemikiran, tindakan, dan produk budaya dengan menyadari kerangka perubahan dan penyesuaian kultural. Diyakini, bahwa kesenian tradisi memiliki nilai luhur, kearifan lokal, identitas karakter masyarakat, menunjuk pada kebhinnekaan dan keunggulan, kekhasan suku bangsa Indonesia, berbeda dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Referring to the research process of the last eight years, and looking at the work of the Competitive Grant Research, Applied Product Research, revealed the complexity of managing traditional performing arts activities in the community. Closely related to the culture of the television industry, opportunities and serious threats lie for the existence of traditional arts. The results of research work, suggest the urgency of constructive and systematic action to the arts workers to anticipate the conflicting interests of the Indonesian television with the management of traditional performing arts. The issue of traditional art cinematography refers to the process of creative dialectics leading to thoughts, actions, and cultural products by being aware of cultural change and adjustment frameworks. It is believed, that traditional arts have noble values, local wisdom, the identity of the character of the community, pointing to diversity and excellence, the uniqueness of Indonesian from other nations in the world.
Menemukan Formula Sinematografi Seni Pertunjukan Arif Eko Suprihono; Andri Nur Patrio
Resital: Jurnal Seni Pertunjukan (Journal of Performing Arts) Vol 12, No 1 (2011): Juni 2011
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/resital.v12i1.453

Abstract

Fokus dari sinematografi untuk seni pertunjukan dimaksudkan untuk diskusi tentang pembuatan pilihanpencahayaan dan kamera saat merekam aktivitas seni pertunjukan di panggung untuk program televisi. Televisiadalah bentuk di mana sesuatu disampaikan, dicapai, atau ditransfer ke sejumlah besar orang. Isu ‘efek’ televisikehilangan program-program yang mengarah perlu diminta tidak hanya dalam hal efek atau kegiatan penontontetapi juga dalam hal kesempatan yang hilang bagi keanekaragaman budaya yang akan diekspresikan pada kreativitastelevisi. Setiap aspek dari televisi menunjukkan ketergantungan pada genre, yang merupakan kelompok kategorisproses diskursif yang transek teks melalui interaksi budaya mereka dengan industri, penonton, dan konteks yanglebih luas. Kita mungkin mulai diskusi dengan memulai dengan contoh tekstual seperti ketoprak humor, wayangkulit, opera van java sebagai praktek industri, pergeseran sejarah, atau kontroversi penonton.Kata kunci: sinematografi , seni pertunjukan, ketoprak humorABSTRACTThe Formula of Performing Arts Cinematography. The focus of cinematography for performing arts is intendedto a discussion about the making of lighting and camera choices when recording performing arts activities on stage for thetelevision programs. Television is the form in which something is conveyed, accomplished, or transferred to a large numberof people. The issues of ‘the effects’ of television miss leading programs needs to be asked not only in terms of effects oraudience activity but also in terms of missing opportunities for cultural diversity to be expressed on television creativities.Every aspect of television exhibits a reliance on genre, which are categorical clusters of discursive processes that transect textsvia their cultural interactions with industries, audiences, and broader contexts. We might begin a discussion by startingwith a textual example such as ketoprak humor, wayang kulit, opera van java as an industrial practice, a historical shift,or an audience controversy.Key words: cinematography, performing arts, cultural values, aesthetical consideration, television effects
SAVING “JOGED MATARAM” VIA YOUTUBE: PRESERVATION AND DISSEMINATION OF LOCAL CULTURE IN THE DIGITAL AGE Arif Eko Suprihono
International Journal of Humanity Studies (IJHS) Vol 5, No 2 (2022): March 2022
Publisher : Sanata Dharma University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/ijhs.v5i2.4304

Abstract

This research examines the paradigm shift of cultural policy within the Yogyakarta Royal Palace in embracing technology by means of social media to make the palace performance called “Joged Mataram” known to public. The data used in this qualitative research include various YouTube uploads of the screen-dance. Ethnographic method and detailed analysis of the uploads were put to use in this study. The results prove that the Yogyakarta Royal Palace had anticipated the digital age development by involving cultural citizens through the use of social media. Dance documentation products can be seen as cultural strategy in participating inthe digital life. It is also proven that the artistic approach of the Yogyakarta Royal Palace requires netizens’ participation to opine as to whether the palace performances can still meet the demands of the changing times.
Meningkatkan Informasi Visual dengan menggunakan Teknik Editing Split screen Pada Penyutradaraan Proram Televisi Magazine Show “WOMENPRENEUR” EPISODE “SHITA SOEBROTO : AQYARA CRAFT DAN LAIZA APRILIA : MAYONG STORE” Anna Dwi Nursanti; Arif Eko Suprihono; Andri Nur Patrio
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 3, No 1 (2020)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.409 KB) | DOI: 10.24821/sense.v3i1.5096

Abstract

ABSTRAK            Program televisi magazine show “Womenpreneur” adalah sebuah program yang bertema besarkan entrepreneurship atau wirausaha dengan pembahasan yang beragam per episode serta mengangkat usaha karya anak bangsa. Episode yang akan diproduksi kali ini adalah Shita Soebroto pemilik Aqyara Craft dan Laiza Aprilia pemilik Mayong Store. Adapun alasan dipilihnya kedua orang tersebut karena perempuan – perempuan diatas telah menjadi entrepreneur di umur yang masih muda dan memberi pengetahuan tentang dunia usaha yang masing-masing sedang digeluti kepada masyarakat.            Informasi mengenai perjalanan memulai dan bertahan dalam dunia usaha serta memberikan rekomendasi kepada masyarakat tentang ide usaha yang sedang ramai peminat saat ini diwujudkan melalui 3 macam rubrik yaitu ‘Womenpreneur Inspiratif’,  ‘Ragam Usaha Terkini’ dan ‘Peluang Usaha’ dalam format magazine show dengan penggunaan teknik Split Screen.            Karya seni audiovisual dengan judul Meningkatkan Informasi Visual dengan Menggunakan Teknik Editing Split Screen pada Penyutradaraan Pogram Televisi Magazine Show “Womenpreneur” Episode “Shita Soebroto : Aqyara Craft dan Laiza Aprilia : Mayong Store” ini bertujuan untuk memberikan informasi seluk beluk dunia wirausaha dan mengangkat usaha karya anak bangsa agar dapat memberi inspirasi kepada masyarakat untuk memulai kegiatan dibidang usaha. Kata Kunci : Program Televisi Magazine Show, Entrepreneur, Split Screen, Wirausaha
PENERAPAN PENCERITAAN TERBATAS PADA PENYUTRADARAAN FILM FIKSI “SASANALAYA” Arbani Abdurohman Annas; Arif Eko Suprihono; Gregorius Arya Dhipayana
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 1, No 2 (2018): SENSE
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (806.76 KB) | DOI: 10.24821/sense.v1i2.3491

Abstract

Skripsi karya seni berjudul Penerapan Penceritaan Terbatas pada Penyutradaraan Film Fiksi “Sasanalaya” menggunakan teknik tersebut untuk menciptakan efek kejutan dan membuat penonton menduga-duga adegan dalam film. Objek penciptaan karya seni ini adalah film fiksi berjudul "Sasanalaya" yang menceritakan tentang Giman dan Ummi yang sedang mencoba meyakinkan Ririn untuk membicarakan tentang wasiat Bapak yang ingin mewakafkan tanahnya.Penerapan penceritaan terbatas dilakukan dengan menyembunyikan informasi bahwa tanah yang sedang diurus akan diwakafkan. Informasi yang diberikan kepada penonton akan disembunyikan dan dipaparkan sedikit demi sedikit. Sehingga penonton akan menduga-duga adegan setelahnya. Konsep penciptaan karya ini ditekankan pada penerapan penceritaan terbatas di mana kamera tidak pernah lepas dari tokoh utama. Penonton akan mengikuti alur cerita melalui tokoh bernama Giman. Dengan begitu informasi yang didapatkan oleh penonton akan terbatas pada informasi yang juga diketahui oleh Giman. Dengan menyembunyikan informasi tersebut penonton akan dibuat penasaran dan memberikan efek kejutan ketika informasi tersebut diberikan.
Insert Media Studies: The Issue of Cinematography of Dance Posts on SocialMedia. Arif Eko Suprihono
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 4, No 1 (2021)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.409 KB) | DOI: 10.24821/sense.v4i1.5854

Abstract

ABSTRACTThe presence of digital technology encourages the acceleration of the movement of local cultural globalization towards the cultural of world entities. This paper intends to expose upload of dance activities as a new civilization of digital culture with various complexities of its dialogical transformation. Research locus on Classical dance Yogyakarta style entering digital media culture requires a qualitative approach. Many information is found in YouTube media, and some uploads selected for data represent several other uploads. Inquiry starts with obtaining data on media studies, literature studies, interview instruments, and aesthetic product downloads over a large number of samples of social media uploads. The flow of research management is carried out from problem mapping, data collection of uploaded products, literary data tracing, and narrative data networking from local cultural actors, to finally be analyzed, and information meaning. The Yogyakarta palace's globalization movement is real and apparent through cultural citizenship strategy in YouTube cinematography products. The forms of journalistic aesthetic work of various palace activities reflect the trans-contextualization of ideas, social behaviour, and the paradigm of creativity in the fight to recognize new digital culture entities. This paper shows the essence of media transform for the interaction dance dialectical activities with the new entity of the world to achieve a local culture in the global community. ABSTRAKKehadiran teknologi digital mendorong percepatan pergerakan globalisasi budaya lokal menuju budaya entitas dunia. Artikel ini bermaksud untuk mengekspos unggahan kegiatan menari sebagai peradaban baru budaya digital dengan berbagai kompleksitas transformasi dialogisnya. Penelitian lokus pada tarian klasik gaya Yogyakarta memasuki budaya media digital membutuhkan pendekatan kualitatif. Banyak informasi ditemukan di media YouTube, dan beberapa unggahan yang dipilih untuk data mewakili beberapa unggahan lainnya. Penyelidikan dimulai dengan memperoleh data tentang studi media, studi literatur, instrumen wawancara, dan unduhan produk estetika melalui sejumlah besar sampel unggahan media sosial. Alur pengelolaan penelitian dilakukan mulai dari pemetaan masalah, pengumpulan data produk yang diunggah, penelusuran data sastra, dan penjaringan data naratif dari pelaku budaya setempat, hingga akhirnya dianalisis, dan makna informasi. Gerakan  globalisasi  tari Yogyakarta sebagai objek penelitian dan menunjukkan keunikan produk sinematografi di YouTube. Bentuk karya estetika jurnalistik dari berbagai kegiatan istana mencerminkan transformasi ide, perilaku sosial, dan paradigma kreativitas dalam perjuangan untuk mengenali entitas budaya digital baru. Paper ini ingin menunjukkan esensi  transformasi media untuk kegiatan dialektika tari interaksi dengan entitas baru dunia untuk mencapai komunitas global dari sisi studi media. KeywordsDance studies phenomena; screen dance media studies; cinematography of dance; digital culture; social media YouTube.
DYNAMIC SHOT UNTUK MEMPERKUAT REALITAS PADA SINEMATOGRAFI FILM MOCKUMENTARY “BOOKING OUT” Khanif Irkham Muzaki; Arif Eko Suprihono; Latief Rakhman Hakim
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 3, No 2 (2020)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (249.824 KB) | DOI: 10.24821/sense.v3i2.5108

Abstract

ABSTRACTThe final project of art creation entitled "Dynamic Shot to Strengthen Reality in The Cinematography of Mockumentary film production “Booking Out” is taking form in a mockumentary film that raises the issue of sexuality in Indonesian society, especially at the city of Yogyakarta.  The film tells the story of a fake online sex worker who wants to gain profit by tricking a man on the internet whose think that he is a sexual worker and paying him money, but in the end he's being caught by the police because of fraud, exploitation, misuse of data along with his sister-in-law's report to the police. Mockumentary film is a work of fictional film which has a visual structure resembling a documentary film and must be able to build its own reality.  Cinematography is one of the fragment of how filmmaker could tell a narrative through visuals and it consists of three aspects, namely camera film, framing and image duration, and that should be one of the main concerns in the creation of a mockumentary film.  The use of dynamic shot as a cinematographic concept in the creation of a mockumentary film "Booking Out" can maximize the exploration of motion on the camera through the use of long take, handheld, and zoom techniques, this is useful as an enhancer of the reality especially in the visual look and mood or atmosphere of the mockumentary film. Keyword : Cinematography, Dynamic Shot, Reality, Mockumentary Film  ABSTRAK            Karya tugas akhir penciptaan seni berjudul Dynamic Shot Untuk Memperkuat Realitas Pada Sinematografi Film Mockumentary “Booking Out” merupakan sebuah karya film mockumentary yang mengangkat isu seksualitas di masyarakat Indonesia, khususnya kota Yogyakarta. Film Mockumentary “Booking Out” bercerita mengenai seorang pekerja seks online palsu, menginginkan keuntungan banyak dari pekerjaannya, namun justru tertangkap polisi karena kasus penipuan, eksploitasi, dan penyalahgunaan data dengan pelapor adik iparnya sendiri.Film mockumentary merupakan sebuah karya film fiksi yang  memiliki struktur visual menyerupai film dokumenter haruslah dapat membangun sebuah realitas kehidupan yang nyata. Sinematografi sebagai salah satu bagian dari cara bertutur sebuah film melalui visual terdiri dari tiga aspek yaitu kamera dan film, framing serta durasi gambar, patutlah menjadi salah satu perhatian utama dalam penciptaan sebuah film mockumentary. Penggunaan dynamic shot sebagai konsep sinematografi pada penciptaan film mockumentary “Booking Out”  dapat memaksimalkan eksplorasi gerak pada kamera melalui penggunaan teknik longtake, handheld, dan juga zoom, hal ini berguna sebagai pemerkuat realitas look (nuansa) dan mood (suasana) sebuah film mockumentary. Kata Kunci : Sinematografi, Dynamic Shot, Realitas, Film Mockumentary
Representasi Emosi Tokoh Utama Menggunakan Rhythmic Design dalam Penyutradaraan Film Fiksi “Komik Jagoan” Dharmawangsa, Dwitya Yoga; Suprihono, Arif Eko; Haryono, Antonius Janu
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 7, No 1 (2024)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sense.v7i1.12771

Abstract

TRANSFORMATION OF AESTHETIC PREFERENCES: LEGITIMATE TASTE IN PERFORMING ARTS ON SOCIAL MEDIA suprihono, Arif Eko
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 8, No 2 (2025)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sense.v8i2.17638

Abstract

This article is the result of research on the phenomenon of the transformation of aesthetic preferences among internet users toward stage performing arts. Digital citizens are a new form of entity, born from the development of social media technology. One of the effects of the interaction between social media and performing arts is the emergence of a new virtual stage format to meet the aesthetic needs of internet society. There has been a transformation where live stage performances have taken on digital form through the involvement and creativity of cinematography technology. The issue that arises concerns which factors can consistently be maintained in performing arts uploads as a form of media transformation and its models of appreciation. This research uses netnography and hermeneutics methods. The issue of the aesthetic transformation of performing arts is found in the form of internet data. By using digital responsive sentiment data, the researcher identifies and analyses netizen sentiment. As netizen appreciation differs in form and aesthetic enjoyment, this study demonstrates an extreme shift in preferences. The research findings will be presented in the form of a narrative report and the ideas disseminated through scientific journals community.Key words: performance transformation, aesthetic preferences, legitimate taste, social media uploads.