Lindawati Lindawati
Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

NILAI EKONOMI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KABUPATEN WAKATOBI Andrian Ramadhan; Lindawati Lindawati; Nendah Kurniasari
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 11, No 2 (2016): DESEMBER (2016)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (795.233 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v11i2.3834

Abstract

Ekosistem terumbu karang memiliki fungsi baik secara ekologi maupun ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengestimasi nilai ekonomi (baik secara langsung maupun tidak langsung) dari ekosistem terumbu karang.  Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Wakatobi pada tahun 2015.  Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.  Pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling, dengan jumlah responden sebanyak 67 orang.  Metode analisis data menggunakan pendekatan produktivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari fungsi ekologinya, estimasi nilai ekonomi terumbu karang sebagai penahan gelombang sebesar Rp. 372.208.100.000/tahun (Rp. 18.742.929/ha/tahun), sedangkan estimasi nilai ekonomi sebagai tempat pertumbuhan ikan sebesar Rp, 400.024.550.999/tahun (Rp. 7.339.900/ha/tahun).  Selain dari sisi ekologis, keberadaan ekosistem terumbu karang juga dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan tangkap dan budidaya rumput laut.  Estimasi nilai ekonomi untuk kegiatan perikanan tangkap sebesar Rp.  373.017.285.444/tahun (Rp. 6.844.354/ha/tahun), sedangkan estimasi nilai ekonomi untuk kegiatan budidaya rumput laut sebesar Rp. 8.160.682.302/tahun Rp.15.397.524/ha/tahun).  Oleh karena itu, untuk menjaga kelestarian ekosistem terumbu karang perlu adanya koordinasi yang intensif antara masyarakat dan pemerintah terkait pengelolaan dan pemanfaatan dari keberadaan ekosistem terumbu karang.Title: Economic Value of Coral Reef Ecosystem in Wakatobi DistrictEcosystem of Coral reef hasecological and economical function. The purpose of this study is to estimate the economic value of the functionsboth directly and indirectly. The research was conducted in Wakatobi in 2015. Data collected consist of primary data and secondary data. Data were collected from 67 respondents which are determined by purposive sampling method. The result estimate the economic value of coral reefs from its function as a wave barrier is Rp. 372.208.100.000/year(Rp. 18,742,929 /ha/year), while the economic value as a fish growth reach Rp, 400.024.550.999/year (Rp. 7.3399 million / ha / year). Ecosystem of coral reef is also used for fishing and seaweed farming where the estimated economic value is  373.017.285.444/year (Rp. 6,844,354 / ha / year)and Rp. 8.160.682.302/year(Rp.15.397.524 / ha / year). Considering these benefits, the ecosystem management need to be coordinated intensively between the community and government especially in the utilization. 
IDENTIFIKASI FAKTOR DAN PENILAIAN RISIKO PADA USAHA PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN SAMBAS Lindawati Lindawati; Rikrik Rahadian
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 11, No 1 (2016): Juni (2016)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (446.005 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v11i1.3175

Abstract

Usaha penangkapan ikan akan selalu dihadapkan pada risiko kerugian yang tinggi, akibat daritingginya tingkat ketidakpastian. Dengan mengambil kasus usaha penangkapan ikan pelagis kecil dandemersal di Kabupaten Sambas, makalah ini bertujuan untuk menilai besaran kemungkinan terjadinyarisiko kerugian pada usaha perikanan tangkap dan mengidentifikasi faktor-faktor penyebab risiko kerugiantersebut. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh darihasil survey pada tahun 2014 dan 2015 terhadap sampel responden yang diambil secara purposive.Data sekunder yang dikumpulkan berupa data potensi perikanan dan laporan tahunan yang diperolehdari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sambas. Analisis yang digunakan dalam penelitian iniadalah analisis statistik deskriptif dan simulasi Monte Carlo untuk menilai peluang risiko kerugian. Hasilsimulasi Monte Carlo menunjukkan bahwa peluang terjadinya risiko kerugian dari usaha penangkapanikan di Kabupaten Sambas adalah 30%. Berdasarkan persepsi responden, faktor-faktor penyebab risikoyang dominan antara lain: 1) peningkatan biaya operasional (93%); 2) kesulitan permodalan (76%);dan 3) gangguan kesehatan (69%). Sehingga, untuk mengurangi beban risiko yang dihadapi olehpara nelayan, maka diperlukan kebijakan penguatan permodalan usaha dalam bentuk pembentukanlembaga penyedia modal usaha bagi nelayan kecil, yang dapat menggantikan peran agen/toke dalammenyediakan modal usaha.Title:  An Assessment of Contributing Risk Factor and its Measurement on Capture Fisheries in Sambas District Captured fisheries business is daily faced with high risk due to many uncertainties that it has to deal with. This research is mainly aimed at measuring the probability of loss from the captured fisheries business conducted within the Sambas Region. The data used for the measurement done were acquired from both primary sources – a 2014-2015 panel data survey to a sample of purposively chosen 30 fishers – as well as secondary sources – regional fishery statistics and publications. The monte carlo simulation was applied to produce the measurement of loss probability intended. The simulation showed that there is a 30% chance where a captured fisheries business in Sambas Region may result in a loss. According to fishers’ perception, the probable causes of such risks may be due to a few factors, such as: 1) operating cost push (92%); 2) financing difficulties (76%); and 3) health problems (69%). Thus, alleviating the burden of risks of fishers will require a capital strengthening policy through creating a capital provision institution which could substitute the role of rent-seeking Agents/ Tokes as capital providers.
DINAMIKA KEBIJAKAN PENGELOLAAN DAN KEWIBAWAAN KELEMBAGAAN ADAT (Studi Kasus Pada Masyarakat Adat Liya di Wakatobi Sulawesi Tenggara) Nendah Kurniasari; Andrian Ramadhan; Lindawati Lindawati
Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 1 (2017): JUNI 2017
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.228 KB) | DOI: 10.15578/jksekp.v7i1.5747

Abstract

Pasang surut kewenangan lembaga adat dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan di Wakatobi, turut berpengaruh terhadap kondisi sumberdaya alam tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana peran kelembagaan adat dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan. Penelitian pada masyarakat adat liya di Kabupaten Wakatobi pada Tahun 2015 dengan menggunakan metode kualitatif yang mengandalkan data sekunder dan data primer dari berbagai informan kunci.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelembagaan adat di wakatobi meskipun eksistensinya sudah menurun namun kewibawaannya relatif masih kuat sehingga berpotensi sebagai lembaga yang efektif untuk mengatur perilaku masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya kelautan dan perikanan secara arif. Hal ini berpengaruh terhadap keberlanjutan nilai sosial dari sumberdaya. Oleh karenanya, revitalisasi lembaga adat merupakan langkah yang harus segera dilaksanakan oleh pemerintah guna menjaga sumberdaya kelautanan dan perikanan secara berkelanjutan.Title: Exoticism of Wakatobi and institutional initiative Citizen using Case study on Indigenous peoples in Wakatobi Sulawesi TenggaraThe dynamics of the authority of traditional institutions in the management of marine resources and fisheries in the Wakatobi, also affect the condition of the natural resources. This study aims to describe how the role of traditional institutions in the management of marine resources and fisheries. The study was conducted in Wanci and Kaledupa in 2015 using qualitative methods that rely on secondary data and primary data from a variety of key informants. The results showed that the traditional institutions in wakatobi although its existence has been declining but still relatively strong authority, thereby potentially as effective institutions to regulate people's behavior in the use of marine and fishery resources wisely. Therefore, the revitalization of traditional institutions is a step that should be undertaken by the government to safeguard marine and fisheries resources in a sustainable manner.
Kinerja Usaha Pembenihan dan Pendederan Ikan Mas di Desa Sumur Gintung, Pagaden Barat, Subang Lindawati Lindawati; Nensyana Shafitri
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 8, No. 2, Tahun 2013
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (454.059 KB) | DOI: 10.15578/marina.v8i2.3020

Abstract

Kabupaten Subang merupakan salah satu daerah penghasil benih ikan mas di Propinsi Jawa Barat. Salah satu desa penghasil benih di Subang adalah Desa Sumur Gintung, Kecamatan Pagaden Barat. Jenis usaha budidaya dikelompokkan ke dalam tiga jenis usaha yaitu pembenihan, pendederan serta pembenihan pendederan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja usaha budidaya ikan di Desa Sumur Gintung. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden yang dilakukan pada bulan Agustus 2011. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan metode survey. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 40 orang responden, yang terdiri dari 19 orang responden yang bergerak dalam usaha pembenihan ikan, 10 orang responden yang bergerak dalam usaha pendederan ikan, serta 11 orang responden yang bergerak dalam usaha pembenihan pendederan ikan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha budidaya di Desa Sumur Gintung masih layak untuk dilakukan, hal ini dapat dilihat dari nilai R/C Ratio yang diperoleh lebih besar dari satu, yaitu untuk jenis usaha pembenihan, usaha pendederan, serta usaha pembenihan dan pendederan masing-masing sebesar 1,12; 1,46 dan 1,08.
Persepsi Pelaku Usaha Tambak Terhadap Penanggulangan Bencana Banjir di Pantai Utara Jawa Barat Lindawati Lindawati; Nendah Kurniasari
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 9, No. 2, Tahun 2014
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.69 KB) | DOI: 10.15578/marina.v9i2.432

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi pembudidaya tambak terhadap penanggulangan bencana banjir. Penelitian ini dilakukan di pantai Utara Jawa Barat, tepatnya di Kabupaten Subang dan Karawang. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pendekatan survey dengan melakukan wawancara kepada pembudidaya tambak, sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang dan Karawang. Pengambilan responden dilakukan secara purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 17 orang pembudidaya tambak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi pembudidaya tambak terhadap ketepatan, kecepatan dan efektifitas penanggulangan bencana banjir masih rendah, baik pada saat situasi tanggap darurat maupun saat rehabilitasi usaha. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi terjadinya banjir serta kerusakan dan kerugian yang lebih besar, pembudidaya tambak melakukan beberapa langkah yaitu membuat jaring atau waring yang dipasang di sepanjang kolam dan pintu air tambak untuk menghalangi ikan berpindah dari kolam ketika air tambak menjadi luber akibat banjir, membuat alat dari pipa paralon yang digunakan untuk membuka saluran air yang menghubungkan sungai dengan tambak ketika surut dan menutupnya ketika pasang sehingga air tambak tidak meluap, memperbaiki tambak menjadi lebih tinggi dan mengeruk lahan tambak lebih dalam dari sebelumnya, penanaman pohon mangrove yang berfungsi sebagai “rumah ikan” (fish apartement) pada saat terjadi banjir serta melakukan panen lebih awal untuk menghindari kerugian yang lebih besar.