Andrian Ramadhan
Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

NILAI EKONOMI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KABUPATEN WAKATOBI Andrian Ramadhan; Lindawati Lindawati; Nendah Kurniasari
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 11, No 2 (2016): DESEMBER (2016)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (795.233 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v11i2.3834

Abstract

Ekosistem terumbu karang memiliki fungsi baik secara ekologi maupun ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengestimasi nilai ekonomi (baik secara langsung maupun tidak langsung) dari ekosistem terumbu karang.  Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Wakatobi pada tahun 2015.  Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.  Pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling, dengan jumlah responden sebanyak 67 orang.  Metode analisis data menggunakan pendekatan produktivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari fungsi ekologinya, estimasi nilai ekonomi terumbu karang sebagai penahan gelombang sebesar Rp. 372.208.100.000/tahun (Rp. 18.742.929/ha/tahun), sedangkan estimasi nilai ekonomi sebagai tempat pertumbuhan ikan sebesar Rp, 400.024.550.999/tahun (Rp. 7.339.900/ha/tahun).  Selain dari sisi ekologis, keberadaan ekosistem terumbu karang juga dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan tangkap dan budidaya rumput laut.  Estimasi nilai ekonomi untuk kegiatan perikanan tangkap sebesar Rp.  373.017.285.444/tahun (Rp. 6.844.354/ha/tahun), sedangkan estimasi nilai ekonomi untuk kegiatan budidaya rumput laut sebesar Rp. 8.160.682.302/tahun Rp.15.397.524/ha/tahun).  Oleh karena itu, untuk menjaga kelestarian ekosistem terumbu karang perlu adanya koordinasi yang intensif antara masyarakat dan pemerintah terkait pengelolaan dan pemanfaatan dari keberadaan ekosistem terumbu karang.Title: Economic Value of Coral Reef Ecosystem in Wakatobi DistrictEcosystem of Coral reef hasecological and economical function. The purpose of this study is to estimate the economic value of the functionsboth directly and indirectly. The research was conducted in Wakatobi in 2015. Data collected consist of primary data and secondary data. Data were collected from 67 respondents which are determined by purposive sampling method. The result estimate the economic value of coral reefs from its function as a wave barrier is Rp. 372.208.100.000/year(Rp. 18,742,929 /ha/year), while the economic value as a fish growth reach Rp, 400.024.550.999/year (Rp. 7.3399 million / ha / year). Ecosystem of coral reef is also used for fishing and seaweed farming where the estimated economic value is  373.017.285.444/year (Rp. 6,844,354 / ha / year)and Rp. 8.160.682.302/year(Rp.15.397.524 / ha / year). Considering these benefits, the ecosystem management need to be coordinated intensively between the community and government especially in the utilization. 
PENDEKATAN VALUASI EKONOMI UNTUK MENGHITUNG DAMPAK EKONOMI AKIBAT TUMPAHAN MINYAK DI WILAYAH PESISIR DAN LAUT Andrian Ramadhan; Siti Hajar Suryawati; Sonny Koeshendrajana
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 12, No 1 (2017): JUNI 2017
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (372.615 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v12i1.6283

Abstract

Kejadian tumpahan minyak di laut bisa terjadi sewaktu-waktu dan dimana saja khususnya yang memiliki kedekatan dengan jalur perkapalan dan aktivitas pengeboran minyak. Hal ini menuntut kewaspadaan pemerintah sekaligus kemampuan untuk menanggulangi kejadian yang terjadi secara cepat. Seiring dengan itu, pemerintah juga harus segera dapat menghitung nilai kerugian atau dampak ekonomi yang ditimbulkan. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun pedoman perhitungan dampak kerugian akibat tumpahan minyak dengan pendekatan valuasi ekonomi. Penilaian dengan pendekatan ini memberi keuntungan yaitu terhitungnya seluruh manfaat barang dan jasa yang hilang baik yang bersifat ekonomi langsung, ekologi maupun sosial budaya. Secara total nilai dampak ekonomi dihitung dengan memasukkan tiga komponen yaitu biaya kerugian ekonomi yang dikompensasi, biaya rehabilitasi dan biaya administrasi penghitungan kerugian.Tittle: Economic Valuation Approach for Calculating the Economic Impact Due to Oil Spill on Coastal and MarineOil spills in the sea water can occur at anytime and anywhere especially on sites are closely associated with shipping and oil drilling activities. This issue requires government vigilance and ability in order to cope with it responsively. The government must also be able to calculate the economic loss. The purpose of this research is to compose a guidance of economic valuation for oil spill economic impact. The use of economic valuation give advantages where the loss of all benefits of goods and services, that include economic, ecological and socio-cultural value, are comprehensively counted. In total, the economic impact is calculated based on three components: the cost of compensated economic losses, rehabilitation costs and administrative costs of calculating losses.
STRUKTUR PENDAPATAN PERIKANAN TANGKAP KELUARGA NELAYAN DAN IMPLIKASINYA: Analisis Data Panel Kelautan dan Perikanan Nasional Rikrik Rahadian; Maulana Firdaus; Andrian Ramadhan
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 11, No 2 (2016): DESEMBER (2016)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (624.562 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v11i2.3832

Abstract

Kemiskinan merupakan sebuah kata yang sangat melekat dengan keluarga Nelayan, sehingga banyak usaha telah dilakukan oleh pemerintah untuk menanganinya, umumnya melalui pemberian bantuan serta pemberdayaan usaha keluarga nelayan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat kondisi struktur pendapatan perikanan keluarga Nelayan selama ini melalui analisis ketergantungan pendapatan perikanan keluarga Nelayan terhadap tingkat usaha penangkapan. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis data Panel, dengan dua variabel berupa data rata-rata pendapatan keluarga Nelayan dan rata-rata pengeluaran BBM di enam lokasi tipologi penangkapan pada penelitian PANELKANAS – Bitung, Sampang, Sambas, Sibolga, OKI dan Purwakarta – sepanjang periode 2010-2013. Hasil analisis data sepanjang periode pengamatan menunjukkan beberapa fenomena berikut ini: 1). Peningkatan usaha penangkapan berpengaruh signifikan meningkatkan Pendapatan Perikanan Keluarga sebesar 15% dari nilai usaha yang dilakukan; 2). Terjadi rata-rata pendapatan perikanan non-penangkapan yang positif di semua lokasi penelitian; dan 3). Terdapat kesenjangan nilai rata-rata pendapatan perikanan non-perikanan antar lokasi penelitian. Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka untuk membantu keluarga nelayan meningkatkan kesejahteraannya akan diperlukan kebijakan yang dapat mendorong peningkatan usaha penangkapan dan diversifikasi usaha perikanan.Title: Structure of Capture Fisheries Income Family Fisherman and Implications: Panel Data Analysis of The National Marine and Fishery Poverty is a word closely associated with fisher’s households, thus far numerous government efforts – such as grants and empowerment programs – have been conducted to tackle this problem. This paper is aimed at scrutinizing the income structure of fisher’s households by analyzing the dependency of their income to their Catching Effort. The panel data analysis conducted is based on the average Household’s Fisheries Income and its average Gasoline Expenditure data of six PANELKANAS’ Captured Fisheries locations – Bitung, Sampang, Sambas, Sibolga, OKI and Purwakarta – which were observed through out the 2010-2013 periode. The result shows several phenomena, such as: (1). Catch effort is a significant factor positively affecting the household’s fisheries income, as much as 15% of the total effort value; (2). There has been a positive average non-captured fisheries income in every location observed; and (3). There have been disparities of the average non-captured fisheries income among different locations. With such results, poverty alleviation of fisher’s households would still require both catch-effort enhancing as well as livelihood diversifying policies.
ESTIMASI KERUGIAN NELAYAN DAN PEMBUDIDAYA IKAN AKIBAT REKLAMASI DI TELUK JAKARTA Andrian Ramadhan; Maulana Firdaus; Rizky Aprilian Wijaya; Irwan Muliawan
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 11, No 1 (2016): Juni (2016)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (744.872 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v11i1.3168

Abstract

Kondisi pesisir Jakarta tengah mengalami perubahan besar akibat reklamasi Teluk Jakarta. Perubahan tersebut mengakibatkan hilangnya wilayah perikanan baik untuk kegiatan penangkapan maupun budidaya. Nelayan dan pembudidaya langsung merasakan dampaknya terhadap produksi dan pendapatan hasil usaha. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi kerugian nilai ekonomi yang dialami nelayan dan pembudidaya ikan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalahvaluasi ekonomi dengan analisis data menggunakan effect on production (EoP) dan residual rent. Hasil penelitian menunjukkan potensi kerugian nelayan dari hilangnya wilayah perairan mencapai Rp. 94.714.228.734 per tahun. Sementara kerugian pembudidaya kerang sebesar Rp. 98.867.000.591 per tahun dan pembudidaya ikan di tambak sebesar Rp. 13.572.063.285 per tahun. Besarnya kerugian yang dialami oleh nelayan dan pembudidaya tersebut hendaknya menjadi perhatian semua pihakterutama bila kegiatan reklamasi terus dilakukan. Title: Economic Loss of Fisher and Fish Farmer Due to Reclamation of Jakarta BayCoastal area in Jakarta faces a huge change since reclamation in this area is started. The change resulted the loss of fishing and aquaculture areas. Fisher and fish farmer directly feel the impact in the form of loss of production and income. This research aim to estimate the economic loss of fisher and fish farmer regarding to the reclamation. Approach used is economic valuation with effect on production (EoP) and residual rent as tools of data analysis. The result showes the economic loss of fisher reach Rp. 94.714.228.734 per year. Meanwhile the losses of shellfish farmers are Rp. 98,867,000,591 per year and pond fish farmers are Rp. 13,572,063,285 per year. These losses should be the concern of all parties, especially when the reclamation is continues. 
DINAMIKA KEBIJAKAN PENGELOLAAN DAN KEWIBAWAAN KELEMBAGAAN ADAT (Studi Kasus Pada Masyarakat Adat Liya di Wakatobi Sulawesi Tenggara) Nendah Kurniasari; Andrian Ramadhan; Lindawati Lindawati
Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 1 (2017): JUNI 2017
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.228 KB) | DOI: 10.15578/jksekp.v7i1.5747

Abstract

Pasang surut kewenangan lembaga adat dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan di Wakatobi, turut berpengaruh terhadap kondisi sumberdaya alam tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana peran kelembagaan adat dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan. Penelitian pada masyarakat adat liya di Kabupaten Wakatobi pada Tahun 2015 dengan menggunakan metode kualitatif yang mengandalkan data sekunder dan data primer dari berbagai informan kunci.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelembagaan adat di wakatobi meskipun eksistensinya sudah menurun namun kewibawaannya relatif masih kuat sehingga berpotensi sebagai lembaga yang efektif untuk mengatur perilaku masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya kelautan dan perikanan secara arif. Hal ini berpengaruh terhadap keberlanjutan nilai sosial dari sumberdaya. Oleh karenanya, revitalisasi lembaga adat merupakan langkah yang harus segera dilaksanakan oleh pemerintah guna menjaga sumberdaya kelautanan dan perikanan secara berkelanjutan.Title: Exoticism of Wakatobi and institutional initiative Citizen using Case study on Indigenous peoples in Wakatobi Sulawesi TenggaraThe dynamics of the authority of traditional institutions in the management of marine resources and fisheries in the Wakatobi, also affect the condition of the natural resources. This study aims to describe how the role of traditional institutions in the management of marine resources and fisheries. The study was conducted in Wanci and Kaledupa in 2015 using qualitative methods that rely on secondary data and primary data from a variety of key informants. The results showed that the traditional institutions in wakatobi although its existence has been declining but still relatively strong authority, thereby potentially as effective institutions to regulate people's behavior in the use of marine and fishery resources wisely. Therefore, the revitalization of traditional institutions is a step that should be undertaken by the government to safeguard marine and fisheries resources in a sustainable manner.
ANALISIS KEBIJAKAN DAMPAK PENYESUAIAN HARGA BBM BERSUBSIDI UNTUK NELAYAN Subhechanis Saptanto; Achmad Zamroni; Andrian Ramadhan; Rizky Aprilian Wijaya
Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 6, No 2 (2016): DESEMBER 2016
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.364 KB) | DOI: 10.15578/jksekp.v6i2.3328

Abstract

Fluktuasi harga BBM yang disebabkan oleh adanya kebijakan penyesuaian harga BBM memberikan pengaruh pada berbagai sektor khususnya sektor perikanan tangkap. Tujuan dari penelitian ini mengkaji pengaruh penyesuaian harga BBM terhadap biaya operasional usaha perikanan tangkap laut; dan mengkaji dampak penyesuian harga BBM terhadap tingkat keuntungan usaha perikanan tangkap laut. Waktu penelitian dilaksanakan selama 30 hari kerja yang dilakukan pada bulan Januari – Februari 2015. Lokasi penelitian dilakukan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Muncar, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong Kabupaten Lamongan, PPN Pekalongan di Kota Pekalongan dan PPN Palabuhan Ratu di Kabupaten Sukabumi, dengan pertimbangan bahwa di lokasi tersebut terdapat armada kapal berdasarkan ukuran kapal.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari responden/sampel penelitian yang ditentukan secara purposif (purposive sampling) mencakup: nelayan pada berbagai ukuran kapal. data-data sekunder diperoleh dari laporan penelitian, laporan kajian, dan data-data pada berbagai instansi terkait. Data ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel-tabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyesuaian harga BBM memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap biaya operasional dan keuntungan usaha. Pada seluruh ukuran kapal peningkatan harga BBM akan secara otomatis meningkatkan biaya operasional usaha dan menurunkan keuntungan usaha.  Perubahan harga BBM khususnya solar yang terjadi pada akhir tahun 2014 hingga Januari 2015 memberikan dampak positif dan negatif terhadap pelaku usaha, khususnya nelayan; penurunan harga BBM berpotensi menaikkan tingkat keuntungan yang diterima, sebaliknya peningkatan BBM berpotensi menurunkan tingkat keuntungan usaha. Perlu adanya bantuan permodalan dan pendampingan untuk mendorong pelaku usaha berpindah dari kapal 50-100 GT ke kapal berukuran 20-30 GT atau ke kapal berukuran diatas 100 GT. Hal ini didasarkan pada hasil kajian dimana kelompok ukuran kapal 50-100 GT yang paling sensitif terkena dampak akibat perubahan harga solar. Setiap kenaikan harga BBM solar sebesar 1% akan menurunkan keuntungan usaha sebesar 0,7% . Sementara ukuran kapal 20-30 GT dan diatas 100 GT mengalami penurunan sebesar 0.2% dan 0.5%.Title: Analysis Of Subsidized Fuel Price Adjustment Policy Impact For FishermenFluctuations in fuel prices caused by the fuel price adjustment policy influence on various sectors particularly the fisheries sector. The purpose of this study was to assess the effect of fuel price adjustments against operating expenses marine capture fishery business; and assess the impact of fuel price adjustments to the level of profitability of marine capture fisheries. The research was carried out for 30 days of work, done in January-February 2015. The research location is at the Fishery Port Beach (PPP) Muncar, Nusantara Fishery Port (VAT) Brondong Lamongan, PPN Pekalongan in Pekalongan and VAT Palabuhan Ratu in Sukabumi , considering that in that location there is a fleet of ships based on ship size. The data used in this study are primary and secondary data. Primary data obtained from respondents / sample were determined purposively (purposive sampling) include: fisherman on vessels of various sizes. secondary data obtained from research reports, assessment reports, and data on the various relevant agencies. Techniques used for primary data collection is interview the selected respondents, with the scope of information covering investment costs, variable costs (variable) per trip, the fixed cost (fixed) per year, business receipts per trip, business operational information. Data tabulated and analyzed descriptively and presented in a tabular format. The results showed that the adjustment of fuel prices has a profound influence on operating costs and profits. On the whole size of ships increase in fuel prices will automatically increase business operational costs and lowering profits. Changes in fuel prices, especially diesel which occurred in late 2014 to January 2015 giving positive and negative impacts to businesses, especially fishermen fishing; reductions in fuel prices could raise the level of benefits received, otherwise the increase in fuel potentially lower level of profits. The need for capital assistance and mentoring to encourage businesses to move from ship to ship size 50-100 20-30 GT GT or sized vessels above 100 GT. It is based on the results of the study in which groups of vessel sizes 50-100 GT are most sensitive affected by changes in the price of diesel. Any increase in the price of diesel fuel by 1% would reduce the business profits of 0.7%. While the size of 20-30 ships over 100 GT and GT decreased  0.2% and 0.5%.   
DAMPAK KENAIKAN BAHAN BAKAR MINYAK PADA PERIKANAN BUDIDAYA TAMBAK SEMI INTENSIF DAN INTENSIF: STUDI KASUS DI KABUPATEN KARAWANG, JAWA BARAT Andrian Ramadhan; Siti Hajar Suryawati
Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 6, No 1 (2016): JUNI 2016
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (312.458 KB) | DOI: 10.15578/jksekp.v6i1.2703

Abstract

Analisis kenaikan harga BBM khususnya solar sebesar 23% memberi dampak yang berarti bagi usaha perikanan budidaya berskala intensif dan semi-intensif. Kenaikan harga BBM akan berimplikasi terhadap biaya produksi secara langsung. Penelitian ini ditujukan untuk melihat keragaan usaha budidaya sebagai akibat dari kenaikan harga BBM. Lokasi Karawang dipilih karena merupakan salah satu kabupaten yang memiliki banyak aktivitas budidaya di tambak. Metode penelitian menggunakan metode studi kasus dan analisis dilakukan dengan menggunakan analisis usaha.Hasil penelitian menunjukkan terjadinya kenaikan biaya operasional akibat kenaikan BBM. Kenaikan terbesar terjadi untuk penggunaan energi yang naik sebesar 40% karena sumber energi utama berasal dari generator yang menggunakan BBM didalam operasionalisasinya. Secara keseluruhan biaya naik sebesar 15,95% untuk budidaya semi-intensif dan naik sebesar 16,40% untuk budidaya intensif. Pada sisi penerimaan juga mengalami peningkatan yang signifikan khususnya pada budidaya intensif yaitu 14.61%. Hal ini dikarenakan komoditas udang yang diusahakan dalam budidaya intensif mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi. Sementara penerimaan pada budidaya semi intensif mengalami kenaikan tipis sebesar 1.7%. Kebijakan yang perlu dilakukan oleh pemerintah terkait dengan hal ini adalah penyediaan kebutuhan listrik yang memadai untuk mengurangi penggunaan BBM pada budidaya secara intensif. Hal ini diyakini dapat menekan biaya operasional sampai dengan 22%. Selain itu penyediaan pakan yang terjangkau perlu didukung oleh kebijakan terkait baik melalui pengembangan pakan alternatif mupun subsidi pakan yang sudah ada. AbstractThe increasing of fuel prices especially diesel by 23% has given a great impact in aquaculture business both for intensive and semi-intensive scale. It will imply directly on the production cost. This study aimed to look at the business performance change as a result of the fuel prices change. Study has been conducted in Karawang due to the number of aquaculture active on this district. The case study method was performed on this research. Financial analysis is used in order to explain the impact of fuel price to the aquaculture business. The result show the increasing of operating costs due to the fuel change. The largest increasing occurred in energy cost that rose by 40%. It was happened because of the use of generator for electricity supply that need fuel in its operation. Overall costs increased by 15.95% for semi-intensive and 16.40% for intensive scale. On the revenue side is also increased by 14.61% in intensive scale and 1,7% in semi-intensive scale. Intensive scale gain a high revenue because of the high shrimp price increasing in the same time. One of the policy needed to responds this issue is reducing the use of fuel in aquaculture by providing adequate electricity supply that estimate could reduce operating costs up to 22%. Other policy could be taken is providing a low price of fish feed. It could be reach by developing alternative fish feed and giving subsidiy for existing commercial fish feed.
Karakteristik Penangkapan Sumberdaya Ikan di Karimunjawa Andrian Ramadhan; Tenny Apriliani
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 2, No. 1, Tahun 2016
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (678.198 KB) | DOI: 10.15578/marina.v2i1.3279

Abstract

Karimunjawa merupakan gugusan pulau dilepas pantai Kabupaten Jepara yang menyimpan potensi sumberdaya perikanan yang besar. Masyarakat setempat sejak lama mendapatkan manfaat ekonomi dari sumberdaya tersebut dengan melakukan penangkapan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik penangkapan yang dilakukan oleh masyarakat Karimunjawa. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan dominasi pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis dan ikan karang pada wilayah ini. Alat tangkap yang paling umum digunakan adalah pancing, panah dan tonda. Sementara itu, masih terindikasi adanya penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan khususnya potasium. Musim puncak penangkapan ikan terjadi pada saat bulan September sampai dengan Oktober dengan musim paceklik terjadi pada akhir Desember sampai dengan bulan Februari. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat nelayan Karimunjawa memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap kondisi alam membuat fluktuasi hasil tangkapan sangat mempengaruhi kehidupan mereka.Title: Characteristics of Catching Fish Resources in KarimunjawaKarimunjawa is a group of islands located at Jepara district that holds great potential fishery resources. The local community has taken an economic benefit from these resources by practicing capture fisheries. This study aims to look at the characteristics of fishing carried out by the community. The results showed the dominance fishes caught are pelagic and reef fishes. Common fishing gears used are fishing rods, bows and trolling. The use of not environmental friendly fishing gear is still indicated, particularly potassium. The peak fishing season occurs during September and October with the low season occurred in late December until February. This fluctuation provide a strong influence to the community because their depedancy to the resources.