Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

A Study on the Forgiveness Concept of Aceh Conflict Victims Hafnidar Hafnidar; Nursan Junita; Ratna Ratna
Proceedings of AICS - Social Sciences Vol 7 (2017): 7th AIC in conjuction ICMR 2017 Universitas Syiah Kuala October 2017
Publisher : Proceedings of AICS - Social Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.623 KB)

Abstract

Acehnese people experience traumatic experiences due to conflict and prolonged war in Aceh. This research was conducted by using phenomenology as a qualitative method. The aims of research are to find the forgiveness basic concept of Aceh people. The total of research participants were 10 respondents which chosen from Aceh conflict victims by using purposive sampling technique, that is based on the following predetermined criteria: (1) is one of the following elements: Islamic leaders, scholars, casualty in remote areas and urban area, social activists, political organization activist, government official, housewife, as well as representatives of each profession in society, (2) Represents direct victims of Aceh conflict, (3) A native Acehnese and have lived in Aceh since the Aceh conflict (1976) until now. The data collection methods utilized in-depth interviews, observation, and analysis of documentation. This study applied the important principles in a phenomenology research: epoch, phenomenological reduction, imaginative variation, and synthesis of meanings and essences. The concept of forgiveness varies depending on the socio-cultural norms of each individual. The results reveal that for the Acehnese who are rooted in the conceptualized culture of Islam, the concept of forgiveness is closely related to the concept of spirituality, post traumatic growth (PTG), and coping strategic and positive self-concept.
Portrait of psychological condition people in Banda Aceh and Aceh Besar after ten years of earthquake and tsunami Nursan Junita; Eka Rumaisha; Yulia Direzkia
Procedia : Studi Kasus dan Intervensi Psikologi Vol. 3 No. 1 (2015): Procedia : Studi Kasus dan Intervensi Psikologi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/procedia.v3i1.2217

Abstract

The aim of this study was obtained a portrait of Psychological condition of people in Banda Aceh & Aceh Besar After ten years of Earthquake and Tsunami Disaster. The traumatic event of December 26th, 2004, seriously impacts of psychological aspect of human being in Aceh. Moreover, people who experienced the disaster will predict to have seriously psychological problem in their life which is called PTSD (Post Traumatic Stress Disorder). Therefore, the study would like to see how the psychological condition of people in Banda Aceh, recently after ten years of earthquake and tsunami disaster through mental health aspect. The method was applied in this study was the qualitativeapproach that used the technique of Focus Group Discussion (FGD) by collecting the data from three (3) group of society. The subject were from kota Banda Aceh that representative of three (3) zone area that affected by earthquake and tsunami. The criteria of this zone were; Zone (1) is the most severe exposure to tsunami (within 0-3 km of the coastline); Zone (2) is a moderate impairment area that exposed to tsunami (within 3-5 km of coastline); Zone (3) is the area not exposed to tsunami (within 5-7 km of coastline). The result of study showed that people in zone 1 and zone 2, still have psychological reaction of trauma symptom such as numbing when re-experiencing the earthquake, easily worried, anxious, panic, and have sleep disturbance. However, the symptom does not disturbing their daily activities of life, so they are productive. Their coping skill also improves in facing the problem as well as more religious, acceptance, resilience, stronger, patience and more alert of disaster preparedness. However, the people in zone 3 does not show the psychological symptom of trauma, but they also become aware as well as take it this as the lesson learn for them this experienced.Key words: psychological of trauma, PTSD, tsunami Aceh, resilience
Skill Konseling Dasar Bagi Guru SMK Negeri 1 Nisam Nursan Junita; Hafnidar Hafnidar
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN, PSIKOLOGI DAN KESEHATAN (J-P3K) Vol 2, No 1 (2021): J-P3K APRIL
Publisher : Mata Pena Madani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51849/j-p3k.v2i1.73

Abstract

Menciptakan kegiatan belajar yang menarik merupakan tuntutan bagi pendidik untuk menumbuhkan minat belajar peserta didik. Ini menunjukan bahwa tanggungjawab seorang guru bukan sebatas guru mata pelajaran, tetapi mampu meningkatkan minat belajar, dan motivasi berprestasi melalui perannya melakukan bimbingan konseling terhadap peserta didik nya. Permasalahan bolos di akhir jam pelajaran dan kurangnya motivasi belajar merupakan hal yang perlu diantisipasi dan ditelusuri lebih jauh penyebabnya. Banyak hal yang memicu kondisi ini, seperti kurang menariknya metode belajar dikelas, konflik antara peserta didik, permasalahan personal peserta didik sendiri dan ketidakfahaman guru terhadap perubahan psikologis yang muncul pada peserta didik. Berdasarkan hal tersebut penting untuk memberikan ketrampilan dasar konseling pada guru agar mampu memahami peserta didiknya lebih baik. Pelatihan peningkatan soft skill konseling dasar bagi guru SMK Negeri 1 Nisam, dilaksanakan selama 2 hari, yang dihadiri oleh guru mata pelajaran, wali kelas dan guru BK. Pelatihan ini menggunakan metode ceramah, diskusi, role play, studi kasus, serta latihan membuat laporan yang dilanjutkan dengan Praktek lapangan dan pembuatan laporan. Hasil praktek lapangan dilanjutkan dengan pemberian feedback. Hasil dari pelatihan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan ketrampilan konseling dasar bagi guru dalam memahami peserta didik secara psikologis, meningkatkan ketrampilan mendengar, ketrampilan bertanya dan ketrampilan observasi. Ketrampilan yang sudah didapat juga akan sangat berguna ketika berhadapan dengan peserta didik. Selain itu ketrampilan ini membantu mengidentifikasikan berbagai permasalahan peserta didik, sehingga peserta didik semakin merasa bahagia pergi kesekolah, minat belajar semakin meningkat, dan motivasi untuk berprestasi juga semakin tinggi.
Penerapan BSP (Brainspotting Therapy) dalam menurunkan Kecemasan pada Penderita Dermatitis Atopik Nursan Junita; Hafnidar Hafnidar; Yara Andita Anastasya
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN, PSIKOLOGI DAN KESEHATAN (J-P3K) Vol 3, No 1 (2022): J-P3K APRIL
Publisher : Mata Pena Madani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51849/j-p3k.v3i1.134

Abstract

Dermatitis atopik adalah penyakit kulit inflamasi yang khas, kronis dan kerap mengalami kekambuhan. Penderita mengalami gatal, sakit pada kulit yang diperparah dengan garukan. Kondisi ini berdampak terhadap masalah psikososial seperti kecemasan. Penyakit ini genetik sehingga akan tetap dialami seumur hidup. Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan cara untuk membantu penderita menurunkan kecemasan agar kekambuhan dapat terkontrol. BSP merupakan tehnik terapi untuk mengatasi emosi negatif seperti stress, trauma, cemas, malu, panik, dan rendahnya rasa percaya diri. BSP adalah sebuah metode “Brain-Body integrated based”, terapi yang menggunakan posisi mata, karena mata memiliki akses kebagian area sub kortika yang disebut area bawah sadar sehingga membantu proses healing. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian case report dengan tiga orang subjek wanita yang berusia 22 tahun dengan diagnosis DA. Ketiga Subjek diberikan SUD (Subjek Unit Disturbance) untuk melihat tingkat kecemasan sebelum dan sesudah intervensi. Sesi intervensi dilakukan sebanyak 4 sesi dengan waktu 45 - 60 menit menggunankan instrumen pointer. Penelitian menunjukan penerapan BSP efektif untuk kasus kecemasan pada Dermatitis Atopik. Subjek dapat insight baru dan hal ini membantu subjek mengontrol kecemasannya, sehingga kekambuhan tidak menyebar. Penelitian lanjut terkait coping penting untuk dilakukan untuk mengetahui berbagai coping yang dilakukan agar pencetus kecemasan tidak memperparah kondisi.
Efektifitas Konseling Online Pada Mahasiswa Selama Pandemi Covid-19 Nursan Junita; Liza Adyani
Jurnal Diversita Vol 7, No 2 (2021): JURNAL DIVERSITA DESEMBER
Publisher : Faculty of Psychology, Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31289/diversita.v7i2.4554

Abstract

Konseling menjadi salah satu solusi menghadapi stres selama pandemi Covid -19. Konseling merupakan proses yang dapat membantu individu mengatasi berbagai hambatan perkembangan diri. Konseling online merupakan layanan kesehatan mental yang dapat membantu mengurangi kecemasan dan kebingungan semasa pandemik covid-19, dimana aturan sosial dan physical distancing diberlakukan. Tujuan penelitian ini untuk melihat bagaimana efektifitas konseling online selama pandemi covid-19 pada mahasiswa, dengan metode kualitiatif dan pendekatan eksploratif. Responden penelitian terdiri dari 9 mahasiswa yang mengalami kecemasan selama pandemic Covid-19. Hasil penelitian menunjukan bahwa konseling online sangat efektif karena membantu menurunkan kecemasan dan kekhawatiran yang muncul. Semua klien merasakan perubahan yang lebih baik secara kognitif, perilaku dan emosi walaupun tidak melakukan konseling secara tatap muka. Setelah sesi konseling semua klien merasa lebih lega, lebih tenang, kecemasan dan kekhawatiran berkurang dan mendapatkan insight yang lebih baik dalam melihat suatu persoalan, sehingga membuat fikiran lebih positif, perasaan lebih bersemangat dan termotivasi.  Hal ini sangat membantu klien dalam menghadapi berbagai masalah dengan lebih positif. Semua klien mempunyai keinginan untuk merekomendasikan layanan konseling online kepada kerabat, rekan kerja dan sahabat mereka. Lima (5) klien tetap ingin melanjutkan sesi konsultasi melalui online dan empat (4 klien) lebih tertarik untuk melakukan sesi konseling secara tatap muka. Keefektifan konseling online dapat dilihat dari perolehan nilai score yang tinggi pada post-test layanan konseling yang diberikan kepada semua klien. Hal ini menunjukkan bahwa hasil konseling online sangat efektif.
REGULASI EMOSI DAN PEMAAFAN PADA WANITA BERCERAI DI ACEH TENGAH Nursan Junita; Retna Aisyah Simanhate; Hafnidar Hafnidar; Zurratul Muna
MOTIVA: JURNAL PSIKOLOGI Vol 5, No 2 (2022)
Publisher : LPPM University 17 Agustus 1945 Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31293/mv.v5i2.6473

Abstract

Regulasi emosi adalah kemampuan individu untuk merespon dan mengontrol kondisi emosi yang dialami secara tenang. Kemampuan ini penting dimiliki oleh individu yang mengalami perceraian, karena perceraian akan berdampak secara emosional bagi individu yang mengalaminya. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara regulasi emosi dan pemaafan pada wanita yang mengalami perceraian di Aceh Tengah dengan menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini menggunakan teknik sampling insidential dalam pengambilan sampel. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 275 wanita yang sudah bercerai yang berasal dari Aceh Tengah. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Emotion Regulation Questionnaire (ERQ) yang digunakan untuk mengukur variabel regulasi emosi dan Transregression-Related Interpersonal Motivation (TRIM 18) untuk mengukur variabel pemaafan yang kembangkan oleh McCullough, dkk. (2006) dan sudah di validasi dalam bahasa Indonesia oleh Agung (2015). Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi pearson. Hipotesis dalam penelitian ini adalah melihat apakah ada korelasi positif antara kedua variabel. Hasil penelitian menunjukan angka koefisien korelasi sebesar 0.625 dan p = 0.000 (p<0.05). Hal ini menunjukan ada hubungan positif antara 2 variable tersebut, artinya semakin tinggi regulasi emosi maka semakin tinggi pula pemaafan, begitu pula sebaliknya semakin rendah regulasi emosi semakin semakin rendah pula pemaafan. Bagaimanapun hasil penelitian menunujukaan bahwa regulasi emosi dan pemaafan berkaitan dengan usia, jumlah anak, Pendidikan dan pekerjaan
Tatalaksana dan Pencegahan Penyebaran Penyakit Scabies pada Santri Dayah Terpadu Al-Muslimun Lhoksukon Aceh Utara Riza Musni; Safuwan Safuwan; Nursan Junita; Ade Gita Shintiasa; Cut Meurah Diza Zuchra
Gotong Royong : Jurnal Pengabdian, Pemberdayaan Dan Penyuluhan Kepada Masyarakat Vol. 2 No. 1 (2022): Gotong Royong (JP3KM) Desember 2022
Publisher : Mata Pena Madani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.287 KB) | DOI: 10.51849/jp3km.v2i1.23

Abstract

Dayah Terpadu Al-Muslimun Lhoksukon, menerapkan sistem belajar boarding school. Hasil wawancara dan penelusuran, ditemukan santri mengalami gatal akibat kudis. Dari hasil pengamatan para santri jarang menjemur kasur, tilam dan bantal, suka menggantung pakaian bercampur antara sesama santri, handuk saling pinjam, mandi kadang-kadang hanya satu kali sehari, kasur dan tempat tidur berhimpitan, tidur bersama di satu kasur, tidak tersedia ruang isolasi khusus bagi yang sedang sakit, dan kurang kebersihan personal. Jika ada santri terkena skabies atau kudis, maka situasi ini sangat mendukung terjadinya penularan sesamanya. Adapun tindakan yang dilakukan adalah; a) modifikasi lingkungan seperti; pengaturan tempat tidur, bantal, kasur, peralatan mandi, handuk, pakaian, dan barang pribadi lainnya terpisah antara santri yang terkena scabies dengan santri yang tidak terkena scabies (penerapan isolasi); b) menggiatkan kegiatan menjemur kasur, bantal, selimut dan handuk secara rutin dan menjadi budaya pokok para santri; c) pemberian dan penguatan informasi tentang sanitasi dan edukasi kesehatan kepada para santri, guru dan pengelola; d) monitoring tentang kesehatan dan personal hygiene para santri. Evaluasi dilakukan secara langsung (pengamatan) dan juga melalui pre test dan post test. Hasil evaluasi didapatkan tingginya antusiasme dan tingkat partisipasi peserta dalam setiap kegiatan. Evaluasi pasca kegiatan dilakukan untuk mengetahui secara jelas apakah kegiatan-kegiatan yang dipraktekkan dan pemberian edukasi dapat diterapkan menjadi pola rutinitas di dayah tersebut.
Expressive Writting Therapy Dalam Menurunkan Kecemasan Pada Korban Bullying Nursan Junita; Riza Musni; Ika Amalia; Syahnaz Panggabean Mardhatillah; Cut Azizah; Husnawesnate Husnawesnate
Jurnal Diversita Vol. 9 No. 1 (2023): JURNAL DIVERSITA JUNI
Publisher : Faculty of Psychology, Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31289/diversita.v9i1.8333

Abstract

Bullying adalah bentuk kekerasan pada anak yang menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan baik secara fisik maupun psikologis. Kejadian bullying pada remaja yang cukup tinggi menyebabkan gangguan kecemasan yang berdampak buruk bagi kehidupan individu dimasa selanjutnya. Olehkarena itu penting bagi korban bullying memiliki cara untuk membantu mengurangi kecemasan. Expressive writing therapy dapat menjadi salah satu tehnik untuk membantu mengurangi kecemasan yang mudah dilakukan oleh siswa. Penelitian ini bertujuan melihat efektifitas expressive writing dalam membantu mengurangi kecemasan yang dialami oleh korban bullying dengan menggunakan metode kualitatif ekploratif dengan pendekatan ekperiment dan wawancara. Subjek terdiri dari 15 Siswa SMP kelas 2 yang menjadi korban bullying. Skala ukur yang digunakan untuk melihat kecemasan adalah Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) dan Subjective Unit Disturbance (SUD). Hasil penelitian menunjukan bahwa expressive writing therapy dapat membantu mengurangi kecemasan pada siswa yang mengalami bullying. Hasil pre-tes dan post-tes HARS menunjukan terdapat hubungan yang significant. Hasil intervensi menunjukan terjadi peningkatan kemampuan mengexpresikan emosi lewat tulisan tangan. Siswa mampu mengukapkan berbagai perasaan emosi yang mereka alami dan simpan selama ini. Berdasarkan SUD (Subjektive unit of disturbance) menunjukan perasaan yang lebih nyaman, merasa lebih lega dan mendapat wawasan dan muncul insight yang baru terkait bullying dan cara mengatasi kecemasan yang mereka alami.
Manajemen Emosi Pada Remaja Dalam Mencegah Perilaku Bullying Di Pondok Pesantren Al-Muslimun Lhoksukon Ella Suzanna; Nursan Junita; Syahrial Syahrial
Gotong Royong : Jurnal Pengabdian, Pemberdayaan Dan Penyuluhan Kepada Masyarakat Vol. 2 No. 2 (2023): Gotong Royong (JP3KM) Juni 2023
Publisher : Mata Pena Madani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51849/jp3km.v2i2.27

Abstract

Terlepas dari fungsi pondok pesantren sebagai tempat untuk menimba ilmu, terkadang di pondok juga terdapat sebuah fenomena penindasan. Seperti halnya menjadikan salah satu santri sebagai bahan lelucon di depan teman-temannya. Juga terkadang menjadikannya sebagai pesuruh, bahkan dijadikan sasaran emosi. Sehingga membuat santri yang menjadi korban itu merasa takut dan tertekan. Perlakuan santri yang dapat membuat santri lain merasa tertekan baik psikis maupun fisik. Perlakuan ini biasa disebut dengan istilah bullying. Mengingat bahwa masa remaja merupakan masa yang paling banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan teman-teman sebaya, serta dalam rangka menghindari hal-hal negatif yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, remaja hendaknya memahami dan memiliki apa yang disebut manajemen emosi. Manajemen emosi ini terlihat dalam hal-hal seperti bagaimana remaja mampu mengendalikan emosinya setelah menjadi korban kekerasan di sekolah, apakah dapat mengelola menjadi emosi yang positif atau malah menjadi emosi negatif. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melaksanakan kegiatan psikoedukasi yang tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan mengelola emosi pada remaja yang tinggal di pondok pesantren Al-Muslimun agar dapat mencegah perilaku-perilaku bullying yang sering terjadi di kalangan remaja.
Intervensi Psikososial “Rukon Ubat Hatee” Untuk Meningkatkan Pemaafan Pada Pemuda Putus Sekolah Di Daerah Ex-Konflik Hafnidar Hafnidar; Ikhyanuddin Ikhyanuddin; Nursan Junita
AMMA : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 02 (2022): AMMA : Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : CV. Multi Kreasi Media

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemuda putus sekolah di daerah konflik memiliki stigma negatif dari masyarakat, hal ini mempengaruhi konsep diri para pemuda sehingga sangat memungkinkan individu tersebut sulit memaafkan dirinya sendiri, orang lain dan situasi yang pernah terjadi. Pemuda putus sekolah di daerah eks-konflik memiliki potensi untuk mengalami post traumatic stress disorder (PTSD). Intervensi psikososial “Rukon Ubat Hatee” dalam Bahasa Aceh, yang diartikan sebagai Rukon sebagai obat hati atau pelipur lara merupakan kegiatan berbasis kearifan lokal yang merupakan aktifitas seni dan keagamaan yang bermuatan intervensi psikologis berupa katarsis emosi, pengetahuan, nasehat dan kerjasama kelompok. Rukon dilaksanakan dimalam hari mulai setelah masuk waktu Insya sampai menjelang Subuh.