This Author published in this journals
All Journal Borobudur
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pemetaan Kawasan Strategis Nasional Borobudur Yenny Supandi; Joni Setiyawan
Borobudur Vol. 6 No. 1 (2012): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v6i1.99

Abstract

Kompleks Candi Borobudur termasuk di dalamnya Candi Mendut, Candi Pawon dan kawasan di sekitarnya pada tahun 2008 telah ditetapkan menjadi Kawasan Strategis Nasional (KSN) melalui PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Pengelolaan tata ruang. KSN Borobudur memerlukan data yang lengkap dan akurat supaya pemanfaatan ruangnya tidak melanggar peraturan yang telah ditetapkan. Salah satu langkah penting untuk mendukung upaya tersebut adalah pemetaan dan pengelolaan data KSN Borobudur yang mencakup area ±1337 Hektar. Pemetaan KSN Borobudur ini ditujukan untuk menghasilkan peta penggunaan lahan dan peta dasar (berisi jaringan jalan, sungai, saluran irigasi, batas administrasi, dan garis kontur) skala 1:10.000. Citra penginderaan jauh (PJ) digunakan sebagai sumber data primer, Peta Rupa Bumi Indonesia (SBI) sebagai sumber data sekunder dan Sistem Informasi Geografis untuk pengolahan data. Citra satelit tahun 2008 diperoleh dengan cara capture dari Google Maps, kemudian direktifikasi menggunakan software ER Mapper. Citra Ikonos tahun 2003 berkoordinat dipakai sebagai referensi dalam rektifikasi. Citra terkoreksi diinterpretasi visual dengan metode on screen digitizing menggunakan software ArcView, dan Peta RBI sebagai referensi dalam interpretasi. Peta penggunaan lahan sementara diverifikasi di lapangan dengan metode purposive random sampling. Hasil verifikasi lapangan dipakai sebagai acuan uji ketelitian interpretasi, selanjutnya dilakukan reinterpretasi untuk menghasilkan peta penggunaan lahan. Hasil capture citra PJ kualitasnya cukup bagus dan memungkinkan digunakan untuk interpretasi visual. Rektifikasi geometri menghasilkan citra bereferensi geografis yang baik ditandai dengan plot fitur topografis yang akurat secara spasial. Hasil interpretasi visual citra menghasilkan data yang akurat dengan tingkat ketelitian 91,54%. Lima penggunaan lahan terluas di KSN Borobudur adalah sawah 445,557 Ha (32,93%), kebun 327,13 Ha (24,18%), permukiman 200,296 Ha (14,8%), tegalan 164,691 Ha (12,17%) dan lahan terbuka 61,84 Ha (4,57%). Wilayah yang berupa lahan budidaya tidak terbangun 77,84% dan lahan terbangun 22,16%. Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa KSN Borobudur mempunyai pola perdesaan. Perubahan penggunaan lahan dari lahan tidak terbangun menjadi lahan terbangun banyak terjadi di KSN Borobudur, sehingga membutuhkan pengawasan dan pengendalian sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Stabilitas Struktur Candi Mendut Fransiska Dian Ekarini; Joni Setiyawan; Winda Diah Puspita Rini; Pramudianto Dwi Hanggoro; Ahmad Mudzakkir
Borobudur Vol. 13 No. 2 (2019): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v13i2.227

Abstract

Kajian Stabilitas Struktur Candi Mendut ini sangat penting guna mengevaluasi kondisi stabilitas struktur bangunan Candi Mendut sehingga kelestariannya akan terjaga. Berbagai kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka kajian ini meliputi analisis data monitoring pengukuran kemiringan dinding candi dan kerenggangan nat batu candi, eksakavasi/penggalian arkeologi dalam rangka melihat struktur pondasi bangunan candi, melakukan pengukuran penggelembungan dinding candi, analisis daya dukung tanah halaman, dan penelusuran foto-foto lama. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi lapangan, pengumpulan data primer dan sekunder, focus group discussion dan analisis data. Hasil kajian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis data monitoring pengukuran kemiringan dinding didapatkan hasil bahwa terjadi pergerakan kemiringan pada titik-titik pengamatan paling besar 4 detik. Sedangkan selama periode dua tahun ini terjadi penambahan kerenggangan nat batu candi berdasarkan data crackmeter yang dipasang pada nat batu. Berdasarkan ekskavasi ternyata struktur pondasi candi hanya terdiri dari satu lapis batu dan terdapat lapisan mortar sebagai penguat tanah pondasi. Perhitungan daya dukung tanah di halaman candi menunjukkan bahwa tanah di sekitar Candi Mendut masih baik untuk mendukung bangunan candi di atasnya. Besarnya penggembungan dinding candi sisi tenggara adalah maksimal 4 mm berdasarkan hasil pengukuran menggunakan 3D Laser Scanner. Sampai dengan saat ini belum ada pedoman tentang kemiringan dinding pada bangunan candi, sehingga perlu dibuat pedoman sehingga dapat menjadi perbandingan untuk pengukuran selanjutnya. Hasil penelusuran foto-foto lama Candi Mendut menunjukkan bahwa pemugaran pertama terdiri dari beberapa tahap, tidak ditemukan adanya foto pembongkaran total candi, dan ternyata di dalam struktur kaki candi terdapat struktur bata yang belum diketahui selama ini. Untuk menganalisis kondisi stabilitas struktur khususnya Candi Mendut, tentu saja kurang valid apabila hanya dilakukan dengan data selama tahun berjalan 2018, apalagi dengan keterbatasan data-data referensi tentang pemugaran sebelumnya. Data tahun 2018 ini akan menjadi baseline atau data dasar untuk kegiatan monitoring/pemantauan ke depan sehingga bisa didapatkan data periodik dan diketahui arah perkembangan stabilitas strukturnya.
ANALISIS PERGESERAN DINDING CANDI BOROBUDUR MENGGUNAKAN ROBOTIC TOTAL STATION (RTS) Calvin Wijaya; Rizal Mubarok; Raniah Salsabila; Joni Setiyawan
Borobudur Vol. 16 No. 1 (2022): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v16i1.278

Abstract

Borobudur temple is one of the world's cultural heritages which located in Magelang, Central Java. This largest temple in Indonesia has historical and cultural values that are very valuable, so it is important to be maintained and preserved. One way of preservation that can be done is to monitor the structure of temple walls. This purpose of this monitoring is to observe if there is a shift or movement in the earth’s plates and non-natural factors. The development of survey technology with Robotic Total Station (RTS) will make easier to monitor the structures. The monitoring method is carried out used the principle of geodetic measurement to measure 60 monitoring prisms on all sides of the temple in three cycles. The results of the monitoringshowedthat magnitude of the shift in this temple walls was small, which was under than 1 mm on all sides, so that it can be categorized as relatively stable temple wall.