Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

SERABUT KELAPA SEBAGAI PRODUK BODY PROTECTOR YANG ERGONOMIS DENGAN METODE BIO-SIZING Iftitah Ruwana; Dayal Gustopo
Jurnal Ilmiah Teknik Industri Vol 3, No 3 (2015): Jurnal Ilmiah Teknik Industri (Jurnal Keilmuan Teknik dan Manajemen Industri)
Publisher : Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jitiuntar.v3i3.471

Abstract

Serat alam yang berasal dari serabut kelapa banyak tumbuh di daerah tropis (tropical plant) dan memiliki jenis dengan jumlah yang sangat banyak tetapi masih belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga memiliki kesempatan untuk dikembangkan sebagai bahan produk. Dengan pemahaman (1) sifat fisik dan morfologinya; (2) karakteristik coir fiber (serabut kelapa) sebagai salah satu serat alam yang dapat digunakan sebagai bahan produk yang mampu memenuhi kebutuhan aplikasi produk teknik belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Agar bahan dapat digunakan maka dibutukan perlakuan serat agar dihasilkan sifat fisik dan kekuatan yang lebih baik. Berdasarkan kondisi tersebut maka dibuat produk pelindung yaitu produk body protector yang berasal dari coir fiber, dimana serabut kelapa memiliki karakteristik fisik yaitu kekuatan tarik, elastisitas, biodegradable, dan insulasi yang baik terhadap suhu. Dengan karakteristik tersebut maka dapat dilakukan proses biotreatmen. Proses awal dilakukan treatmen bio-scoring kemudian dilakukan proses bio-sizing yang dapat meningkatkan kualitas fisik serabut kelapa. Proses treatmen bio sizing menggunakan bahan latek, arrow root dan resin dan menghasilkan serabut kelapa nonwoven sehinga dapat digunakan menjadi produk body protector. Untuk mehasilkan produk body protector yang ergonomis maka dilakukan pengukuran antropometri pada orang dewasa dengan didapat hasil pengukuran. Peningkatan kualitas fisik coir fiber dengan metode bio sizing setelah mengalami treatmen menjadi MC berkisar antara 13,38% sampai 17,2% sedangkan MR berkisar antara 16,79%, sampai 20,77%, kekuatan 3,2 kg/mm sehingga dapat dijadikan produk body protector memiliki kualitas dan tingkat kenyamanan yang baik dengan disain ergonomis pengukuran antropometri dengan dimensi produk yang dirancang sesuai anthropometri untuk lebar bahu adalah terkecil 41cm dan terbesar 46,5 cm, ukuran dimensi lebar dada terkecil 86 cm terbesar 101,5 cm dan ukuran dimensi panjang badan terkecil 61,6 cm terbesar 64,4 cm Kata Kunci : Coir Fiber, Bio-Treatment Sizing, Body Protector Ergonomis
PENERAPAN MESIN PENGASAPAN IKAN PADA SENTRA USAHA IKAN ASAP KABUPATEN SIDOARJO Sany Andjar; Julianus Hutabarat; Dayal Gustopo; Dwi Ana Anggorowati; Muhammad Fatkhurozi; Yoga Putra Alviansyah; Nur Efendi; Widhiyanto
JASTEN (Jurnal Aplikasi Sains Teknologi Nasional) Vol. 2 No. 1 (2021)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Teknologi Nasional Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.941 KB) | DOI: 10.36040/jasten.v2i1.3438

Abstract

On the northeast coast of Sidoarjo Regency, East Java, most people carry out smoking business activities and have become a superior product for Sidoarjo Regency. The delicacy of smoked milkfish from the area which is the gateway to East Java Province is produced only from freshly caught fish. Fish are cultivated by paying attention to good water circulation so that they do not smell like the soil. Not only that, to produce savory smoked fish, fish must be processed traditionally, only with natural ingredients. The smoked fish craftsmen have fully memorized these conditions and guarded them for the continuity of their business. Smoked fish business centers in Sidoarjo are scattered in Sedati and Tanggulangin Districts. However, the largest is in Penatarsewu Village, Tanggulangin District. Processed fish is not limited to milkfish, but almost all types of fish caught in the sea and cultivated, such as tilapia, catfish and tuna. Different from the character of the village in general, almost every resident's house in Penatarsewu has a burning chimney. Some of the chimneys were made of iron, but others were constructed of red bricks mixed with sand and cement.