Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

AGAMA DAN RESOLUSI KONFLIK (Analisis Terhadap Konflik Kegamaan di Indonesia) Wira Hadi Kusuma
JURNAL ILMIAH SYI'AR Vol 15, No 1 (2015): Februari 2015
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (80.297 KB) | DOI: 10.29300/syr.v15i1.1506

Abstract

Agama dan konflik adalah dua sisi mata uang yang saling berhubungan dan bersentuhan. Agama ajaran suci dan damai, konflik agama adalah alat yang paling sensitif dan mudah dikemas menjadi perang suci. Hal ini disebabkan oleh banyak hal yaitu dogma, teks yang salah tafsir, fanatisme yang berlebihan, kepentingan kelompok bahkan kepentingan politik praktis. Akhirnya agama memiliki wajah seram, menakutkan dan dihiasi oleh dendam. Semua penyebab konflik, bila tidak diresolusi dan dimanajemen dengan baik akan melahirkan konflik yang tak berkesudahan. Upaya yang dapat dilakukan yaitu mendialogkan teks dengan konteks, mendialogkan ilmu, dan berfaham beragama moderat, serta memiliki pemimpin atau tokoh agama yang bijaksana
MENDIALOGKAN SAINS DAN AGAMA DALAM UPAYA RESOLUSI KONFLIK Wira Hadi Kusuma
JURNAL ILMIAH SYI'AR Vol 15, No 2 (2015): Agustus 2015
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (164.127 KB) | DOI: 10.29300/syr.v15i2.1507

Abstract

Persoalan sains dan agama merupakan kajian yang tidak pernah hasbis untuk dikaji dan didiskusikan. Kedua memiliki keunikan dan dapat secara terus menerus sesuai dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan. Dalam perkembangannya antara sains dan agama memang terdapat perbedaan dikalangan ilmuan menempatkan hubungan antara sains dan agama, baik yang berpandangan konflik maupun yang berpandangan adanya upaya mengintegrasikannya. Dalam kajian ini dapat ditarik benang merah antara keduanya dalam upaya mendialogkannya, yaitu agama dapat dijadikan sebagai pembimbing dan pengarah bagi saintis, agar apa yang dihasilkan dapat berfungsi untuk kesejahteraan manusia baik dunia dan akhirat. Hal ini sejalan dengan tujuan sains maupun agama yang sama-sama untuk kesejahteraan manusia, sehingga sains dan agama adalah sesuatu yang tidak dapat di pisahkan satu sama lainnya. Karena agama tidak ditafsirkan semata-mata dengan pendekatan teologis normatif, sehingga dibutuhkan pendekatan interdisipliner, multidisipliner dan transdisipliner, sehingga keduanya memiliki kekuatan untuk  saling menopang dan mengutkan.
MEMAHAMI AGAMA SECARA PSIKOLOGIS DAN RELASINYA DALAM UPAYA RESOLUSI KONFLIK Wira Hadi Kusuma
JURNAL ILMIAH SYI'AR Vol 14, No 1 (2014): Februari 2014
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (65.352 KB) | DOI: 10.29300/syr.v14i1.1493

Abstract

Agama perlu dipahami secara komprehensif. Agama memiliki dimensi  damai dan agama memiliki dimensi keras atau intoleran. Keberadaan agama sangat universal, dan berhubungan erat dengan pemahaman, pengalaman, dan pengaktualisasian nilai-nilai agama oleh penganut orang yang beragama. Beragama berdasarkan kebutuhan psikologis memerlukan pendekatan khusus, tidak hanya membahas benar-salah tetapi lebih dari itu harus dilihat secara mendalam terhadap jiwa orang yang beragama. Puncaknya tidak hanya menjalankan ritual dan verbalis dalam beragama, tetapi sudah harus mengarah pada pemaknaan hidup yang muncul dari jiwa yang suci. Akhirnya, agama diharapkan mampu memberikan solusi terhadap permasalahan jiwa penganut suatu agama. Agama yang toleran, saling menghargai, dan saling menyayangi.
DIALOG SEBAGAI KRITISISME BERAGAMA Wira Hadi Kusuma
JURNAL ILMIAH SYI'AR Vol 13, No 2 (2013): Agustus 2013
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.434 KB) | DOI: 10.29300/syr.v13i2.1499

Abstract

Tulisan ini menjelaskan tentang pentingnya melakukan dialog dalamupaya membangun relasi kedamian antar umat beragama dan intern umatberagama. Dialog yang dibangun selama ini cenderung simbolis danritualis, belum menyentuh pada substansi, sehingga belum menyentuhpada akar masalah yang sesungguhnya. Penulis berharap bahwa dialogyang dibangun atas dasar kesimbangan pemahaman secara utuh baikterhadap ajaran agama yang diyakininya maupun ajaran agama orang lain.Hal ini harus dipahami oleh elit agama (tokoh agama) dan hendaknyadisampaikan ke masyarakat akar rumput. Kritik ke dalam dan ke luar padatahap berikutnya memerlukan aksi dan prilaku nyata dari pemahaman itu,tentang pentingnya meyakini secara benar ajaran agamanya danmengamalkannya, sekaligus memberikan kesempatan secara luas bagiorang lain meyakini ajaran agamanya dan mengamalknanya.
URGENSI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL BAGI ANAK USIA DINI Wira Hadi Kusuma
AL LUGHAH Vol 2, No 1 (2013): JUNE
Publisher : Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (67.47 KB) | DOI: 10.29300/lughah.v2i1.1508

Abstract

Pendidikan Multikultural menjadi diskusi menarik khususnya dalam sistem pendidikan Indonesia, khususnya yang berhubungan dengan pendidikan anak usia dini. Namun lebih dari pada itu semua, pendidikan multikultural dalam konteks ke-anak usia dini menjadi sangat penting, setidaknya sebagai solusi alternatif terhadap berbagai bentuk perilaku tindak kejahatan kemanusiaan yang dilatar belakangi oleh perbedaan kelompok, ras, etnik, agama dan budaya. Pendidikan multikultural untuk anak usia dini dihadirkan untuk memberikan corak warna alternatif solusi lain untuk membangun watak dan karakter bangsa dengan upaya membentuk, membiasakan, menanamkan nilai-nilai toleran, demokrasi, kesetaraan dan keadilan, sehingga melahirkan sikap saling meghormati menghargai sejak usia dini terhadap seluruh bentuk perbedaan yang ada dilingkungannya.
LITERATUR PENGARUH POHON MIMBA TERHADAP TANAH KAPUR DALAM PENCEGAHAN TANAH LONGSOR Elvina Dhamayanti; Silvika Aulya R; Afida Nur A; Khairu Mustati’ah; Winda Afrida; Wira Hadi Kusuma
Natural Science Education Research Science Education National Conference 2022
Publisher : Program Studi Pendidikan IPA, Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/nser.v0i0.17830

Abstract

Lereng bukit merupakan daerah yang berbentuk bidang miring. Suatu daerah akan menjadi wilayah atau kawasan yang berbahaya jika kemiringannya melebihi 20o dimana daerah dengan kemiringan diatas 20o akan memicu terjadinya longsor. Penanggulangan tanah longsor dapat dilakukan dengan cara pembuatan terasering dan lain sebagainya, namun pada penelitian kali ini akan lebih ke arah pencegahannya, dimana bidang miring yang mudah mengalami longsor mempunyai ciri seperti keluarnya air dari lereng, terdapat banyak retakan serta terdapat pohon yang miring. Tanah longsor juga dipengaruhi oleh banyak sedikitnya pohon dan jenis pohon yang ada, hal ini berkaitan dengan jenis akar pohon yang ada pada daerah tersebut, selain dari kondisi dan ciri ciri sebelumnya, tanah longsor juga dipengaruhi oleh jenis tanah, tanah yang paling mudah terjadi longsor adalah tanah dengan ciri air kapilernya tinggi. Penelitian yang dilakukan kali ini berupa penelitian kualitatif dimana pengambilan sampel di daerah Gresik dengan hasil wawancara pada warga dan survei lapangan mendapatkan tanah yang dijumpai berupa tanah kapur yang memiliki tingkat kepadatan yang lumayan tinggi, sehingga meskipun terdapat lereng yang curam tapi tidak pernah terjadi longsor. Pohon mimba yang terdapat di sekitar lokasi membuat lereng tersebut semakin kuat, pohon mimba mempunyai akar tunggang yang mampu menahan tanah sehingga tidak mudah longsor.
PENDIDIKAN HAK ASASI MANUSIA DAN ILMU SOSIAL (ANALISIS UPAYA RESOLUSI KONFLIK) Wira Hadi Kusuma
Nuansa : Jurnal Studi Islam dan Kemasyarakatan Vol 8, No 1 (2015): Juni
Publisher : Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/nuansa.v8i1.1497

Abstract

Pendidikan universalitas konsep Hak Asasi Manusia (HAM) menjadi isu dan fenomena sosial yang harus dilakukan secara berkesinambungan. Konsep HAM tidak dapat berdiri sendiri tanpa ilmu sosial lainnya.  Maka, diperlukan pendekatan integrasi dan interkoneksi dalam memahami HAM dan relasinya dengan Ilmu sosial, misalnya dalam tulisan ini dibatasi pada politik, sosiologi, psikologi, dan antrologi.ketimpangan- ketimpangan yang terjadi, termasuk dalam pelanggaran HAM, baik dalam ekonomi, hukum, agama dan lain sebagainya, terutama sering dijumpai pengekangan terhadap hak-hak kaum minoritas. Relasinya dengan resolusi konflik yaitu melihat masnusia dengan pendekatan masalah yang dihadapi, baik dengan teori psikologi, politik, maupun sosiologi. Dengan demikian, seseorang akan memahami masalah secara objektif.
Religious Moderation as Frameworl of Religious Tolerance in Rama Agung Argamakmur Village, Bengkulu Province Wira Hadi Kusuma; Aan Supian; Rahmat Ramdani; Sultan Gholand Astapala; Hawasi; M. Ridho Syabibi
Mimbar Agama Budaya Vol. 42 No. 1 (2025)
Publisher : Center for Research and Publication (PUSLITPEN), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/mimbar.v42i1.47177

Abstract

This study examines how religious moderation becomes a mediator for society in a harmonious, tolerant life in Rama Agung Village, Argamakmur Regency, Bengkulu Province, where this study uses a qualitative approach where this technique is a strategy for collecting various information by understanding and focusing on hypotheses from different writings. Information gathering is done by searching and updating information from multiple sources, such as scientific journals, articles, and books on religious moderation. The study results show that Rama Agung Village has a very high tolerance attitude, which is indicated by the existence of harmonious coexistence between religious communities and community harmony that respects and supports each other. In addition, each spiritual leader is the bridge that allows their followers to carry out further religious activities. The interactions and actions of the residents of Rama Agung Village show openness and the ability to live side by side peacefully.