Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

The Implementation of Role of Kuttab Al-Fatih (KAF) Philosophy in Islamic Character Education Hafnidar Hafnidar; Rosnidar Mansor; Suppiah Nichiappan
Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam Vol 13, No 2 (2019): Islamic Education and Trancendence
Publisher : FITK UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/nw.2019.13.2.5184

Abstract

The aim of study was to understand about the implementation of role of kuttab al fatih (KAF) philosophy in islamic character education. This research used qualitative method. The study revealed that the KAF philosophies are "the faith before the Quran” “the adab before the knowledge" and “the knowledge before the actions (‘amal), which are believed to aid KAF to achieve its vision and mission. The implementation of KAF Philosophies in Islamic character education creates a solid foundation of faith which contains basic values for students who contain character good personalities such as obedient, responsible, disciplined, hard-working, long term concentration or focus, away from prohibitions, vices, sincere, be grateful, and motivated because of Allah. KAF philosophies delivered to all parties in KAF included students, parents, teachers, management, staff Foundation, cleaning service and driver. AbstrakTujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami tentang implementasi peran filosofi kuttab al fatih dalam pendidikan karakter Islami. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Studi ini mengungkapkan bahwa filosofi KAF adalah "Iman sebelum Quran" "Adab sebelum Ilmu""Ilmu sebelum tindakan (amal), yang diyakini membantu KAF untuk mencapai visi dan misinya. Penerapan KAF Philosophies dalam pendidikan karakter Islam menciptakan fondasi iman yang solid yang berisi nilai-nilai dasar bagi siswa yang mengandung karakter kepribadian yang baik seperti taat, bertanggungjawab, disiplin, pekerja keras, konsentrasi atau fokus jangka panjang, jauh dari larangan, kejahatan, tulus, bersyukur, dan termotivasi karena Allah. Filosofi KAF disampaikan kepada semua pihak di KAF termasuk siswa, orang tua, guru, manajemen, staf Yayasan, layanan kebersihan dan sopir.
Students Self-Regulation: An Analysis of Exploratory Factors of Self-Regulation Scale Hafnidar Hafnidar; Intan Harniati; Mesfin Hailemariam; Ciptro Handrianto
SPEKTRUM: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Vol 9, No 2 (2021): SPEKTRUM: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah (PLS): Publishing May 2021
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/spektrumpls.v9i2.112589

Abstract

Today academic achievement has become a benchmark of the success of students. Students self-regulation can be measured through self-regulatory instruments that the author has tested in SPSS by looking at the rotation and spread of its components. Self-regulation is important in achieving student’s achievement in study. There are external and internal factors influences the process of students self-regulatory. The aim this study was to created the self-regulatory instruments for students. The reliability value produced by this instrument is quite high which is 0.860. The results of the exploratory analysis produced four constituent components of self-regulation composed in 31 items of scale.
A Study on the Forgiveness Concept of Aceh Conflict Victims Hafnidar Hafnidar; Nursan Junita; Ratna Ratna
Proceedings of AICS - Social Sciences Vol 7 (2017): 7th AIC in conjuction ICMR 2017 Universitas Syiah Kuala October 2017
Publisher : Proceedings of AICS - Social Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.623 KB)

Abstract

Acehnese people experience traumatic experiences due to conflict and prolonged war in Aceh. This research was conducted by using phenomenology as a qualitative method. The aims of research are to find the forgiveness basic concept of Aceh people. The total of research participants were 10 respondents which chosen from Aceh conflict victims by using purposive sampling technique, that is based on the following predetermined criteria: (1) is one of the following elements: Islamic leaders, scholars, casualty in remote areas and urban area, social activists, political organization activist, government official, housewife, as well as representatives of each profession in society, (2) Represents direct victims of Aceh conflict, (3) A native Acehnese and have lived in Aceh since the Aceh conflict (1976) until now. The data collection methods utilized in-depth interviews, observation, and analysis of documentation. This study applied the important principles in a phenomenology research: epoch, phenomenological reduction, imaginative variation, and synthesis of meanings and essences. The concept of forgiveness varies depending on the socio-cultural norms of each individual. The results reveal that for the Acehnese who are rooted in the conceptualized culture of Islam, the concept of forgiveness is closely related to the concept of spirituality, post traumatic growth (PTG), and coping strategic and positive self-concept.
Skill Konseling Dasar Bagi Guru SMK Negeri 1 Nisam Nursan Junita; Hafnidar Hafnidar
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN, PSIKOLOGI DAN KESEHATAN (J-P3K) Vol 2, No 1 (2021): J-P3K APRIL
Publisher : Mata Pena Madani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51849/j-p3k.v2i1.73

Abstract

Menciptakan kegiatan belajar yang menarik merupakan tuntutan bagi pendidik untuk menumbuhkan minat belajar peserta didik. Ini menunjukan bahwa tanggungjawab seorang guru bukan sebatas guru mata pelajaran, tetapi mampu meningkatkan minat belajar, dan motivasi berprestasi melalui perannya melakukan bimbingan konseling terhadap peserta didik nya. Permasalahan bolos di akhir jam pelajaran dan kurangnya motivasi belajar merupakan hal yang perlu diantisipasi dan ditelusuri lebih jauh penyebabnya. Banyak hal yang memicu kondisi ini, seperti kurang menariknya metode belajar dikelas, konflik antara peserta didik, permasalahan personal peserta didik sendiri dan ketidakfahaman guru terhadap perubahan psikologis yang muncul pada peserta didik. Berdasarkan hal tersebut penting untuk memberikan ketrampilan dasar konseling pada guru agar mampu memahami peserta didiknya lebih baik. Pelatihan peningkatan soft skill konseling dasar bagi guru SMK Negeri 1 Nisam, dilaksanakan selama 2 hari, yang dihadiri oleh guru mata pelajaran, wali kelas dan guru BK. Pelatihan ini menggunakan metode ceramah, diskusi, role play, studi kasus, serta latihan membuat laporan yang dilanjutkan dengan Praktek lapangan dan pembuatan laporan. Hasil praktek lapangan dilanjutkan dengan pemberian feedback. Hasil dari pelatihan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan ketrampilan konseling dasar bagi guru dalam memahami peserta didik secara psikologis, meningkatkan ketrampilan mendengar, ketrampilan bertanya dan ketrampilan observasi. Ketrampilan yang sudah didapat juga akan sangat berguna ketika berhadapan dengan peserta didik. Selain itu ketrampilan ini membantu mengidentifikasikan berbagai permasalahan peserta didik, sehingga peserta didik semakin merasa bahagia pergi kesekolah, minat belajar semakin meningkat, dan motivasi untuk berprestasi juga semakin tinggi.
Penerapan BSP (Brainspotting Therapy) dalam menurunkan Kecemasan pada Penderita Dermatitis Atopik Nursan Junita; Hafnidar Hafnidar; Yara Andita Anastasya
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN, PSIKOLOGI DAN KESEHATAN (J-P3K) Vol 3, No 1 (2022): J-P3K APRIL
Publisher : Mata Pena Madani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51849/j-p3k.v3i1.134

Abstract

Dermatitis atopik adalah penyakit kulit inflamasi yang khas, kronis dan kerap mengalami kekambuhan. Penderita mengalami gatal, sakit pada kulit yang diperparah dengan garukan. Kondisi ini berdampak terhadap masalah psikososial seperti kecemasan. Penyakit ini genetik sehingga akan tetap dialami seumur hidup. Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan cara untuk membantu penderita menurunkan kecemasan agar kekambuhan dapat terkontrol. BSP merupakan tehnik terapi untuk mengatasi emosi negatif seperti stress, trauma, cemas, malu, panik, dan rendahnya rasa percaya diri. BSP adalah sebuah metode “Brain-Body integrated based”, terapi yang menggunakan posisi mata, karena mata memiliki akses kebagian area sub kortika yang disebut area bawah sadar sehingga membantu proses healing. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian case report dengan tiga orang subjek wanita yang berusia 22 tahun dengan diagnosis DA. Ketiga Subjek diberikan SUD (Subjek Unit Disturbance) untuk melihat tingkat kecemasan sebelum dan sesudah intervensi. Sesi intervensi dilakukan sebanyak 4 sesi dengan waktu 45 - 60 menit menggunankan instrumen pointer. Penelitian menunjukan penerapan BSP efektif untuk kasus kecemasan pada Dermatitis Atopik. Subjek dapat insight baru dan hal ini membantu subjek mengontrol kecemasannya, sehingga kekambuhan tidak menyebar. Penelitian lanjut terkait coping penting untuk dilakukan untuk mengetahui berbagai coping yang dilakukan agar pencetus kecemasan tidak memperparah kondisi.
KEIKHLASAN PADA LANSIA YANG TINGGAL DI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA PONDOK MA’ARIF MUSLIMIN PADANGSIDIMPUAN Yetti Mahfuzi; Hafnidar Hafnidar
MOTIVA: JURNAL PSIKOLOGI Vol 5, No 1 (2022)
Publisher : LPPM University 17 Agustus 1945 Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31293/mv.v5i1.6466

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti tentang keikhlaaan pada lansia yang tinggal di Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Pondok Ma’arif Muslimin Padangsidimpuan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologis. Pemilihan partisipan penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Partisipan terdiri atas empat orang lansia yang tinggal di Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Padangsidimpuan. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara semi terstruktur, observasi dan dokumentasi dengan menggunakan instrumen pendukung berupa pedoman wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan terdapat lima bentuk keikhlasan yang dimiliki oleh Subjek, yaitu: keikhlasan dalam bentuk peraasaan senang dan bersyukur dalam menjalankan ibadah; keikhlasan dalam bentuk menjaga diri dari hawa nafsu dan perilaku menyimpang, keikhlasan dalam bentuk menjaga diri dari penyakit hati; keikhlasan dalam bentuk menjaga ucapan; dan keikhlasan dalam bentuk menjaga interaksi yang baik dengan lingkungan sekitar. Terdapat empat faktor yang mempengaruhi keikhlasan pada Subjek yaitu faktor pengetahuan, faktor control pada hawa nafsu dan dorongan pribadi, faktor keimanan dan ketakwaan, serta faktor ketenangan hati. Adapun manfaat yang dirasakan dalam melakukan suatu keikhlasan yaitu seperti hati menjadi bersih, tenang, bahagia, serta mendapat balasan yang baik dari Allah
PKM PENGUATAN SKILL KELOMPOK PEMUDA PUTUS SEKOLAH BERBASIS DIGITAL EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS Hafnidar Hafnidar; Safwan Amin; Ikhyanuddin Ikhyanuddin; Lola Wahyuni; Irza Maulina
JURNAL PENGABDIAN MANDIRI Vol. 1 No. 10: Oktober 2022
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mitra kegiatan ini merupakan pemuda putus sekolah di desa lingkungan Universitas Malikussaleh (UNIMAL) yaitu Paya Gaboh, memiliki dua permasalahan utama yaitu: (1) tidak memiliki pekerjaan dan pendapatan untuk menghidupi dirinya sendiri, jika sewaktu-waktu ada pendapatan eksidental maka sebagian besar atau seluruh dari pendapatannya digunakan untuk bermain game higgs domino, (2) mitra rentan terlibat dalam konflik internal sampai kekerasan sesamanya sebagai sintom dari menurunnya kesejahteraan psikologis. Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) ini mengacu Rancangan Induk Perguruan Tinggi (RIP) yaitu penguatan skill untuk menambah pendapatan, selain itu juga berefek pada kesejahteraan psikologisnya. Program PKM ini melibatkan multidisiplin ilmu yaitu bidang Psikologi Kesehatan dan Pendidikan, Psikologi Sosial serta Ekonomi Akuntansi, serta mendapat dukungan dari geuchik gampoeng Paya Gaboh. Selain itu program pengabdian ini juga melibatkan dua orang mahasiswa MBKM yang berkontribusi pada IKU mahasiswa dan dosen berkegiatan di luar kampus. Kegiatan yang dilakukan berupa pelatihan dan pendampingan penggunaan Gaget untuk menjual produk ataupun membut video konten yang dapat demonetize sehingga bernilai ekonomi.
Kecerdasan Spiritual dan Penyesuaian Diri pada Santri Pesantren yang Berstatus Mahasiswa Asfarina Asfarina; Hafnidar Hafnidar
Jurnal Psikologi Terapan Vol 4, No 2 (2021): Desember
Publisher : Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jpt.v4i2.10207

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan spiritual dengan penyesuaian diri pada santri pesantren Al-Huda Malikussaleh yang belajar di Universitas dengan menggunakan metode kuantitatif. Terdapat 130 sampel dari santri pesantren Al-Huda Malikussaleh yang belajar di Universitas Malikussaleh. Penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling dalam pengambilan sampel. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua alat ukur, yaitu skala kecerdasan spiritual untuk mengukur variabel kecerdasan spiritual dan skala penyesuaian diri untuk mengukur variabel penyesuaian diri. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Pearson. Hipotesis penelitian ini adalah melihat korelasi positif antara kedua variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara kecerdasan spiritual dan penyesuaian diri, hal ini menunjukkan semakin tinggi kecerdasan spiritual semakin tinggi penyesuaian diri, sebaliknya semakin rendah kecerdasan spiritual santri semakin rendah pula penyesuaian diri, maka hipotesis kerja penelitian ini diterima. Berdasarkan hasil penelitian disarankan santri pesantren Al-Huda Malikussaleh yang berstatus mahasiswa yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi untuk dapat mempertahankan kecerdasan spiritualnya agar tetap mampu melakukan menyesuaikan diri, bagi santri yang kecerdasan spiritualnya rendah disarankan untuk mengupayakan kecerdasan spiritual yang baik agar tetap dapat melakukan penyesuaian diri selama menjadi santri sekaligus mahasiswa.
REGULASI EMOSI DAN PEMAAFAN PADA WANITA BERCERAI DI ACEH TENGAH Nursan Junita; Retna Aisyah Simanhate; Hafnidar Hafnidar; Zurratul Muna
MOTIVA: JURNAL PSIKOLOGI Vol 5, No 2 (2022)
Publisher : LPPM University 17 Agustus 1945 Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31293/mv.v5i2.6473

Abstract

Regulasi emosi adalah kemampuan individu untuk merespon dan mengontrol kondisi emosi yang dialami secara tenang. Kemampuan ini penting dimiliki oleh individu yang mengalami perceraian, karena perceraian akan berdampak secara emosional bagi individu yang mengalaminya. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara regulasi emosi dan pemaafan pada wanita yang mengalami perceraian di Aceh Tengah dengan menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini menggunakan teknik sampling insidential dalam pengambilan sampel. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 275 wanita yang sudah bercerai yang berasal dari Aceh Tengah. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Emotion Regulation Questionnaire (ERQ) yang digunakan untuk mengukur variabel regulasi emosi dan Transregression-Related Interpersonal Motivation (TRIM 18) untuk mengukur variabel pemaafan yang kembangkan oleh McCullough, dkk. (2006) dan sudah di validasi dalam bahasa Indonesia oleh Agung (2015). Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi pearson. Hipotesis dalam penelitian ini adalah melihat apakah ada korelasi positif antara kedua variabel. Hasil penelitian menunjukan angka koefisien korelasi sebesar 0.625 dan p = 0.000 (p<0.05). Hal ini menunjukan ada hubungan positif antara 2 variable tersebut, artinya semakin tinggi regulasi emosi maka semakin tinggi pula pemaafan, begitu pula sebaliknya semakin rendah regulasi emosi semakin semakin rendah pula pemaafan. Bagaimanapun hasil penelitian menunujukaan bahwa regulasi emosi dan pemaafan berkaitan dengan usia, jumlah anak, Pendidikan dan pekerjaan
Pembentukan Komunitas Perlindungan Kekerasan Pada Anak dan Implementasi Kegiatan Nursan Junita; Hafnidar Hafnidar
Gotong Royong : Jurnal Pengabdian, Pemberdayaan Dan Penyuluhan Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2022): Gotong Royong (JP3KM) Juni 2022
Publisher : Mata Pena Madani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.73 KB) | DOI: 10.51849/jp3km.v1i2.10

Abstract

Permasalahan kekerasan pada anak terkait dengan perundungan dan kekerasan seksual menjadi hal yang sangat mengkhawatirkan. Begitu banyak kasus perundungan dan kekerasan seksual pada anak yang terjadi baik disekolah maupun disekitar kita. Tentu saja kondisi ini membuat kita merasa tidak aman, karena begitu banyak predator kekerasan sekual pada anak berada disekitar kita. Selain itu fenomena perundungan di berbagai belahan dunia terus meningkat terutama disekolah, sehingga hal ini dapat menimbulkan berbagai efek negatif baik bagi korban maupun bagi pelaku. Untuk itu sekolah perlu mempunyai strategi untuk mengatasi permasalahan ini dengan melakukan sosialisasi terkait dengan perundungan dan kekerasan pada anak. Penting membentuk komunitas perlindungan kekerasan pada anak dan implimentasi kegiatan terkait perundungan dan bagaimana melindungi diri dari kekerasan seksual. Program ini dirancang berkesinambungan dan berkelanjutan. Tahap pertama implementasi kegiatan berfokus pada masalah perundungan dengan tema stop perundungan atau bullying disekolah. Pembentukan komunitas ini bekerjasama dengan sekolah, orangtua dan masyarakat. Metode yang digunakan dalam pembentukan komunitas ini dengan melakukan sosialisasi dan psikoedukasi kepada siswa. Hasil kegiatan implementasi menunjukan adanya peningkatan pemahaman terkait perundungan. Siswa yang ikut serta akan menjadi pembisik bagi kelompok teman sebaya lainnya, membantu menyebarkan informasi dan menjadi tempat bagi teman teman untuk berbagi informasi terkait perundungan. Sehingga terbangunlah kesadaran diri. Dengan terbentuknya komunitas ini diharapkan anak akan aman belajar disekolah dan sekolah bebas dari permasalahan perundungan.