Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Integrasi E-Government Kabupaten Sidoarjo dengan Service Oriented Architecture (SOA) Rengga Asmara; Jauari Akhmad Nur Hasim; Adi Putra Utama
Jurnal Inovtek Polbeng Seri Informatika Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : P3M Politeknik Negeri Bengkalis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1436.373 KB) | DOI: 10.35314/isi.v5i1.1094

Abstract

Duplikasi data, data tidak sinkron, dan pembengkakan dana merupakan masalah utama dari sistem pelayanan kepemerintahan (e-government) saat ini. Hal ini disebabkan karena belum adanya integrasi antar sistem e-government pada pemerintah daerah (pemda). Penerapan integrasi data dapat menghemat dana pembuatan dan operasional hingga 7 triliun pada setiap pemerintah daerah dan dapat mempercepat proses interaksi dan komunikasi antar dinas pada pemerintah daerah. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah e-government yang terintegrasi dari berbagai layanan yang ada pada pelayanan kepemerintahan Kabupaten Sidoarjo. Metode yang digunakan dalam mengembangkan integrasi ini yaitu menggunakan Metode Service Oriented Architecture (SOA). Metode ini dipilih karena mempunyai banyak kelebihan, seperti : reusable, mudah dikelola, skalabilitas yang tinggi, dan mudah dikembangkan. Pada proses pengembangan e-government mempunyai 3 tahap utama, yaitu : pembuatan database, pembuatan service, dan penerapan service pada frontend. Hasil dari penelitian ini yaitu berupa kesimpulan terhadap kemampuan metode yang digunakan dalam integrasi e-government dan sebuah aplikasi pelayanan e-government
TINGKATKAN KAMERA SMARTPHONE TIPE ENTRY LEVEL DAN MID RANGE UNTUK MENGHITUNG DENYUT JANTUNG DAN SATURASI OKSIGEN BERBASIS PHOTOPLETHYSMOGRAM KONTAK Pramulen, Aji Sapta; Cyberputri, Dinda; Hasim, Jauari Akhmad Nur; Fananda, Ibrohim Yofid; Wulandari, Irma; Damastuti, Fardani Annisa
Transmisi: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro Vol 26, No 2 April (2024): TRANSMISI: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro
Publisher : Departemen Teknik Elektro, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/transmisi.26.2.77-85

Abstract

Pemanfaatan smartphone kelas konsumen sebagai perangkat sensor medis mempunyai potensi yang sangat besar, terutama bila dilengkapi dengan sensor yang mampu melacak berbagai biosinyal, termasuk suara dan denyut nadi. Namun, karena beberapa kendala teknis yang terkait dengan kamera ponsel pintar, memastikan kepatuhan terhadap standar perangkat medis untuk pengukuran oksimetri nadi yang akurat menjadi sebuah tantangan. Makalah ini memperkenalkan aplikasi ponsel pintar baru yang dirancang untuk memperkirakan tanda-tanda vital seperti detak jantung dan tingkat SpO2. Aplikasi ini menggabungkan metode untuk meningkatkan laju pengambilan sampel kamera, sehingga meningkatkan akurasi pengukuran. Penelitian ini melibatkan pemrosesan video dari 30 subjek ujung jari lalu mengekstrak dua jenis sinyal PPG dan membandingkannya berdasarkan morfologi yang berpusat pada rata-rata ansambel dan penilaian morfologi ketukan per ketukan. Hasilnya menunjukkan bahwa waktu pemaparan yang singkat menghasilkan sinyal CPPG (photoplethysmogram kontak) SNR tinggi hingga 20 dB bila dibandingkan dengan sinyal referensi PPG (photoplethysmogram). Hasil aplikasi ini memiliki kesalahan rata-rata sebesar 1,97 saat mengukur detak jantung dan 0,87 saat mengukur saturasi oksigen. Rata-rata error menggunakan smartphone OPPO A83 adalah 2,18 per detak jantung dan 0,84 per saturasi oksigen. Smartphone Samsung A12 memiliki rata-rata skor error 1,12 untuk detak jantung dan 0,41 untuk saturasi oksigen. Temuan ini memberikan dukungan terhadap kemanjuran aplikasi ponsel cerdas yang diusulkan dalam estimasi tanda vital.
Implementasi Animasi 2D menggunakan Motion Graphic sebagai Media Informasi Palang Merah Indonesia Wulandari, Irma; Fananda, Ibrohim Yofid; Hasim, Jauari Akhmad Nur; Pramulen, Aji Sapta; Damastuti, Fardani Annisa; Zukhaha, Ashiliya Atsmara
Bulletin of Computer Science Research Vol. 5 No. 5 (2025): August 2025
Publisher : Forum Kerjasama Pendidikan Tinggi (FKPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47065/bulletincsr.v5i5.739

Abstract

The Indonesian Red Cross (PMI) has a significant responsibility in conveying humanitarian information to the public. However, the challenges of effectively communicating information to the broader community remain a primary concern, as conventional media often lack appeal and are difficult to comprehend fully. To address this issue, this study implements 2D animation based on motion graphics as a communication medium for PMI. The animation production process includes creating storyboards, developing visual illustrations, graphic processing, adding motion elements, voice narration, and audio-visual synchronization, resulting in a communicative and engaging medium. 2D animation was chosen because it can present messages with simple yet clear visuals, while motion graphics provide engaging motion dynamics that make information easier to understand and remember. The integration of both allows for the delivery of messages that are concise, interactive, and in line with the characteristics of digital media that are widely accessed by the public. Evaluation results show a significant increase in the level of understanding among respondents after watching the video, with post-test scores reaching 94.8% in the PMI member group and 91.2% in the general public group. These findings affirm that 2D animation media based on motion graphics is effective in enhancing the appeal, understanding, and effectiveness of PMI communication, thus it can be an innovative alternative strategy to expand the reach of humanitarian information.
Tool Refactoring Otomatis untuk Menangani Lazy Class Code Smell dengan Pendekatan Software Metrics Sa'adah, Umi; Permatasari, Desy Intan; Hardiansyah, Fadilah Fahrul; Yunanto, Andhik Ampuh; Hasim, Jauari Akhmad Nur; Wulandari, Irma; Pahlevi, Muhammad Reza; Shihab, Dufan Quraish
Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Vol 9 No 4: Agustus 2022
Publisher : Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25126/jtiik.2022934646

Abstract

Keberadaan lazy class sebagai code smell dapat meningkatkan jumlah class yang tidak begitu perlu pada perangkat lunak, sehingga meningkatkan biaya pemeliharaan dari segi waktu dan usaha. Ancaman tersebut dapat diatasi dengan restrukturisasi internal atau refactoring perangkat lunak. Namun, akibat keterbatasan tool, mengharuskan proses refactoring dilakukan secara manual, sehingga membutuhkan waktu dan biaya pemeliharaan yang tinggi. Penelitian ini mengajukan sebuah tool yang dapat mendeteksi dan me-refactoring lazy class secara otomatis. Penelitian yang diajukan ini bertujuan untuk menghindari refactoring lazy class secara manual. Input dari tool merupakan lokasi sebuah projek. Proses dimulai dari mendeteksi file dan class pada projek. Kemudian dilakukan proses deteksi lazy class dengan mengukur karakteristik perangkat lunak atau software metrics. Tahapan terakhir yaitu proses refactoring otomatis, yang dilakukan dengan membuat, me-replace, atau menghapus file, untuk menghasilkan projek yang telah di-refactor. Berdasarkan hasil percobaan, tool yang dikembangkan ini mampu mendeteksi dan me-refactoring lazy class dengan tingkat akurasi sama dengan manual dan proses kecepatannya hanya 5,71 detik. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa tool dapat bekerja secara akurat dan lebih cepat dibandingkan dengan cara manual. Serta tool ini diharapkan dapat membantu para pengembang untuk meminimalisir effort dari segi biaya dan waktu dalam melakukan refactoring. AbstractThe existence of lazy classes as code smells can increase the number of unnecessary classes in software, thus increasing maintenance costs in terms of time and effort. These threats can be overcome by internal restructuring or software refactoring. However, due to limited tools, the refactoring process is required to be done manually, which requires time and high maintenance costs. This research proposes a tool that can detect and refactor lazy class automatically. This research is proposed to avoid refactoring lazy class manually. The input of the tool is the location of a project. The process starts with detecting files and classes in the project. Then the lazy class detection process is carried out by measuring the characteristics of the software or software metrics. The final stage is the automatic refactoring process, which is done by creating, replacing, or deleting files, to produce a refactored project. Based on the experimental results, the tool developed is able to detect and refactoring lazy classes with the same accuracy level as manual and the process speed is only 5.71 seconds. So this shows that the tool can work accurately and faster than the manual method. And this tool is expected to help developers to minimize the effort in terms of cost and time in refactoring.