Zahra Chairani
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Perilaku metakognisi siswa dalam pemecahan masalah matematika Zahra Chairani
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1 No 3 (2015)
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33654/math.v1i3.20

Abstract

Proses Kognisi dan metakognisi keduanya merupakan aktivitas yang berlangsung secara otomatis dan internal di dalam otak manusia. Proses internal tersebut hanya dapat diketahui oleh diri sendiri, orang lain dapat mengetahuinya jika proses internal tersebut direpresentasikan secara eksternal. Proses internal dalam bahasa keseharian kita kenal dengan proses kognisi dan proses metakognisi. Proses kognisi dan metakognisi seringkali dianggap suatu hal yang sama, padahal yang menjadi objek sasaran dalam proses keduanya memiliki perbedaan. Perbedaan keduanya terletak pada konten (isi) dan fungsinya. Untuk mengamati atau mengetahui apakah seorang siswa telah melakukan proses kognisi atau proses metakognisi dalam pembelajaran dapat dilakukan antara lain dengan menggunakan pendekatan “ask think and tell why”, Dengan pendekatan ini kita akan mendapatkan informasi tentang perilaku yang akan, sedang dan telah dilakukan siswa selama pemecahan masalah matematika. Dengan mengenal perilaku metakognisi siswa maka diharapkan kemampuan proses kognisi siswa untuk memecahkan masalah dalam matematika dapat menjadi lebih baik.
Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) materi lingkaran berbasis pembelajaran guided discovery untuk siswa SMP kelas VIII Untari Octavia Norsanty; Zahra Chairani
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1 (2016)
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33654/math.v2i1.23

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa LKS materi Lingkaran berbasis pembelajaran guided discovery untuk siswa SMP kelas VIII, dan bertujuan untuk mengetahui kelayakan produk ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan dan keefektivan. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang mengacu pada model pengembangan ADDIE yang terdiri dari lima tahap, yaitu Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 12 Banjarmasin yang berjumlah 36 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi, angket respon siswa, tes hasil belajar, dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Hasil penelitian ini adalah: (1) Pengembangan LKS materi Lingkaran berbasis pembelajaran guided discovery untuk siswa SMP kelas VIII dikembangkan menggunakan model pengembangan ADDIE; (2) kelayakan LKS materi Lingkaran berbasis pembelajaran guided discovery ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektivan dapat dilihat dari: (a) hasil validasi berada pada kategori baik sehingga LKS dinyatakan layak ditinjau dari aspek kevalidan; (b) hasil angket respon siswa berada pada kategori baik sehingga LKS dinyatakan layak ditinjau dari aspek kepraktisan; dan (c) hasil tes hasil belajar siswa berada pada kategori baik sehingga LKS dinyatakan layak ditinjau dari aspek keefektivan.
Kecerdasan dan kreatifitas dalam pemecahan masalah matematika Zahra Chairani
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 2 (2016)
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33654/math.v2i2.34

Abstract

Dua hal yang cukup erat kaitannya dengan pembelajaran matematika dan menjadi aspek yang dikembangkan dalam Grand Desain Pendidikan Karakter adalah pengembangan kecerdasan dan kreatifitas. Kedua aspek tersebut harus dikembangkan dengan lebih sungguh-sungguh dan salah satu strateginya adalah melalui aktivitas pemecahan masalah matematika. Kecerdasan adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan benar dalam waktu yang relatif singkat. Berpikir kreatif adalah aktivitas mental yang terjadi dalam pikiran seseorang dan digunakan dalam pemecahan masalah yang memenuhi beberapa aspek, yaitu (1) lancar (fluent),(2) fasih (flexible) dan (3) baru (original).Pemecahan masalah merupakan bentuk belajar yang paling tinggi. Siswa yang memiliki kecerdasan dan kreatifitas yang baik mempunyai kapasitas yang lebih besar untuk menyimpan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam memori otaknya, memiliki kemampuan untuk mengaktifkan fungsi otaknya dengan kemampuan untuk menghadirkan kembali konsep-konsep yang telah dipelajarinya untuk digunakan dalam pemecahan masalah, yang memungkinkan untuk mendapatkan solusi dengan berbagai cara.
Kesalahan mahasiswa dalam menyelesaikan soal UAS kalkulus multivariabel tahun akademik 2016-2017 Abdul Jabar; Zahra Chairani; Arifin Riadi
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3 No 1 (2017)
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33654/math.v3i1.56

Abstract

Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam peningkatan kualitas pendidikan di era yang akan datang. Hal ini dapat diraih dengan senantiasa melakukan evaluasi terhadap pembelajaran yang dilakukan. Evaluasi dilakukan dengan mengenali kesalahan apa yang terjadi dan dialami oleh mahasiswa dalam menyelesaikan soal, khususnya soal UAS untuk mata kuliah Kalkulus Multivariabel. Kesalahan ini dibagi menjadi empat indikator, yaitu kesalahan konsep, kesalahan strategi, kesalahan prosedur, dan kesalahan dalam menentukan hasil akhir. Kesalahan mahasiswa diidentifikasi dengan memilih dua subjek penelitian yang didasarkan pada hasil UAS Kalkulus Multivariabel, yaitu terdiri atas subjek peringkat atas dan bawah. Teknik triangulasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi waktu, yaitu pemberian soal yang setara kepada calon subjek pada saat yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek peringkat atas mengalami kesalahan dalam hal strategi, menentukan hasil akhir, dan kesalahan konsep, sedangkan subjek peringkat bawah mengalami kesalahan dalam hal konsep, prosedur, dan strategi.
Peta pendidikan dasar di kabupaten Banjar Tahun 2011-2015 Dina Huriyaty; Mayang Gadih Ranti; Zahra chairani
Lentera: Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol 13 No 2
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.988 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memetakan kondisi Pendidikan Dasar di Kabupaten Banjar Tahun 2011-2015. Penelitian ini dibatasi pada peta pendidikan dasar di Kabupaten Banjar sejak tahun 2011 hingga 2015 ditinjau dari indikator APS, APK, APM, MYS, APtS, AMH dan Peta Guru. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Teknik Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banjar, Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar dan Kementerian Agama Kabupaten Banjar. Data dianalisis dengan statistik deskriptif, yaitu persentase dan rata-rata, serta penjelasan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian sebagai berikut. (1) APS di tingkat pendidikan dasar meningkat. Rata-rata APS kelompok umur 7-12 tahun sebesar 97,3% dengan kenaikan rata-rata sebesar 1,07%. Rata- rata APS kelompok umur 13-15 tahun sebesar 74,3% dengan kenaikan rata-rata sebesar 2,8%. (2) APK SD/MI/SDLB menunjukkan peningkatan dengan rata-rata sebesar 106,76%. Rata-rata APK SMP/MTs/SMPLB tampak berfluktuasi. (3) APM SD/MI/SDLB mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 93,59%. APM SMP/MTs/SMPLB seperti halnya APK juga berfluktuasi, dengan rata-rata sebesar 56,78%. (4) MYS terus mangalami peningkatan dengan rata-rata adalah 6,95 tahun. (5) APtS tingkat pendidikan dasar berfluktuatif dan mengalami penurunan di akhir tahun 2015. (6) AMH cenderung meningkat. Hingga tahun 2014 meningkat dengan kenaikan rata-rata 0,49 point. (7) Prosentase guru SD/MI/SDLB dengan kualifikasi S1/DIV mengalami peningkatan, sebesar 8,37%; pada jenjang SMP/MTs/SMPLB mengalami penurunan sebesar 5,62%. Prosentase guru pada tingkat pendidikan dasar yang telah bersertifikat mengalami peningkatan, dengan peningkatan masing-masing sebesar 19,77% dan 27,91%.